Kecanduan internet merupakan sebutan bagi mereka yang sudah mengalami kesutitan untuk terlepas dari internet. Dalam beberapa menit sekali, secara sadar ataupun tidak sadar mereka selalu mengakses internet. Sayangnya, candu terhadap internet ini memiliki dampak negatif.
Menurut dr. Diva Mariska Tarastin, spKJ dampak yang bisa ditimbulkan oleh orang-orang yang mengalami kecanduan terhadap internet ini kurangnya bersosialisasi terhadap lingkungan disekitarnya, terutama dalam lingkungan keluarga. “mereka lebih fokus terhadap kehidupan mereka di dunia maya saja dan sering mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar mereka,” ungkap dokter yang bekerja sebagai psikiater di rumah sakit jiwa ini.
Ia menambahkan, bagi penderita yang sudah mengalami kecanduan yang cukup berat, secara psikis dan mental para pecandu internet tersebut akan sulit membedakan antara dunia maya dengan dunia nyata.
Adapun cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan terhadap ineternet tersebut, dr.Diva menuturkan dapat dilakukan denan 2 cara yakni terapi yang dilakukan oleh diri sendiri dengan dibantu oleh orang-orang terdekatnya.
“Jenis terapi ini bagi mereka yang sudah sadar akan dampak negatifnya akan candu internet tersebut,” paparnya.
--batas--
Namun bagi mereka yang sudah mengalami kecanduan internet yang cukup berat, maka dibutuhkan psikolog atau psikiater untuk memberikan therapy kognitif dan perilaku agar mereka dapat terlepas dari candu internet ini.
Mengenai penyebabnya, dokter Diva mengatakan banyak hal yang menyebabkan seseorang dapat mengalami kecanduan internet. Salah satunya yakni intensitas menggunakan internet yang terlalu sering saat memiliki waktu luang dan dilakukan terus menerus sehingga membuat mereka terbiasa dengan perilaku tersebut.
Selain itu, kurangnya rasa percaya diri yang dialami oleh para remaja ataupun bisa juga terpengaruh oleh lingkungan keluarga yang kurang harmonis sehingga komunikasi kurang terjalin antara anak dan orangtuanya sering menjadi alasan untuk menumpahkan uneg-uneg di dunia maya.
“Dalam kasus ini, kebanyakan remaja mengalami krisis eksistensi dan juga ingin mendapatkan perhatian dari orang lain membuat mereka banyak menghabiskan waktunya di dunia internet,” tandasnya.
sumber: jambi ekspres