iklan DITOKONYA: Ariani saat memperlihatkan salah satu tas buatannya saat ditemui di tokonya belum lama ini. 
DITOKONYA: Ariani saat memperlihatkan salah satu tas buatannya saat ditemui di tokonya belum lama ini. 
Bermula dengan menjadi karyawan yang membuat tas, akhirnya membuahkan hasil. Adalah Ariani (28), yang kini merasakan manisnya hasil dari jerih payahnya. Kini, dia malah menjadi pelaku usaha pembuatan tas ini.

Usaha tentunya selalu membuahkan hasil yang manis. Seperti ini pula yang dirasakan oleh Ariani. Ditemui belum lama ini, dia tampak ramah. Dengan mengenakan baju berwana biru dan jilbab merah, wanita ini dengan bersemangat memperlihatkan beberapa tas hasil buatannya.

Ariani merintis usaha pembuatan tas Nafaza yang berlokasi bilangan Telanaipura, dekat kampus IAIN STS Jambi. Ariani kepada harian ini mengaku merancang sendiri berbagai tas yang dijualnya. Setiap hari, dia mengaku bisa menghasilakn ratusan tas untuk dipasarkan dengan harga yang relatif murah.


Usaha pembuatan tas ini sudah dijalankan ibu dua orang anak ini selama 5 tahun belakangan. Di toko Nafaza ini, Ariani juga menerima langsung pesanan pembuatan tas dari konsumennya. Dia mengaku, ilmunya dalam membuat tas diraihnya ketika menjadi karyawan di sebuah usaha pembuatan tas lainnya.


Berbekal pengalaman itulah, akhirnya dia merintis usaha tersebut. “Saya tertarik untuk membuka usaha ini, dikarenakan pada waktu saya masih menjadi karyawan pembuat tas, saya melihat usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.


Dia mengaku, dalam pemesanan pembuatan tas, banyak dilakukan oleh instansi pemerintahan dan swasta. “Biasanya yang paling banyak memesan tas orang kantor. Untuk harga pesanan tergantung model sama bahannya, paling banyak sampai ribuan tas yang dipesan. Namun paling sedikit itu sebanyak 50 tas,” ujarnya.


Disebutnya lagi, bahwa untuk tas yang paling mahal dijual seharga Rp 80 ribu. Namun untuk harga yang paling murah Rp 15 ribu. “Untuk harga kita tidak terlalu mahal, masih harga standar,” katanya.


Sedangkan untuk membeli bahan dirinya harus memesan dari Jakarta, Padang, dan Bukit Tinggi, yaitu bahan D 600, mikro, Turin, Baby Ristok. Sekali pesan, katanya, biasanya dirinya mengambil 30 rol dengan harga satu rol Rp 500 ribu.


Dia mengaku, saat ini omsetnya dalam satu bulan mampu mencapai Rp 40 juta. “Kalau usaha kita sudah maju, rencannya nanti kita akan membuka cabang,” tandasnya. (Penulis : DEDI AGUSPRIADI)

Berita Terkait



add images