Dengan dasar pendidikan Perhotelan jurusan tata boga, Chief Rahmat Muliana kini memiliki segudang pengalaman memasak berbagai jenis masakan. Baik makanan nusantara sampai masakan yang terkenal di mancanegara.
Lelaki satu ini kini berkarier sebagai Eksekutif Chief di Aston Hotel Jambi. Chief Rahmat Muliana yang sudah berkecimpung selama 22 tahun menjadi seorang chief atau lebih dikenal dengan sebutan koki ini, mengawalli kariernya pada awal tahun 1990-an di Kota kelahirannya Bandung.
Disela-sela kesibukannya sebagai seorang eksekutif chief, Rahmat menyempatkan diri untuk meluangkan waktunya menemui harian ini. Mengawali perbincangan Chief Pria ramah ini mengakui kalau tadinya dia tidak tertarik untuk menjadi seorang chief.
“Sebenarnya saya tidak berkeinginan untuk mejadi chief, saya SMA-nya itu dari tekhnik. Kebetulan waktu itu saya ditawarin sama orang tua saya untuk memilih masuk kejurusan perhotelan dan mengambil jurusan tata boga,” ungkapnya.
Jurusan tata boga memang jurusan yang membidangi soal berbagai jenis masakan. “Jadi usulan dari orang tua itu saya terima. Begitu selesai saya langsung kerja di salah satu hotel yang ada di Kota Bandung. Disitu saya mulai sangat tertarik dengan dunia kuliner,” uja pria kelahiran Bandung 18 Mei 1971 ini.
Namun untuk menjadi seorang chief itu tidak mudah. Perlu melalui beberapa proses tahapan, seperti cook calver,dining chief, sampai ke puncak karier menjadi eksekutif chief. Chief Rahmat Sendiri memiliki pengalaman menarik selama berkarier.
Pada saat dirinya berada di Qatar, dia menjalani proses pelatihan. “Disitu saya mulai terbuka mata saya, dimana dalam memasak kita harus melihat hal-hal seperti sanitasi, hygien, food safetynya. Karena di Indonesia sangat jarang memperhatikan ketiga hal tersebut,” ungkapnya.
“Masakan enak belum tentu bersih dalam cara pengolahannya bersih, jadi pengalaman saya di Qatar tentang food safety dan hygiene itulah yang selalu saya perhatikan dalam memasakan,” terangnya.
--batas--
Chief Rahmat juga menceritakan spesifikasi yang masakan yang dikuasainya yang kalau sesuai dengan pendidikannya itu masakan western. Tapi dirinya masakan western itu terlalu monoton atau standar dan tidak tidak ada tantangan.
Akhirnya dia mendalami masakan Chinese food, karena Chinese food itu cakupannya lebih luas, juga tiap negara mempunyai Chinese food, dan juga lebih memiliki minat konsumen tinggi dan mempelajari masakan Chienise food itu banyak diraihnya selama bekerja dengan guru atau master yang berbeda-beda.
“Saya punya chi fuu, itu adalah gurunya memasak dalam masakan Chinese Food, sampai yang terakhir itu guru saya asli dari Beijing. Dia lebih dominan ke chuisien, atau yang lebih modern, jadi saya menekuni dan implementasikan Chinese food tapi bergaya modern,” ungkapnya.
Walaupun dirinya mengusai masakan Internasional, Chief Rahmat sangat mencintai cita rasa dan membanggakan masakan Nusantara atau Tradisional. Dengan pengalaman bekerja mulai dari pulau jawa, Kalimantan, dan Sumatra membuat dirinya menguasai berbagai macam masakan Nusantara.
“Saya orang Indonesia, jadi masakan Indonesia memang harus saya tonjolkan. Masa koki atau chief Indonesia tidak bisa memasak masakan Indonesia, terutama masakan sunda karena itu tanah kelahiran saya,” terangnya.
Dia mengaku belum menemukan masakan yang memang khas dari Jambi. “Saya belum ada nemuin masakan yang asli masakan Jambi kerena posisi Jambi ini berada ditengah-tengah jadi banyak ke masakan Palembang dan masakan Padang jadi cita rasanya itu bervariatif,” ungkapnya. (*)
Penulis : PERLANDES, jambi ekspres