MOTIF KHAS JAMBI: Cik Mia penenun songket khas Jambi yang usahanya terus berkembang
Pernah Dipamerkan di Belanda, Buat Replika Motif Khas Jambi
Jika berbicara soal songket Jambi, tentu rumah songket milik Cik Mia tidak bisa ditinggalkan. Pasalnya, perempuan pengerajin songket asal Palembang ini merupakan salah satu penenun songket yang berhasil di Kota Jambi.
MESKIPUN sedikit mengganggu waktu istirahat tidur siangnya, Cik Mia tetap menyapa dengan ramah saat ditemui koran ini Kamis siang (26/9). Dengan semangat perempuan berusia 38 tahun ini memperkenalkan berbagai jenis songket dengan warna dan motif menawan dirumahnya.
Sebut saja motif Angso duo,durian pecah, kapal sanggar, bunga duren, dan berbagai motif lainnya memenuhi lemari kaca diruang tamunya.
“Hampir rata-rata songket disini motif asli Jambi karena saya sangat tertarik untuk terus memperkenalkan motif asli Jambi kepada masyarakat,” ujar perempuan bernama lengkap Mania ini.
Ia bercerita, awal mula ia memulai usaha menenun benang emas di Jambi memang masih membuat motif-motif Palembang. Dulunya, ia mengerjakan sendiri usaha miliknya ini dengan alasan ingin tetap memiliki kegiatan dan uang masukan tambahan meskipun telah berumah tangga.
Cik Mia memang merupakan generasi ketiga dalam silsilah keluarganya dalam menenun songket di Palembang. Maka dari itu, meskipun telah berkeluarga dan menetap di Jambi, perempuan ini ingin terus melestarikan kebudayaan menyongket yang memang sudah diwarisinya turun temurun.
Meskipun saat ini songket Cik Mia sudah tenar di Kota Jambi, namun siapa sangka perjuangan awal ia merintis usahanya ini bukanlah hal yang mudah. Ibu tiga anak ini sempat menjajakan songket buatannya dari rumah kerumah untuk memperoleh pelanggan.
“Dulu itu songket itu hanya digunakan oleh kalangan-kalangan tertentu saja. bahkan awalnya saya hanya berhasil menjual 1 songket saja dalam setahun,” kenangnya.
Meskipun demikian, cik mia tak lantas menyerah. Pertemuannya dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) membawa angin segar bagi usahanya tersebut.
‘’Usaha kerajinan saya mendapat perhatian oleh Dekranasda pada 2003, dan saya mendapat binaan tentang pembuatan songket sampai motif-motif khas Jambi juga. Saya diperbolehkan menitipkan kain songket buatan saya di galeri Dekranasda," ungkapnya.
Kini, songket Cik Mia sudah dikenal tak hanya oleh masyarakat Jambi namun juga di kancah nasional melalui berbagai ajang yang diikut sertakan oleh Koperasi, Deskranasda dan
Disperindag Provinsi Jambi. Bahkan beberapa waktu lalu koleksi Cik Mia sempat dipamerkan di Belanda yang disambut antusias oleh para pengunjung.
Untuk harganya, Cik Mia memasang harga mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 10 juta. Tergantung dari bahan baku pembuatan, motif serta tingkat kesulitannya. Karena masing-masing motif memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
Cik mia yang selalu antusias dalam membuat replica motif klasik Jambi ini mengaku selalu antusias ketika melihat motif-motif yang ada di mueum.
“Jambi memiliki kekayaan yang tak ternilai. Kalau melihat motifnya saya rasanya ingin membuat replica semua motif klasik yang ada agar dapat dilestarikan,”ungkapnya.
Atas kreasinya tersebut, berbagai penghargaan telah ia terima salah satunya yakni penghargaan kreasi motif terbaik se Indonesia pada tahun 2009. Disamping senang mengerjakannya. Makin hari sepertinya masy makin tau songket itu indah.
Meskipun dulu Cik Mia hanya bekerja sendiri, kini ia sudah dibantu dengan pegawai sekitar 15 orang. dan penghasilan perbulannya dari Rp 15 juta hingga Rp 35 juta.
Penulis : YUNITA SARI SEMBIRING/JE