iklan BERISTIRAHAT: Lukman bersama warga lainnya saat akan menuju lokasi turbin PLTMH.
BERISTIRAHAT: Lukman bersama warga lainnya saat akan menuju lokasi turbin PLTMH.
KEINGINAN untuk menikmati listrik sangat besar di Dusun Batu Kerbau, Kecamatan Pelepat. Dengan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jambi untuk membangun Pembagkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang jauh dari dusun mereka.

Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam, maka akan sampai ke Dusun Batu Kerbau, Muara Bungo. Perjalan harus melalui jalanan yang belum diaspal. Apalagi kalau musim hujan, kendaraan roda dua akan susah untuk menembus perjalanan.

Sebenarnya, jalan menuju Dusun Batu Kerbau tersebut sudah pernah di aspal beberapa tahun yang lalu. Saat ini aspal tersebut tidak lagi tampak dan sudah berlobang-lobang. Perjalanan yang cukup melelahkan memang harus ditempuh. Pada saat harian ini ke lokasi PLTMH bersama Lukman (Penjaga PLTMH, red), memakan waktu sekitar 5 jam. Tiga jam menggunakan kendaraan dan 2 jam dengan jalan kaki.

Karena infrastruktur menuju lokasi PLTMH belum dibangun memaksa harian ini bersama Lukman harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki tersebut. Untuk menuju PLTMH ini juga harus menyeberangi kurang lebih 10 anak sungai. Sungai yang diseberangi itu adalah satu sungai yang sama dengan kedalaman rata-rata setengah meter.

Ini merupakan perjalanan yang setiap hari harus Lukman dan dua orang rekannya untuk ke lokasi PLTMH. “Kita gantian bang, satu minggu dibagi tiga. Jadi dua hari-dua hari, “ kata Lukman sambil memandu harian ini ke lokasi PLTMH.
--batas--
Pengecekan Turbin PLTMH setiap hari memang perlu dilakukan. Karena takut terjadi penumpukan sampah di Turbin, apalagi musim penghujan. PLTMH juga akan normal apabila musim penghujan. Apabila datang musim panas, mereka kesulitan untuk mendapatkan listrik. Karena air untuk memutar Turbin sangat sedikit.

Oleh karenanya, Lukman meminta pemerintah untuk menggabungkan Sungai Sengketan simpang kiri dan sungai sengketan simpang kanan. “Kalau sudah di sodet, airnya akan besar. Musim kemaraupun tidak menjadi masalah,” kata dia.

Sebelum menempuh dengan jalan kaki, harian ini dan beberapa warga Dusun Batu Kerbau terlebih dahulu makan di pinggir sungai sambil melihat asrinya hutan.

Dalam perjalanan juga terlihat warga yang berladang menanam Padi. Selain merawat PLTMH, pagi harinya Lukman dan dua orang rekannya menyadap karet terlebih dahulu. Sekitar pukul 13.00 atau 14.00 WIB baru mengecek PLTMH. “Kadang kita pulang malam. Kita siapkan senterlah,” kata Lukman.

Dengan pekerjaan yang seperti itu, dikatakan Lukman, dalam satu bulannya bisa menikmati gaji kurang lebih Rp 600 ribu. Gaji diterima setelah 90 Kepala Keluarga (KK) membayar. “Satu KK bayar 20 ribu per bulan. 20 ribu itu hanya 3 buah lampu,” tukasnya.

Apabila ingin memasang TV, kulkas, maka bayaranyya ditambah lagi. “Untuk TV, dan yang lainnya bayarannya berbeda-beda,” akunya.

Meskipun hanya menerima Rp 600 per bulannya, uang tersebut sangat membantu Lukman dan rekannya. Setidaknya untuk menambah uang sekolah dan keperluan dirumah. “Alhamdulillah cukup,” kata dia.

Dia hanya mengeluh dengan infrastruktur untuk menuju ke lokasi PLTMH. Jangankan menggunakan dengan Sepeda Motor, menggunakan sepeda dayung saja tidak bisa. “Inilah yang kita lakukan setiap hari,” ujarnya lagi.

Sekitar pukul 15.00 WIB, harian ini telah sampai di lokasi. Dari jarak 100 meter sudah terdengar suara turbin PLTMH yang beruptar kencang oleh air yang dijatuhkan dari bukit. Ketinggiannya sekitar 100 meter lebih. Untuk mendaki bukit itu saja perlu tenaga yang kuat dan stabil.

penulis : FATHUL MUBARAK, Bungo

Berita Terkait



add images