Pelajaran yang diterapkan di SMK berbeda dengan SMA. Sebab, SMK lebih mengedepankan praktek dibandingkan teori. Bagaimana jadinya bila SMK kekurangan alat-alat praktek?
SUARA berisik terjadi di dalam sebuah ruang parket otomotif SMK 1 Tanjabtim. Maklum saja, sebagian siswa ada yang sedang belajar mengelas dan membongkar mobil praktek.
Walaupun kekurangan alat praktek, tapi siswa di SMK tersebut seakan tidak peduli kekurangan tersebut. Yang terpenting bagi siswa adalah belajar bagaimana memperbaiki mobil yang rusak.
Kepsek SMK 1 Tanjabtim, Muhammad Latip membenarkan minimnya fasilitas bagi siswa jurusan otomotif. “Anak-anak mau praktek mobil yang dipergunaka itu-itu saja. Karena memang kami hanya memiliki satu mobil untuk praktek,” terang Latip.
Sehingga, ketika siswa-siswa akan melaksanakan ujian praktek, siswa harus mengantri mempergunakan satu mobil praktek tersebut. Dengan keadaan seperti ini, sudah barang tentu banyak membuang waktu. “Kalau ada dua atau tiga mobil praktek kan bisa efisien waktu yang digunakan,” katanya.
Selama ini, dirinya tidak pernah tinggal diam agar sekolah yang dipimpinnya memiliki mobil praktek bagi siswa. Mulai dari dinas terkait hingga perusahaan swasta pernah dilobinya, agar sekolahnya memiliki tambahan mobil praktek bagi siswa. “Tahun ini dari dinas terkait berusaha menambah mobil praktek,” tukasnya.
Alasan penambahan mobil praktek adalah agar siswa di sekolahnya memiliki kemampuan dengan keahlian yang dimiliki. Apalagi, SMK 1 Tanjabtim sangat diminati masyarakat untuk menambah kemampuan. “Kalau skil kurang kan jadi kurang efektif sesudah lulus sekolah,” terangnya.
Satu-satunya mobil praktek yang dimiliki SMK 1 Tanjabtim, adalah hasil iuran guru dan siswa. Agar SMK 1 Tanjabtim memiliki alat praktek. (*)
Penulis : FAUZI YOSI ESISKA, jambi ekspres