-------------------
SEBAGAI salah satu museum yang mengoleksi benda-benda zaman perjuangan dulu, pedang samurai yang digunakan oleh tentara Jepang ternyata juga masih tersimpan rapi di di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi di bilangan Jalan Sultan Agung.
Pedang-pedang itu disimpan dengan elegan di dalam lemari kaca tembus pandang. Sehingga setiap pengunjung museum bisa melihat samurai itu dengan aman.
Pedang Samurai yang dikoleksi di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi merupakan pedang hasil rampasan Rakyat Indonesia saat tentara jepang menjajah Indonesia tahun 1942.
Ada Tiga Pedang Samurai yang dipamerankan di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi yaitu Pedang Samurai Milik Sunaryo dan Pedang Samurai Sunan Bidin, Keduanya merupakan pejuang yang berasal dari Batanghari dan yang terakhir pedang Samurai Dewan Harian Daerah (DHD) angkatan 45 Kabupaten Tebo.
Pedang Samurai rampasan ini pernah dipakai oleh pejuang pejuang Jambi khususnya pasukan Gerilya Batang Bungo, Pasukan Syahid di Kabupaten kerinci dan daerah lain yang berada di Propinsi Jambi saat berjuang pada perang kemerdekaan tahun 1949.
Pada pertempuran Durian Luncuk para pejuang Jambi juga mengunakan Pedang samurai sebagai Senjata untuk melawan penjajahan Belanda.
Pada tahun 1949 terjadi peristiwa penyerangan besar-besaran pada kedudukan pasukan Belanda oleh pasukan STD (Sub Teritorium Djambi) dengan komandan Kolonel Abunjani yang bertepatan di Daerah Pasar Durian luncuk.
Komandan STD Kolonel Abunjani didampingi Kepala Staf Mayor Brori Mansyur melalui penghubung mengumpulkan semua komandan pasukan untuk memberi perintah sasaran penyerangan pada tempat kedudukan Belanda di Pasar Durian Luncuk.
Setelah mengumpulkan para komandan, Kolonel Abunjani langsung membagikan Senjata, sedangkan untuk Senjata Pedang Samurai dipimpin oleh Mayor Suroto akan menyerbu ke dalam barak Belanda dengan bersenjatakan pedang samurai.
Setelah menyocokan jam, Komandan Pasukan masing-masing membawa pasukannya dengan hati-hati di tempat yang ditentukan.Tepat pukul 03.30 tanggal 18 Februari 1949 penyerangan dimulai dan dalam penyerangan ini banyak timbul korban di pihak Belanda.
Yulhandri Seksi Bimbingan Dan Publikasi Meseum Perjuangan Rakyat Jambi mengatakan, beberapa pedang Samurai yang dipamerankan disini merupakan hasil rampasan para pejuang Indonesia saat Jepang menjajah Indonesia dan Juga dipakai pada waktu pejuang Jambi menyerang Belanda.
”Buktinya pada penyerangan penjajahan belanda di Durian Luncuk para pejuang Jambi memakai Pedang Samurai sebagai senjata,” Sebut Yulhandri
Ditambahnya lagi, Pedang samurai yang ada di meseum kebanyakan didapatkan dari turunan dan ada yang menghibahkan.
”Kalau ada acara pameran, kita sering membawa Pedang Samurai ini untuk dipamerankan,” Ungkap Yulhandri.
Namun untuk saat ini pedang Samurai sangat sulit untuk ditemukan dikarnakan Pedang samurai ini sudah dijadikan barang Antik. (*)
Penulis : DEDI AGUSPRIADI
SEBAGAI salah satu museum yang mengoleksi benda-benda zaman perjuangan dulu, pedang samurai yang digunakan oleh tentara Jepang ternyata juga masih tersimpan rapi di di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi di bilangan Jalan Sultan Agung.
Pedang-pedang itu disimpan dengan elegan di dalam lemari kaca tembus pandang. Sehingga setiap pengunjung museum bisa melihat samurai itu dengan aman.
Pedang Samurai yang dikoleksi di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi merupakan pedang hasil rampasan Rakyat Indonesia saat tentara jepang menjajah Indonesia tahun 1942.
Ada Tiga Pedang Samurai yang dipamerankan di Meseum Perjuangan Rakyat Jambi yaitu Pedang Samurai Milik Sunaryo dan Pedang Samurai Sunan Bidin, Keduanya merupakan pejuang yang berasal dari Batanghari dan yang terakhir pedang Samurai Dewan Harian Daerah (DHD) angkatan 45 Kabupaten Tebo.
Pedang Samurai rampasan ini pernah dipakai oleh pejuang pejuang Jambi khususnya pasukan Gerilya Batang Bungo, Pasukan Syahid di Kabupaten kerinci dan daerah lain yang berada di Propinsi Jambi saat berjuang pada perang kemerdekaan tahun 1949.
Pada pertempuran Durian Luncuk para pejuang Jambi juga mengunakan Pedang samurai sebagai Senjata untuk melawan penjajahan Belanda.
Pada tahun 1949 terjadi peristiwa penyerangan besar-besaran pada kedudukan pasukan Belanda oleh pasukan STD (Sub Teritorium Djambi) dengan komandan Kolonel Abunjani yang bertepatan di Daerah Pasar Durian luncuk.
Komandan STD Kolonel Abunjani didampingi Kepala Staf Mayor Brori Mansyur melalui penghubung mengumpulkan semua komandan pasukan untuk memberi perintah sasaran penyerangan pada tempat kedudukan Belanda di Pasar Durian Luncuk.
Setelah mengumpulkan para komandan, Kolonel Abunjani langsung membagikan Senjata, sedangkan untuk Senjata Pedang Samurai dipimpin oleh Mayor Suroto akan menyerbu ke dalam barak Belanda dengan bersenjatakan pedang samurai.
Setelah menyocokan jam, Komandan Pasukan masing-masing membawa pasukannya dengan hati-hati di tempat yang ditentukan.Tepat pukul 03.30 tanggal 18 Februari 1949 penyerangan dimulai dan dalam penyerangan ini banyak timbul korban di pihak Belanda.
Yulhandri Seksi Bimbingan Dan Publikasi Meseum Perjuangan Rakyat Jambi mengatakan, beberapa pedang Samurai yang dipamerankan disini merupakan hasil rampasan para pejuang Indonesia saat Jepang menjajah Indonesia dan Juga dipakai pada waktu pejuang Jambi menyerang Belanda.
”Buktinya pada penyerangan penjajahan belanda di Durian Luncuk para pejuang Jambi memakai Pedang Samurai sebagai senjata,” Sebut Yulhandri
Ditambahnya lagi, Pedang samurai yang ada di meseum kebanyakan didapatkan dari turunan dan ada yang menghibahkan.
”Kalau ada acara pameran, kita sering membawa Pedang Samurai ini untuk dipamerankan,” Ungkap Yulhandri.
Namun untuk saat ini pedang Samurai sangat sulit untuk ditemukan dikarnakan Pedang samurai ini sudah dijadikan barang Antik. (*)
Penulis : DEDI AGUSPRIADI