Pantauan media ini di beberapa kawasan di bantaran Sungai Batanghari, kemarin, air sungai terlihat menyusut. Bahkan di kawasan Penyengat Rendah, bibir sungai yang sudah mengering tanahnya mulai retak-retak. ‘’Sudah hampir dua bulan hujan tidak turun di Kota Jambi. Akibatnya sungai mulai menyusut,’’ ujar Jufri, warga Jambi tang tinggal di bantaran sungai.
Namun demikian, menurutnya, kondisi ini belum mengganggu aktivitas warga, terutama yang biasa mencari ikan di Sungai Batanghari. ‘’Setiap tahun seperti ini. Biasanya, dalam bulan Februari hujan akan kembali turun, setelah itu baru kemarau panjang,’’ sebutnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi Zubaidi AR, dikonfirmasi kemarin, mengatakan, ketinggian air Sungai Batanghari saat ini turun hingga mencapai 10 meter (M). ‘’Namun demikina, diperkirakan hujan masih akan terjadi hingga April mendatang,’’ sebutnya.
BPBD, katanya, siap menghadapi apapun kondisi yang terjadi, termasuk naiknya debit air Sungai Batanghari. ‘’Cuaca saat ini tidak menentu. Saat ini sedang terjadi perubahan iklim,’’ pungkasnya.
Di bagian lain, kekeringan yang terjadi di Provinsi Jambi juga berimbas kepada naiknya titik api alias hotspot yang berhasil terpantau di beberapa kawasan hutan ni Provinsi Jambi. Titik api itu terbanyak berada di Kabupaten Tebo. Bahkan, keseluruhan titik hotspot itu terpantau satelit NOAA, berada di kordinat lahan yang dikelola perusahaan di kawasan Kabupaten Tebo.
Hal ini diketahui berdasarkan data yang didapatkan harian ini dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Kamis (13/2). Di Kabupaten Tebo, terpantau ada sebanyak 7 titik hotspot. Diantaranya, di Kecamatan VII Koto ada 3 titik yang dua diantaranya merupakan lahan garapan PT Lestari Asri Jaya dan satu titik dikelola PT Arangan H L, yang semuanya di Kecamatan VII Koto.
Sementara itu, masih di kabupaten Tebo, di Kecamatan VII Koto Ilir, ditemukan satu titiik hotspot di lahan yang dikelola PT Lestari Asri Jaya. Kemudian, di Kecamatan Sumay ditemukan dua titi hotspot yang salah satunya di lahan yang dikelola PT Lestari Asri Jaya dan satu lainnya lahan yang dikelola Aldo Mandiri Sukses.
Terakhir, titik hotspot yang ditemukan di Tebo adalah di Kecamatan Muaro Tabir, di lahan yang dikelola oleh PT. Gamasia Hutani. Sementara di Batanghari, ditemukan empat titik hotspot. Diantaranya di Pemayung satu titik di lahan yang diperkirakan milik masyarakat.
--batas--
Lalu, di Mersam ada dua titik yakni di lahan Sawit Jambi Lestari, dan satu lainnya di lahan masyarakat. Di Kecamatan Muara Bulian, ditemukan satu titik di lahan Berkah Sapta Palma. Selain itu, di Kecamatan Sungai Gelam, Muaro Jambi ada satu titik di lahan Sumbertama Nusa P. Kemudian di Kecamatan Mestong ada satu titik yang merupakan lahan masyarakat.
Kabid Perlindungan Hutan, Agus Srianta yang ditemui Kamis (13/2) mengatakan, kekeringan dan ditemukannya hotspot di musim hujan seperti saat ini belum pernah terjadi. Dia mengaku juga bingung dengan kondisi saat ini. “Kata BMKG bulan Juni kemarau, kok ini Februari sudah begini,” ungkapnya.
Diterangkannya, hotspot yang terpantau bisa jadi bukan merupakan titik api. Sebab, satelit NOAA yang memantau titik panas itu sangat peka. “45 derajat saja sudah terpantau sebagai titik api. Kalau panas seperti ini, pantauan sinar matahari ke air di sungai saja bisa jadi hotspot,” ujarnya.
Diterangkannya, jika memang benar titik api, pihaknya akan melakukan pemadaman dengan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Kota, Manggala Agni dan beberapa pihak terkait lainnya. “Tanggal 12 terpantau 17 titik, ini hasil monitoring kemarin dari satelit NOAA. Hari ini (kemarin, red) baru kita terima laporannya,” ungkapnya.
Soal kebakaran di lahan milik perusahaan, dia menegaskan, harus ada tindakan dari pihak perusahaan sendiri. “Perusahaan sudah ditelpon karena tanggung jawab dia agar cepat lakukan tindakan, kalau benar kebakaran silahkan langsung tindak. Kalau masih ditemukan di hari selanjutnya titiknya di tempat yang sama, maka kita akan turun kesana,” ujarnya.
Sementara itu, Sucipto, Kasi Penanggulangan Kebakaran Hutan menambahkan, pihaknya sudah menyurati daerah terkait hal itu. “Kita koordinasi juga ke mandala agni di daerah untuk melakukan tindakan. Agar cepat bisa diatasi kalau memang bisa dilakukan tindak lanjut. Turun langsung ke lapangan sampai api padam,” jelasnya.
Dikatakannya, yang melakukan tugas pemadaman api bukan hanya pihak Dinas Kehutanan saja. “Yang memadamkan bukan dishut saja, di kabupaten juga, BPBD juga, manggala Agni agar api tak merembet kemana-mana,” ujarnya.
Ditanya soal status, dia menjelaskan, kondisi sekarang bsia jadi dikatakan siaga 3. Namun kondisi itu masih aman. “Ini masih masuk siaga 3 lah, hanya saja masih terbilang aman,” ungkapnya.
Diterangkannya, lahan terbakar yang sangat rawan adalah lahan gambut. Sementara di Provinsi Jambi sendiri ada seluas 900. 000 hektar lahan gambut. “Itu di Muaro jambi, Tanjab Barat Dan Tanjab Timur. Ini yang sangat rentan. Kalau sudah terbakar, ya itu akan banyak menyumbang asap. Di tebo ini kan banyak sudah hotspot tapi tak parah asapnya, karena tak ada gambut,” pungkasnya.
17 Koordinat Hotspot di Provinsi Jambi
Daerah |
Status Kawasan |
Perkiraan Lokasi |
Pemayung, Batanghari Mersam, Batanghari Mersam, Batanghari Muara Bulian, Batanghari Sungai Gelam, Ma Jambi Mestong, Ma Jambi Mandiangin, Sarolangun Pauh, Sarolangun Batang Asam, Tanjab Barat Batang Asam, Tanjab Barat VII Koto, Tebo VII Koto, Tebo VII Koto, Tebo VII Koto Ilir, Tebo Sumay, Tebo Sumay, Tebo Muaro Tabir, Tebo |
APL APL APL APL APL APL APL APL HPT HPT HP HP HP HP HP APL HP |
Lahan Masyarakat Sawit Jambi Lestari Lahan Masyarakat Berkah Sapta Palma Sumbertama Nusa P Lahan Masyarakat Bangun Mukti K.Ind Anugerah Pola Nusa Hutan Negara Hutan Negara PT Lestari Asri Jaya PT Lestari Asri Jaya PT Arangan H L PT Lestari Asri Jaya PT Lestari Asri Jaya Aldo Mandiri Sukses PT. Gamasia Hutani |
sumber : jambi ekspres