DIBONGKAR: Kubah wayang yang ada di salah satu masjid, kemarin
dibongkar. Terlihat, tukang bawaan Pemkab Batnghari saat membongkar
wayang dari puncak masjid.
MUARABULIAN – Pemkab Batanghari melalui MUI, Camat Muarabulian M Rifai, Kabag Hukum Setda, Juliando, dan Kabag Humas, Tarmadi, kemarin mendatangi lokasi masjid dan menurunkan lambang wayang yang berdiri kokoh di kubah masjid.
Masjid berkubah wayang ini memang belum diberi nama, karena belum rampung dikerjakan. Namun masjid ini sudah berdiri kokoh jika dilihat dari desain masjid bagian luar dan dalam, akan mengingatkan seseorang dengan ornamen lama di Pulau Jawa, seperti keraton raja atau tempat-tempat bersejarah lainnya. Masjid wayang ini mulai didirikan tahun 2007. Suplay dana pembangunan masjid diduga banyak dari kalangan pejabat ternama.
Pantauan dilapangan perwakilan pemerintah mendatangi pendiri masjid dengan membawa tiga tukang. Tukang sewaan ini langsung memanjat atap masjid untuk membongkar lima tokoh wayang yang berdiri di kubah masjid. Tiga tukang terlihat kesulitan.
‘’Penurunan wayang dipuncak masjid sudah berdasarkan keputusan MUI dalam rapat bersama beberapa minggu terakhir, dalam rapat pembahasan tersebut pendiri Mesjid Ky Zainal Ghozali juga hadir,’’ ujar Camat Kecamatan Muarabulain, M Rifa'I.
Sementara Ky Zainal Ghozali selaku pemilik dan pendiri masjid berlambang wayang mengaku menerima pembongkaran tersebut. Namun Ky zainal tetap menyangkal aturan yang melarang mesjid berlambang wayang itu tidak ada, "Ya, nggak apa-apa diturunkan. Yang jelas saya setahu saya, belum ada peraturan yang melarang pemasangan wayang itu," ungkapnya.
Menurut Ky Zainal, pemasangan wayang bukan berarti menyimpang dari ajaran agama islam, namun dirinya hanya ingin mengingatkan kembali kepada generasi tentang perjuangan Walisongo dalam menyebarkan agama islam di tanah Jawa.
‘’Wayang yang ditancapkan di puncak masjid mempunyai makna filsafat, begitu juga lima tokoh wayang yang menghadap 4 arah mata angin dibawah kubah, "Wayang itu Krisna, dan dibawah Krisna ada Bagong, Petruk, Gareng dan Semar. Itu semua mempunyai filsafat, yang mengajurkan arah kebaikan," tandasnya. (sumber: jambi ekspres)