MERANGIN, Ancaman ribuan guru untuk mogok mengajar kemarin betul-betul terbukti. Mereka yang menuntut agar tunjangan profesinya dicairkan, kemarin betul-betul tak menjalankan tugasnya selaku guru. Bahkan, guru yang tak memiliki sertifikat profesipun ikut-ikut mogok. Akibatnya, puluhan ribu siswa tidak belajar dan memilih menjalankan kegiatan ekstrakurikuler.
Mogok mengajar yang dilakukan oleh guru sertifikasi ini dilakukan sebagai bentuk protes atas ketidak jelasan tuntutan mereka tentang tunjungan sertifikasi guru pada tahun 2012 selama 4 bulan yang belum dibayarkan hingga sekarang.
Dari pantauan di lapangan, beberapa sekolah terlihat tidak melakukan proses KBM. Seperti dî beberapa sekolah di kota Bangko yaitu SMA 6 Merangin. Proses belajar mengajar terhenti total malah beberapa siswa menggantinya dengan berolaharaga dan melakukan kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Bukan saja guru sertifikasi melainkan di SMAN 6 Merangin, guru biasa juga ikut melaksanakan mogok mengajar. Sehingga di SMA ini proses KBM terhenti secara total.
Salah satu guru SMA 6 Merangin yang juga Ketua FGM, Entrismen mengatakan sebenarnya hati nurani menolak kegiatan mogok mengajar ιηι. Tapi demi perjuangan harga diri guru-guru di kabupaten Merangin, kegiatan ini tetap dilaksanakan.
"Kalau ditanya ke hati nurani kami berat dengan keputusan ini. Tapi demi perjuangan rekan lainnya keputusan mogok mengajar ini harus tetap dilaksakan hingga ada keputusan dari Disdik Merangin yang bertugas mengurus kami,” tutur Antrismen.
Terkait dengan aktivitas sekolah, Entrismen menegaskan tidak ada guru maupun siswa yang meliburkan diri. Bahkan untuk mengisi kekosongan waktu disekolah, siswa diarahkan untuk mengikuti latihan kesenian.
"Semua guru tetap masuk sekolah dan mengisi absensi namun tidak melaksanakan kegiatan KBM. Dan para siswa juga tetap masuk dan diarahkan ke kegiatan ekstrakulikuler" katanya.
Begitu juga terlihat di SMAN 1 Merangin, proses KBM juga tidak dilaksanakan seperti biasanya. Namun karena berpapasan dengan pihak Dinas Pendidikan yang berkunjung ke SMA tersebut, Waka kesiswaan hanya bisa memberi komentar akan melaksanakan musyawarah terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan untuk mogok mengajar. Namun kenyataannya di SMA tersebut kemarin Jumat (16/5) para siswa tidak mengikuti KBM dan menggantinya dengan kegiatan ekstrakulikuler lainya.
‘’Kebetulan kita baru selesai Kuliah Tujuh Menit (Kultum) yang rutin dilaksanakan tiap hari jum’at. Soal mogok mengajar nanti akan kami diskusikan dahulu,” kilah Partono, Waka Kesiswaan SMAN 1 Merangin.
Namun berbeda halnya Waka Kesiswaan SMAN 7 Merangin, Khairil. Dirinya dengan tegas mengatakan disekolah yang terletak di kawasan Talang Kawo itu tetap menginstruksikan tidak ada guru yang mengajar. Hal itu sebagai komitmen anggota FGM terhadap keputusan saat demonstrasi hari kamis lalu.
‘’Kita memang tidak melaksanakan kegiatan mengajar, sesuai dengan janji kita kemarin,” kata Khairil.
Hal yang berbeda tampak pada SMPN 43 Merangin. Disekolah ini tidak terlihat adanya aksi mogok mengajar. Pantauan Koran ini ke sekolah itu para guru dan siswa tetap melaksanakan KBM sebagaimana hari biasanya. Bahkan menurut salah satu guru di disana, kegiatan mogok mengajar ini tidak seharusnya dilaksnakan. Dirinya mengaku sangat mengetahui proses pembayaran tunjangan sertifikasi tersebut. Bahkan menurutnya bukan saja di Merangin tapi hal tersebut juga terjadi di kabupaten lain. Dan hal tersebut bukanlah kesalahan disdik melainkan hal itu sudah menjkadi permsalahan nasional. Dan dirinya menegaskan bahwa SMPN 43 tidak akan melakukan mogok mengajar.
‘’Karena kami telah dijelaskan oleh Disdik dan kebetulan kami juga kerap mengikuti audiensi maka kami mengerti,” ungkap salah seorang guru disekolah itu yang enggan dituliskan namanya.
Menurutnya untuk mengikuti jejak rekan sesama guru lainnya melaksanakan mogok mengajar tidak bisa dilaksanakan. Karena bagi mereka para siswa berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
‘’Kami tetap mendukung sepenuhnya perjuangan rekan guru lain. Namun untuk melaksanakan mogok mengajar tidak bisa kami penuhi. Jangan siswa dikorbankan demi dana sertifikasi yang bisa dikatakan untuk keperluan pribadi,” katanya.
Begitupun sekolah-sekolah hanya mempunyai sedikit guru yang sertifikasi juga masih melaksanakan proses KBM seperti biasa dan hanya guru sertifikasi yang melakukan mogok mengajar.
Sementara itu, salah satu siswa SMA saat ditemui Koran ini menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan para guru yang mogok mengajar. Menurut mereka dengan keputusan itu maka yang dikorbankan adalah mereka sendiri.
‘’Mulanya kami senang dengan aksi mogok mengajar itu karena otomatis waktu bermain kami lebih lama dan bisa bebas ke luar. Tapi baru satu jam kami nongkrong disini rasanya rugi juga,” kata siswa itu.
‘’Selain itu kami juga sebentar lagi akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Jika kami tidak naik siapa yang bertanggung jawab,” pungkasnya.
Akibat mogok mengajar yang dilakukan guru-guru sertifikasi di kabupaten merangin, sekita jam 10.00 Wib di kota bangko terlihat ramai siswa SMA dan SMP yang bekeliaran karena tidak adanya proses KBM di sekolah. (sumber: jambi ekspres)