Salah satu sasaran pembangunan gizi adalah menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita menjadi 15,5 persen, termasuk prevalensi balita pendek (stunting) menjadi kurang dari 32 persen. Pembangunan gizi merupakan isu lintas bidang yang melibatkan peran berbagai sektor, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan juga seluruh komponen masyarakat. Hal ini disampaikan Kepala Seksi Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Helfiyan, SST, M.Kes kepada Jambi Ekspres.
“Penanganan masalah gizi memerlukan upaya komprehensif dan terkoordinasi. Pembangunan gizi harus merupakan gerakan masyarakat yang dapat mendorong upaya pembangunan berkelanjutan. Upaya global dalam penanganan masalah gizi melalui program Scaling-up Nutrition Movement (SUN Movement) yang diprakarsai oleh PBB,” jelas Helfiyan.
Helfiyan memaparkan, tujuan global SUN Movement, adalah menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun). “Di Indonesia gerakan SUN Movement disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka Seribu Pertama Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan-Gerakan 1000 HPK.
“Untuk merumuskan Gerakan 1000 HPK, telah dilakukan serangkaian kegiatan melibatkan pemangku kepentingan utama yang terdiri atas Kementerian dan Lembaga (K/L), dunia usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial kemasyarakatan (LSM), dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, serta media. Dari serangkaian kegiatan tersebut telah dihasilkan tiga dokumen, yaitu: Pertama, Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 HPK. Kedua, Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 HPK. Ketiga, Rancangan Peraturan Presiden tentang Gerakan Nasional Sadar Gizi”, jelas Helfiyan.
Gerakan 1000 HPK, sebagaimana digariskan dalam Global SUN Movement memerlukan penguatan intervensi bersifat spesifik yang masih belum optimal pelaksanaannya, serta peningkatan intervensi bersifat sensitif yang memerlukan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan. ”Selain itu, setiap kegiatan Gerakan 1000 HPK harus memiliki nilai tambah dan sesuai kebutuhan, dilakukan secara lintas sektoral, terpadu, efisien, dan memiliki dampak luas serta memungkinkan berbagai pemangku kepentingan bekerja sama dan berkesinambungan.
Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (stunting) di provinsi Jambi Prevalensi Pendek pada tahun 2010 sebesar 32% dan akan diturunkan menjadi 26 % pada Tahun 2015. Dari 10 orang anak sekitar 3-4 orang anak balita mengalami stunting. Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan penyakit berulang yang didasari oleh lingkungan yang tidak sehat. Apabila janin dalam kandungan mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan normal. Keadaan ini akan berlanjut apabila bayi sampai dengan usia 6 bulan mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif). Untuk mempertahankan hal tersebut, maka pemberian MP-ASI sejak usia 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun merupakan cara efektif untuk mencapai berat badan dan panjang badan yang normal.(sumber: jambi ekspres)