iklan
Kartini identik dengan ungkapan “ Habis Gelap Terbitlah Terang.” Identik pula dengan istilah emansipasi. Kartini membiaskan pengaruh besar kepada kaumnya dan membuka mata kaum laki-laki agar memberi arti kepada kaum yang dianggap lemah ini.

Kharisma Kartini tidak pernah pudar. Hal itu dapat dilihat dari anak Indonesia yang tidak sedikit menggunakannya. Model kebaya Kartini selalu diadopsi para wanita secara turun-temurun, begitu juga dandanan rambut para ibu dalam acara resmi, selalu menghadirkan model sanggul Kartini.

Sejauh mana penghayatan kaum wanita terhadap perjuangan pahlawan yang bernama Raden Ajeng Kartini? Apakah kaum wanita tahu isi buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang?’ Beruntunglah yang pernah membaca buku ini dan merenungkan isinya. Di benak mereka akan tergambar perjuangan Kartini untuk memompakan semangat kepada kawan-kawannya melalui surat-suratnya. Perempuan tidak boleh lemah. Perempuan tidak boleh dipandang sebelah mata. Perempuan tidak boleh buta aksara. Pintu sekolah bukan hanya untuk kaum laki-laki. Perempuan tidak boleh hanya lahir, bertumbuh lalu ke dapur, ke sumur kemudian menunggu jodoh didatangkan. Kalau hanya berpasrah diri, kegelapan akan bertambah gelap. Kaum perempuan akan hidup seperti katak di bawah tempurung.Tembok belenggu harus dirobohkan agar kelihatan mentari yang mengintip, agar kelihatan warna-warni yang mempesona.

Perjuangan Kartini dalam menegakkan emansipasi bukan pekerjaan ringan. Rintangan yang dihadapinya sangat berat dan berliku, namun Kartini tidak pernah menyerah.
Bila pahlawan kemerdekaan bertempur dengan senjata, Kartini bertempur dengan ujung pena. Goresan penanya mampu membuka pintu kesadaran kawan-kawannya agar bergerak dari ketertindasan.

Masa penjajahan telah berlalu, masyarakat Indonesia memasuki pintu kemerdekaan. Dalam era ini hasil perjuangan Kartini nyata sekali. Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan bisa dikatakan seimbang. Pekerjaan dan jabatan yang disandang laki-laki, juga diampu oleh perempuan, bahkan ke tingkat yang paling tinggi yaitu memegang tampuk pemerintahan.

Emansipasi yang dirintis wanita Jepara ini hendaknya dipelihara kaum wanita agar tetap berada di dalam rel emansipasi murni dan sejati. Hendaknya istilah ini tidak mengalami perluasan makna. Kalau kata emansipasi ini meluas atau memuai hingga melampaui batas maka akan timbullah emansipasi yang bersifat negatif.

Yang dikhawatirkan, jangan-jangan emansipasi yang bersifat negatif telah menyentuh kehidupan kaum wanita sekarang. Sebab banyak kebiasaan laki-laki  yang meskipun sudah di luar sisi positif masih dianggap lazim, tetapi kalau dilakukan kaum wanita sangat sensitif dengan nilai moral.

Emansipasi rintisan Raden Ajeng Kartini ini hendaknya disadari kaum wanita. Kartini mengangkat derajat perempuan agar perempuan itu mulia, bukan emansipasi yang bebas tanpa batas. Pribadi Kartini  yang lahir pada tanggal 21 April 1879 hendaknya tercangkok dalam jiwa jutaan Kartini sekarang. (Penulis adalah Guru SMPN 7 Batanghari)



sumber :Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images