iklan BERJAGA: Zainal Abidin menjalani rutinitasnya menjadi penjaga TPA.
BERJAGA: Zainal Abidin menjalani rutinitasnya menjadi penjaga TPA.
Tak terasa sudah 13 tahun menjadi penunggu TPA di Dusun Tanjung Menanti. Menggunakan pakaian lusuh dan hidup dikerumunan lalat sudah hal yang biasa di lakukan oleh Zainal Abidin
 
MENJADI penunggu TPA bukanlah pekerjaan yang hina bagi Zainal Abidin. Demi menghidupkan keluarga, dia rela bekerja menjadi penunggu TPA.Meskipun setiap harianya bertemu dengan kotoran dan mencium bau tidak sedap.

Teriknya matahari, lumpur dan debu, sudah biasa dihadapi oleh pria yang berumur 60 tahun. Dia memang merasa kehidupan saat ini sangat keras. Beruntung dirinya seorang pekerja keras sejak kecil. Niat baik yang ia lakukan itu bisa menghidupkan anak dan istrinya.  

Zainal, itulah sapaan yang biasa dipanggil sopir mobil pengantar sampah yang masuk ke kawasan TPA itu. Dari kejauhan, sopir sudah melihat Pak Zainal yang duduk didepan Pos penjagaan.

Ketika armada tiba di lokasi, dengan cekatan pak Zainal memberi isarat dengan melambaikan tangan. Tanpa mengeluarkan suara, sopir segera meletakkan sampah pada tempat-tempat yang kosong. “Sudah 13 tahun saya bekerja di sisni mas,” pungkasnya, saat berbincang dengan harian ini.

Meskipun gaji yang didapat tidak seberapa, pak Zainal tetap bertahan disana demi menghidupi keluarga tercinta. Sebelumnya, dirinya sempat berhenti bekerja. Saat itu gajinya sempat tidak dibayarselama tiga bulan.  “Lumayan sebanyak satu juta lima puluh ribu rupiah,” akunya.

Pada bulan pertama, gaji yang diterima Zinal sebanyak Rp 250 ribu/bulan. Pada bulan kedua terjadi peningkatan sebesar Rp 350 ribu/bulan. (*)

Untuk menambahkan biaya hidup, istrinya juga bekerja dengan mencari barang bekas yang bisa didaur ulang. Pak Zainal merasa lega, karena anak-anak tercinta sudah menikah dan memiliki 5 orang cucu.


Penulis : FATHUL MUBARAK, Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images