KENANG-KENANGAN: DR Sofyan, Pemenang Guru Favorit Jambi Ekspres dari SMAN 2 Kota Jambi menyerahkan kenang-kenangan kepada kepala sekolah Hangzhou Xue Jun High SchoolMr Huang

Kisah di Balik Sederet Jemuran Dan Kue Cakwee

Posted on 2015-11-08 22:56:25 dibaca 5322 kali

KATA-kata orang bijak, “Jika Anda ingin sukses dan lebih banyak tahu, maka datangilah banyak tempat dan bertanyalah pada banyak orang.” Kiranya pepatah ini tepat dan cukup menginspirasi saya dan teman-teman untuk membuka mata dan hati melihat sesuatu yang baik tentang pendidikan dan budaya di negeri orang, dalam hal ini Tiongkok  atau China.

 

Dr. Sofyan, M.Pd, Tiongkok

 

KENAPA ke Cina, tentunya ini bukan sekedar pilihan, tetapi suatu implementasi dari anjuran Rosulullah Muhammad SAW, tauladan kita sebagai umat muslim. Bukankah Beliau pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”

Kenapa ke Cina? Kenapa tidak ke Eropa yang termasyhur dengan bangsa Romawinya? Kenapa tidak ke Amerika dengan super powernya? Kenapa tidak ke Teluk Persia, yang notabene Rosulullah sendiri dilahirkan di sana? Atau kenapa tidak di Afrika yang masyarakatnya kuat bertahan dari segala macam kekurangan? Tentu ada rahasia di balik sabda Rosulullah tersebut.

Perjalanan inspirasi yang seperti mimpi menjadi nyata tersebut diawali ketika pesawat yang membawa kami mendarat mulus di bandara internasional Pudong (baca: Putong), Shanghai. Menjelang pintu imigrasi, saya dan teman-teman sudah sibuk berfoto selfi di koridor bandara yang lumayan dijadikan moment jika kami sampai di daratan China. Setelah melalui pintu imigrasi dan mengampil coper bawaan (di bandara Pudong tidak ada poter), perjalanan baru kami mulai. Di pintu penjemputan ratusan orang berjejer sambil memajang nama sebagai tanda orang yang dijemput. Setelah melalui barisan para penjemput yang cukup panjang, di ujung barisan barulah kami membaca potongan kertas dengan merek “ROMBONGAN GURU FAVORIT JAMBI” yang dibawa oleh seorang wanita muda yang merupakan guide kami selama di Shanghai.

“Selamat pagi, Bapak dan Ibu guru. Apa kabar?” Sapanya dengan ramah dan lancar menggunakan bahasa Indonesia dialek Tionghoa.

“Perkenalkan Bapak dan Ibu, nama saya Zhu Zhu (baca: Cucu). Saya akan memandu Bapak dan Ibu selama di Shanghai dan Suzhou. Pokoknya Bapak dan Ibu Senang Hati Aja,” ujarnya.

Itulah sapaan awal sang guide yang terus menjadi trade mark bagi kami selama di China, bahkan hingga saat ini sebagai guyonan. Zhu Zhu memang tidak hanya mahir berbahasa Indonesia, tetapi juga memahami karakter, budaya, dan sedikit sejarah Indonesia. Inilah konsekuensi dari pekerjaannya sebagai guide yang harus dekat dengan wisatawan yang dipandunya.

Sebelum memulai perjalanan yang diawali dengan city tour di Shanghai, kami terlebih dahulu sarapan di sebuah hotel bandara. Di ruangan restoran sudah tersaji aneka jenis menu makanan. Tentu saja atas saran Zhu Zhu kami diberitahu mana makanan yang diperbolehkan dan mana yang tidak untuk dimakan. Beberapa teman sudah mulai saling lirik melihat menu makanan yang sejak awal bisa diduga akan membuat kami sulit untuk menikmati makanan selama di China. Pilihan menu akhirnya jatuh pada telor rebus, jangung rebus, ubi rambat rebus, dan semangka.

Budaya

Shanghai....siapa yang tidak kenal dengan kota ini. Kota yang dijuluki “kota cahaya” karena memang jika malam Shanghai penuh dengan gemerlap cahaya lampu di setiap gedung dan pojok kota. Shanghai merupakan kota industri dan kota pelabuhan. Shanghai tidak hanya kota yang besar dan berpenduduk padat (23 juta jiwa), tetapi juga merupakan kota yang tertib dan tempat wisata kota yang menarik karena taman-taman kota yang indah di sepanjang sungai yang membelah Pudong atau Shanghai Timur atau Shanghai Baru dengan Pushi atau Shanghai Barat atau Shanghai Lama. Meskipun berpenduduk padat, pada siang hari kota ini tampak bukan seperti kota megapolitan. Karena memang pada saat siang hari sebagian besar penduduknya beraktivitas di pusat-pusat industri. Sementara moda transportasi yang digunakan sebagian besar mengunakan subway atau kereta bawah tanah. Shanghai sendiri memiliki memiliki 12 jalur subway lebih sedikit dari Beijing yang 16 jalur.

Siapa yang menyangkal jika Shanghai sebagai kota megapolitan. Semua tahu itu, tetapi siapa sangka jika kota yang sangat modern sebagai tempat tinggal aktor Jet Li tersebut akan dengan mudah ditemukan jemuran yang menghiasi di setiap ventilasi atau jendela apartemen-apartemen mewah di Kota Shanghai. Mengapa masyarakat China menjemur pakaian di luar dan tempat terbuka? Masyarakat China meyakini, bahwa meskipun pakaian yang mereka gunakan telah dijemur kering dengan mesin cuci atau diloundry, bahwa pakaian tersebut masih harus dijemur di bawah sinar matahari dan terkena angin. Karena proses menjemur pakaian di bawah sinar matahari dan kena angin tersebut diyakini akan membawa terbang mahluk-mahluk halus yang menempel di pakaian. Jadi jangan heran jika gedung-gedung apartemen mewah di kota-kota besar di China, Beijing sekalipun akan dengan mudah ditemukan jemuran pakaian. Demikian penuturan Zhu Zhu kepada kami. Baru kami memahami, bahwa negara sebesar China dengan jumlah penduduk 1,3 milyar memegang teguh budaya dan keyakinan.

Perilaku masyarakat China yang memegang teguh budaya, peradaban, dan perilaku atas keyakinan mereka tersebut tercermin pula pada perilaku mereka di jalan raya. Selama 2 hari kami di Shanghai, 2 hari di Suzhou (baca: Sucu), dan 2 hari di Hangzhou (baca:Hangcu), kami disugukan pemandangan tertib jalan raya yang sangat baik. Infrastruktur jalan yang lebar, bersih, dan patuh terhadap rambu-rambu lalulintas itulah yang tersaji di tiga kota tersebut. Kita tidak akan pernah mendengar suara klakson kendaraan yang memekakkan telinga di kota ini. Jalur sepeda dan pejalan kaki benar-benar aman untuk pengguna, karena mobil tidak akan pernah lewat di jalur itu atau tidak akan pernah kita menemukan pedagang kaki lima yang berjualan sebagaimana layaknya kota kita. Trotoir benar-benar hanya untuk pejalan kaki, bukan untuk pedagang atau sepeda. Inilah cerminan masyarakat yang berbudaya, saling menghargai, dan benar-benar patuh dan memanfaatkan fasilitas sesuai dengan peuntukannya.

Wisata budaya kami lanjutkan ke kota Suzhou. Suzhou terletak di selatan Provinsi Jiangsu, sekitar 50 mil sebelah barat Shanghai. Perjalanan kami tempuh dengan 2 jam naik bus. Sepanjang  Kota Suzhou dialiri Grand Canal Tua yang dibangun sejak dinasti Ming. Menurut Zhu Zhu, kanal tersebut dibangun oleh kaisar dalam upaya untuk mencari para selirnya, sehingga kanal tersebut memanjang mulai dari Beijing, Hangzhou, Suzhou, hingga Shanghai. Kota ini telah terkenal dengan taman-taman kota yang berusia ratusan tahun. Menurut sebuah pepatah Cina mengatakan: "Di langit ada surga, maka di bumi ada Suzhou dan Hangzhou."

Suzhou terkenal dengan wanita-wanitanya yang cantik. Kota ini dihiasi dengan danau dan kolam yang saling berhubungan bak jaring laba-laba. Pemandangan taman sepanjang Grand Canal ini sangat memanjakan mata setiap pengunjung. Manja tidak hanya indah dengan bunga warna-warni dan hijaunya pepohonan, tetapi juga bersih. Kita tidak akan pernah melihat sampah di taman-taman Kota Suzhou, puntung rokok sekalipun.

Tak bermaksud membandingkan dengan kota kita, taman dan jembatan yang kita bangun dan yang dijadikan icon di kota ini justru rusak pemandangannya karena perilaku dan budaya masyarakat yang serampangan. Pelataran taman dan jembatan dijadikan tempat jualan, parkir, dan sedihnya lagi seperti menjadi bak sampah yang besar. Membangun tanpa budaya, ibarat mahluk tanpa jiwa. Maka, budaya adalah roh untuk membangun masyarakat yang berbudaya dan berperadaban.

Sejarah

            Perjalanan kami selanjutnya adalah Kota Hangzhou (baca: Hangcu). Hangzou tidak hanya tertib, indah, dan nyaman sebagaimana layaknya Kota Suzhou, tetapi juga Kota ini memiliki nilai sejarah yang tinggi di daratan Cina. Menurut Zhu Zhu, Kota Hangzhou pernah menjadi ibukota kekaisaran China selama 800 tahun.

Kota ini tidak hanya dikenal sebagai Kota penghasil Teh Hijau, West Lake (Danau Barat) atau asal muasal cerita “Siluman Ular Putih”, atau kuliner terkenalnya “ayam pengemis”, yaitu pepes ayam muda yang dibalut dengan daun dan bumbunya disertai taburan daun teh hijau. Tetapi, Kota Hangzhou, terkenal juga dengan sejarah seorang panglima perangnya yang gagah berani yang tewas dalam usia yang masih sangat muda, 39 tahun akibat penghiatan para pembantunya. Jenderal panglima perang tersebut, adalah Yue Fei.

            Untuk mengenang jasa sang Panglima, dibangunlah kuil Yue Fei sekaligus kuburan sang Jendral. Yue Fei adalah Jendral yang sangat setia pada negara.  Ia meninggal diracun oleh seseorang lawan politiknya. Di Kuil Yue Fei ini terdapat patung Jendral Yue Fei yang ganteng dan gagah.  Di sisi kanan kiri kuil terdapat patung 2 pengikut setia Jendral Yue Fei. Dalam kuil ini juga tedapat lukisan-lukisan cantik yang mengisahkan perjalanan hidup Jendral Yue Fei. Lukisan mengisahkan perjalanan hidup Sang Jenderal mulai masih remaja sampai dia menjelang akhir hayatnya.

            Dari dalam kuil saya dan teman-teman terus berjalan menuju halaman luar kuil. Di sinilah dimulainya kisah “Kue Cakwee”. Di halaman luar kuil ini terdapat empat patung, tiga laki-laki dan satu perempuan yang berada dalam kerangkeng besi. Di antara keempat patung tersebut dua di antaranya adalah pasangan suami istri. Patung pasangan suami istri yang diikat tangannya dan duduk bersimpuh, bernama Cung Hwee dan istrinya. 

‘’Cung Hwee merupakan pasangan suami istri yang menghianati Jenderal Yue Fei. Cung Hwee membocorkan rahasia sang Jenderal kepada lawan politiknya. Akibatnya, Sang Jenderal Yue Fei tewas diracun. Cung Hwee melakukan penghianatan akibat pengaruh sang istri yang gila jabatan, gila hormat,  dan oportunis,’’ ujar  Sindy guide kami di Hangzhou.

Saking bencinya masyarakat China terhadap Cung Hwee dan istrinya, konon cara penghukumannya dilakukan dengan cara yang sadis. Cung Hwee dan istri disatukan lalu diikat, lalu dibakar hidup-hidup dihukum pancung kepalanya. Untuk “memperingati” kebencian rakyat China terhadap suami istri pengkhianat itu rakyat China membuat makanan yang terbuat dari tepung gandum, lalu dibentuk persegi panjang, lalu dibelah dan belahannya itu disatukan lagi waktu digoreng, di mana makanan itu disebut “Cakwee.” Itulah cerita kue Cakwee yang sangat melegenda di daratan China. Saking bencinya pada Cung Hwee dan istri maka orang China sampai buat cakwee yang cara masaknya digoreng, seolah-olah sambil membuat, memasak, dan menguyah cakwee tersebut memuaskan keinginan mereka untuk terus menghukum, mengadili Cung Hwee dan istri. Di China penghianat merupakan musuh besar negara, termasuk para koruptor yang dianggap sebagai penghianat negara.

 

Pendidikan

            Perihal pendidikan di China, teman-teman guru favorit telah mengisahkan panjang dan lebar sisi-sisi yang patut dicontoh dan diterapkan. Menurut teman-teman dari dari Jambi Ekspres, perjalanan guru favorit tahun 2015 merupakan perjalanan yang paling sukses, karena selama 10 hari berkunjung ke China mampu mengunjungi 4 sekolah, KJRI, dan KBRI. Jadwal memang padat, namun tak satu menitpun peserta study banding terlambat dalam setiap event. Kedisiplinan kami sebagai peserta memang tidak mau mengecewakan panitia maupun diri kami sendiri. Sehingga guide kami pun mengucapkan salute atas kedisiplinan tersebut.

            Berbicara pendidikan, China sangat menyadari bahwa negara mereka sangat besar dan memiliki tantangan tersendiri. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi prioritas utama di negeri Tirai Bambu ini. Setidaknya ada 4 sekolah yang kami kunjungi, yaitu: Shanghai Community International School (SCIS), Hangzhou Xue Jun High School, Sozhou Number 1 High School, dan Beijing Number 1 Middle School. Banyak hal yang dapat diperoleh sebagai pembanding penyelenggaraan  pendidikan di Indonesia dengan di China. Saya tidak akan secara spesifik menguraikan penyelenggaraan pendidikan di empat sekolah tersebut, karena tulisan teman-teman sebelumnya telah mengulas hal yang sama. Setidaknya ada beberapa hal yang patut dijadikan pertimbangan dan contoh jika membuat kebijakan pendidikan dan penyelenggaraan pembelajaran. Pertama, bahwa mata pelajaran Budaya, Sejarah, Olahraga, dan Bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran lapis pertama dan difavoritkan. Tidak heran jika bangsa China begitu menjunjung tinggi budaya dan martabat bangsa dan sangat menghargai nilai-nilai sejarah. Generasi muda yang kuat dan sehat adalah tujuan pendidikan di China, oleh sebab itu mata pelajaran olahraga wajib di setiap jenjang sekolah. Setiap hari setiap jam 09.30 saat transisi mata pelajaran, seluruh siswa dikumpulkan di lapangan untuk lari keliling lapangan seluas lapangan sepak bola sebanyak 3 kali. Tidak heran juga, jika prestasi olehraga China menjadi kekuatan tersendiri di even-even international. Sebenarnya, pada periode 80-an sampai 90-an sekolah-sekolah di Indonesia telah menerapkan senam pagi sebelum masuk kelas di semua jenjang pendidikan. Tetapi pola itu sekarang tidak diterapkan lagi. Jika ingin membangun generasi Indonesia yang kuat, maka opsinya cara-cara tersebut harus kembali dilakukan. Filsafat dan Humaniora merupakan mata pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, sehingga mata pelajarn ini membuat siswa bisa membuat target dan fokus belajar.

Kedua,Pemerintah Cina sadar betul, untuk memberi makan dan lapangan pekerjaan penduduknya yang berjumlah 1,3 M, maka pendidikan merupakan sektor prioritas nomor satu. Maka dalam pengelolaan pendidikan, khususnya sekolah proses rekrutmen mendapat perhatian khusus. Rekrutmen tidak hanya untuk tenaga guru, tetapi juga rekrutmen peserta didik. Rekrutmen guru: Pemerintah Cina telah membuat kebijakan untuk mengangkat guru yang hanya memiliki latar belakang pendidikan. Artinya, Sang guru harus memiliki sertifikat/ijazah dari LPTK yang notabene merupakan lembaga yang melahirkan guru dengan berbagai disiplin ilmu keguruan. Hal ini tentunya agak sedikit berbeda dengan di Indonesia, di mana seorang sarjana non kependidikan dapat saja menjadi guru karena tidak mendapat pekerjaan lain, atau hanya mengambil akta pendidik dengan cara instan. Sehingga tidak heran, jika kualitas tenaga pendidik/guru di negeri ini masih banyak terdapat yang tidak memahami cara membelajarkan siswanya. Meskipun secara substansi mata pelajaran mereka sangat ahli.

Rekrutmen Siswa: Untuk mendapatkan lulusan yang berkualitas tentu saja ada faktor kualitas masukan siswa yang berkualitas juga. Siswa yang diterima di suatu sekolah harus melalui seleksi yang baik. Tidak hanya nilai, tetapi juga serangkaian tes. Hal ini tidak bermaksud membatasi siswa yang tidak mampu. Justeru, dengan cara ini akan memberikan peluang persaingan yang ketat bagi calon siswa untuk giat dan rajin belajar. Karena jika tidak, maka mereka tidak akan diterima di sekolah yang mereka inginkan. Kondisi ini sedikit berbeda dengan kondisi di Jambi yang terkadang banyak mempertimbangkan aspek sosial, lingkungan, kekerabatan, dan lainnya.

Ketiga, untuk penguatan kompetensi profesionalime dan pedagogik guru, setiap berakhir jam pembelajaran, guru dengan mata pelajaran serumpun melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan menyamakan persepsi tentang desain (perangkat) pembelajaran yang digunakan. Di Jambi, pola ini dikenal dengan MGMP, tetapi pelaksanaannya dilakukan satu kali dalam seminggu, dan terkadang pertemuannya tidak efektif.

Keempat, pola mengajar guru sangat profesional dengan penguasaan model dan strategi pembelajaran, sehingga jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar, guru mampu mengatasinya dengan pendekatan yang humanistik. Guru sangat menguasai psikologi pembelajaran dan kemampuan pedagogik yang baik.

Kelima,Kepala sekolah tidak hanya melaksanakan fungsi manajemen sekolah, tetapi kepala sekolah setiap hari melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan terhadap cara mengajar guru secara baik. Kepala sekolah tidak segan-segan memberikan contoh membelajarkan siswa dengan baik. Kepala sekolah sangat memahami cara mendesain atau merancang pembelajaran dan cara mengimplementasikannya. Harus diakui, kondisi ini agak sedikit berbeda dengan kondisi yang ada di daerah kita. Beberapa kepala sekolah melakukan supervisi sebulan sekali atau bahkan satu semester satu kali. Walaupun secara jadwal kepala sekolah memiliki jam mengajar karena tuntutan sertifikasi. Kepala sekolah jarang melakukan supervisi pembinaan kepada para guru atas pembelajaran yang diselenggarakan guru.

Keenam, untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, sekolah-sekolah di China memiliki fasilitas yang lengkap dan lapangan yang luas. Hal ini berbeda dengan sekolah yang ada di Jambi yang rata-rata memiliki halaman dan lokasi yang sempit dan fasilitas yang minim.

Ketujuh, hal terpenting yang harus dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah adalah membuat Grand Strategy Pembangunan Pendidikan yang berkelanjutan dan berwawasan jauh ke depan untuk membangun bangsa. Sehingga siapa pun pemimpinnya, maka perencanaan strategi pembangunannya tetap. Opsinya adalah, menjauhkan segala hal-ikhwal pendidikan dari segala macam bentuk praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme. Jika tidak, negara ini akan butuh waktu lebih lama lagi untuk dapat mendekati kemajuan Cina.

China memang bangsa yang besar dan kuat. Warga negaranya sangat bangga dengan produk bangsa mereka sendiri. Mulai dari sandal sampai pesawat terbang, bangsa China menggunakan produk dalam negeri sendiri. Inilah mengapa perekonomian mereka kuat dan dapat menopang kehidupan bangsa mereka. Pembangunan infrastruktur jalan, sungai, listrik sampai ke pedesaan, kemajuan bidang pertanian, perikanan, perkembunan, dan peternakan merupakan pondasi pokok yang menopang kebutuhan hidup masyarakat China yang berpenduduk milyaran jiwa.

Akhir dari tulisan ini, adalah jika kita ingin menjadi bangsa yang besar, bermartabat, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia, maka bangsa kita harus menjunjung tinggi budaya, sejarah, dengan dilandasi spiritual yang tinggi. Bangga dengan produk bangsa sendiri adalah kunci untuk membangun perekonomian yang lebih maju. (habis)

 

 

Copyright 2019 Jambiupdate.co

Alamat: Jl. Kapten Pattimura No.35, km 08 RT. 34, Kenali Besar, Alam Barajo, Kota Jambi, Jambi 36129

Telpon: 0741.668844 - 0823 8988 9896

E-Mail: jambiupdatecom@gmail.com