iklan Ilustrasi : net
Ilustrasi : net
Merebaknya virus baru flu burung H7N9  yang lebih mematikan jika dibandingkan dengan virus flu burung sebelumnya, yakni H5N1, membuat Provinsi Jambi waspada.

Koordinator Pusat Pengendalian Penyakit Hewan Dinas Peternakan Provinsi Jambi, Tatang Del Canto saat dikonfirmasi kemarin, mengatakan, virus ini memang belum masuk ke Indonesia.
“Virus ini memang perlu diwaspadai. Saat ini, virus ini memang belum masuk ke Indonesia. Kabarnya, virus ini mulai merebak di China dengan jumlah 18 kasus dan 6 diantaranya dikabarkan meninggal dunia setelah terserang virus ini,” jelas Tatang.

Ditanya soal antisipasi dari pihaknya, dia mengatakan, saat ini, pihaknya juga menempatkan petugasnya di beberapa daerah untuk mengantisipasi masuknya virus mematikan ini dan menyerang warga.

“Kita berharap partisipasi masyarakat untuk menyemprot desinfektan kepada kandang unggas dan juga lingkungan di sekitarnya untuk mengantisipasi. Semua Kabupaten dan Kota kita harap juga berperan untuk melakukan pencegahan,” imbuhnya.

Disamping itu, katanya lagi, dirinya berharap masyarakat berperan aktif dalam memerangi virus ini. Jika ada kejadian, katanya lagi, hendaknya masyarakat melaporkan kejadian itu kepada pihaknya langsung.

“Kami harap masyarakat juga melapor kalau ada kejadian kepada petugas kita. Selama petugas kita aktif memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menghubungi kalau ada kejadian,” jelasnya.

Lalu bagaimana jika ada unggas yang masuk ke Indonesia kemudian beredar ke Jambi sehingga menyebabkan mewabahnya virus mematikan ini. Tentunya, hal ini akan menimbulkan keresahan yang sama ketika merebaknya virus H5N1 dahulu.

“Untuk lalu lintas unggas itu kita melaksanakan pengawasan lalu lintas yakni pelarangan unggas masuk Jambi. Sehingga, kalau ada apa-apa kita bisa cepat mengantisipasi. Kita juga akan mencoba menggiatkan kegiatan check poin sebagai pengawasan awal,” ungkapnya.

Lalu, bagaimana jika virus ini sudah mewabah di Jambi dan menyerang unggas serta manusia? Menurut Tatang, penanganannya sama dengan cara penanganan kasus H5N1. “Kalau ada kejadian kita akan musnahkan unggas yang terjangkit dengan cara dikubur dan dibakar. Untuk mengantisipasinya diadakan penyemprotan desinfektan,”pungkasnya.

Berdasarkan berita nasional, Pemerintah saat ini mewaspadai kasus merebaknya virus flu burung jenis baru (H7N9) yang ditemukan di Tiongkok. Virus tersebut lebih mematikan dibandingkan jenis lama, yaitu H5N1. Kesiagaan harus ditingkatkan karena potensi penularan lintas negara masih cukup besar.

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi mengatakan, saat ini seluruh negara, khususnya di sekitar Tiongkok, tengah siaga mengahadapi penularan virus mematikan tersebut.

Saat ini jumlah kasus penularan jenis baru virus flu burung di Tiongkok mencapai 18 orang. Enam orang diantaranya dikabarkan meninggal dunia. Penderita diduga kuat terpapar virus flu burung karena kontak langsung dengan unggas. Belum ditemukan fakta ada penularan antarmanusia. Badan administrasi obat dan makanan Tiongkok telah menyetujui penggunaan obat suntik anti-influenza. Obat itu disebut Peramivir dan diproduksi oleh BioCryst, salah satu perusahaan bioteknologi dari Amerika Serikat. (sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images