Memberikan pendidikan kepada Suku Anak Dalam (SAD) tentunya membutuhkan kegigihan, keikhlasan dan tentunya kesabaran ekstra keras. Tidak semua orang bisa melakukan itu. Salah satunya adalah Tri Rini Widiastuti. Ia sudah 4 tahun mengajar SAD di Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD). Bagaimana pengalamannya?
Tak pernah terfikirkan sebelumnya oleh Tri Rini Widiastuti untuk mememberi pengetahuan pendidikan kepada Suku Anak Dalam (SAD) di TNBD Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Pasalnya, sebelumnya, ia tidak begitu senang dengan tingkah laku SAD tersebut yang menurutnya susah sekali untuk diatur ataupun diberikan pendidkan.
Namun jalan lain telah memilih dirinya untuk mengajar SAD, disaat PT SAL yang bergerak dibidang pertanian yang juga memiliki program pendidikan untuk SAD mencari tenaga guru yang mau mendedikasikan diri mengajar SAD TNBD. ‘‘Pada saat ikut Warsi, ada salah satu dari anggota warsi yang memberitahukan pada saya, bahwa PT SAL mencari guru SAD. Dari situ saya masuk sebagai guru SAD,’‘ ujar Tri.
Tidak pernah terfikir sekalipun oleh Tri, yang hanya lulus paket C mampu memberikan pendidikan kepada SAD, namun dengan niat ikhlas dan sabar dirinya bertekat untuk memberi pendidikan bagi SAD.
--batas--
Selain itu, dengan tujuan yang mulia yakni agar supaya SAD tidak mudah ditipu oleh orang asing dengan memberikan bantuan ilmu yang dimilikinya, membuatnya bertahan hingga selama 4 tahun sampai saat ini.
‘‘Sekarang malah kita menikmati mengajar SAD, selain kita bisa tau kebudayaan mereka, kita juga ingin mereka tidak mudah ditipu orang luar dengan meberikan pendidikan. Jika lebih dekat dengan SAD, mereka juga bisa ramah dengan kita,’‘ ungkapnya.
Tri berniat, akan terus memberikan pendidikan kepada SAD, selama itu ia akan bertahan membantu agar SAD memiliki pemikiran yang lebih maju lagi.
Namun setiap pekerjaan tentunya ada saja kendala, begitu juga dengan guru SAD ini, dengan keterbatasan pendidikan yang hanya paket C, tentu saja ada keluhan dalam mengajar, apalagi SAD yang diberi pendidikan tersebut adalah yang bisa dikatakan terbelakang dalam hal pendidikan.
‘‘Kendala adaptasi, apalagi ada tamu asing seperti kita, mereka malah menutup diri, tapi lama kelamaan kita dekati dengan baik, mereka bisa nerima program itu. Awal mengajar kita memang sering ngeluh karena anak tersebut bandel, jadi itu akan lebih susah ngajar. Apalagi dengan kemapuan kita yang sebatas tamat SMA saja, tentunya kwalahan,’‘ jelasnya.
‘‘Sekarang saya kuliah di Universitas Terbuka (UT) Sarolangun. Agar pendidikan saya bertambah dan bisa disalurkan kepada SAD,’‘ tandasnya.(*)
Penulis : JUNIADI/Jambi Ekspres