iklan
SURGA dan NERAKA adalah dua tempat kekal abadi yang disediakan Allah SWT untuk para hamba-Nya di akhirat kelak. Kalau Surga adalah tempat kenikmatan dan kebahagiaan  untuk hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Sementara kalau Neraka adalah tempat  penyiksaan dan penderitaan hamba-hamba-Nya yang syirik dan ingkar kepada petunjuk dan bimbingan syariat-Nya.

Meneguhkan keyakinan adanya surga dan neraka amatlah penting kepada umat agar termotivasi melakukan amalan-amalan shalih dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT. Keyakinan atau keimanan tentang adanya neraka ini amat penting sebagai salah satu cara agar kita senantiasa hati-hati dan waspada dari segala bentuk perbuatan dosa.

Sayangnya, keyakinan semacam ini sering hanya sebatas ada dalam hati dan ucapan di lisan. Pada praktiknya, tak sedikit Muslim yang justru dalam kesehariannya banyak melakukan amalan-amalan ahli neraka; seolah-olah mereka tidak takut terhadap dahsyatnya azab neraka. Buktinya: Korupsi makin menjadi-jadi. Suap-menyuap dan gratifikasi kian transparan. Dan, kolusi proyek, manipulasi tender, penipuan, perampokan, pencurian, nyaris tidak pernah absen dalam pemberitaan media massa. Sebaliknya, penegakkan hukum malah makin amburadul, dan keadilan makin jauh panggang dari api.

Semua itu boleh jadi karena orang saat ini sepertinya sudah tidak merasa takut lagi terhadap ancaman azab neraka. Kesadaran tentang dahsyatnya azab neraka seolah hilang dalam benaknya. Akibatnya, banyak orang tak lagi ragu dan malu untuk melakukan ragam dosa, termasuk korupsi sebagai perbuatan zalim dan masuk dalam kategori dosa besar. Padahal Allah SWT telah berfirman di antaranya: “Takutlah kalian terhadap neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan bebatuan” (QS al-Baqarah : 24).

Ancaman neraka -sebagai sifat keadilan Allah SWT-, ada yang secara eksplisit ditujukan kepada pelaku kejahatan korupsi, penipuan atau suap-menyuap, dan banyak juga ancaman neraka yang secara umum ditunjukkan kepada para pembuat dosa, baik sebagai pelaku korupsi maupun kemaksiatan lainnya. Antara lain sebagai berikut :

Rasulullah saw bersabda: “Ghulul (pengkhianatan/ korupsi) yang paling besar di sisi Allah adalah korupsi sehasta tanah, kalian temukan dua lelaki bertetangga dalam hal tanah atau rumah, lalu salah seorang dari keduanya mengambil sehasta tanah dari bagian pemiliknya. Jika ia mengambilnya maka akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Qiyamat.” (HR Ahmad)

Dalam hadis yang lain Rasulullah saw pernah juga bersabda: “Barangsiapa di antaramu kami minta mengerjakan sesuatu untuk kami, kemudian ia menyembunyikan satu alat jahit (jarum) atau lebih dari itu, maka perbuatan itu ghulul (korupsi) harus dipertanggung jawabkan nanti pada Hari Kiamat”. (HR. Muslim)

Abdullah bin Abbas berkata, Umar bin Al-Khatthab menceritakan kepadaku, ia berkata: “Bahwa pada perang Khaibar beberapa sahabat menghadap Rasulullah seraya mengatakan: Fulan mati syahid dan Fulan mati syahid sehingga mereka datang atas seorang lelaki maka mereka berkata: Fulan mati syahid. Maka Rasulullah saw menjawab: Tidak, sesungguhnya saya melihatnya ada di neraka, karena ia menyembunyikan sehelai burdah (baju) atau aba’ah. Kemudian Rasulullah saw  berkata: “Wahai Ibnul Khatthab, pergilah maka serukan kepada orang-orang bahwa tidak masuk surga kecuali orang-orang mu’min.” Ia (Umar) berkata: Maka aku keluar lalu aku serukan: Ingatlah sesungguhnya tidak masuk surga kecuali orang-orang mu’min. (HR. Muslim).

Hadis ini memberikan petunjuk bahwa walaupun korupsi dengan sehelai burdah (baju) juga dapat menghalanginya masuk surga, apalagi korupsi yang jumlahnya sampai ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah, tentu akan sangat menghalangi pelakunya untuk masuk surga, alias ia dimasukkan ke dalam neraka di akherat nanti.

Walaupun ia tengah berjuang membela agama, tapi lantaran ia korupsi, maka ketika ia mati statusnya bukan mati syahid, walaupun yang dikorupsinya itu nilainya sangat kecil semisal baju dan lainnya.Apalagi bagi orang yang jelas-jelas melakukan ‘ghulul’ atau korupsi, suap-menyuap, atau kejahatan penipuan lainnya, akan sangat mudah menjerumuskan mereka kedalam api neraka.

Tentang suap menyuap secara tegas diterangkan keharaman dan ancamannya dalam Al-Qur’an maupun Hadis Rasul . Allah SWT berfirman :” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS.Al-Anfal : 27) Lihat juga QS.Al-Anfal : 71.

Rasulullah saw bersabda : “Allah melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap” (HR.Ahmad). Dalam hadis yang lain Rasul juga bersabda :”Hadiah untuk pejabat (penguasa) adalah kecurangan”. Hadis lain : “ Penyuap dan yang menerima suap adalah di neraka”.

Disebutkan dalam riwayat, Rasulullah saw mengutus Abdullah bin Rawahah untuk mengunjungi kaum Yahudi,dengan tujuan mengambil pajak hasil tanaman kurma. Namun, kaum Yahudi membangkang dan malah memberikan sedikit uang kepada Abdullah bin Rawahah sebagai suap. Maka dia menjawab “Adapun apa-apa yang kamu tawarkan berupa suap, maka sesungguhnya itu adalah makanan haram. Kami tidak akan memakannya” (HR.Malik).

Dahsyatnya Neraka

Terkait dahsyatnya api neraka, cukup banyak ayat Al-Qur’an maupun Hadis yang menerangkan hal itu. Antara lain sebagai berikut :

Katakanlah, “Api Neraka Jahanam itu amatlah panas jika saja mereka mengetahuinya.” (QS at-Taubah [9]: 81). “Tempat mereka adalah Neraka Jahanam sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS at-Taubah [9]: 95). “Kami menampakkan Neraka Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas” (QS al-Kahfi: 100). “Niscaya kalian benar-benar akan melihat Neraka Jahim” (QS at-Takatsur : 6-7).

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami mengganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan (kerasnya) azab” (QS an-Nisa’ [4]: 56).

Maka dari itu, Kami memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala; tidak masuk ke dalam neraka itu kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman) (QS al-Lail [92]: 12-16).

Selain sejumlah ayat di atas dan ayat-ayat lainnya yang banyak jumlahnya, ancaman neraka yang amat dahsyat dengan aneka jenisnya juga disebutkan dalam banyak hadis Nabi saw. Di antaranya adalah sabda Nabi saw. yang menyatakan, “Sesungguhnya siksaan paling ringan yang dirasakan ahli neraka pada Hari Kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya (HR al-Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir).

Demikianlah Allah SWT dan Rasul-Nya mengingatkan manusia mengenai dahsyatnya azab neraka di akhirat nanti. Azab neraka tersebut disediakan bagi orang yang mendustakan petunjuk Allah SWT dan berpaling dari-Nya serta yang gemar berbuat  dosa dan maksiat kepada-Nya, termasuk dalam hal ini adalah korupsi, suap-menuap dan kejahatan zalim lainnya. Ironisnya, bukannya takut azab neraka, sebagian dari para pendosa dan pelaku maksiat itu malah ada yang melakukan semua itu dengan perasaan bangga, tanpa ada rasa bersalah atau merasakan penyesalan sedikitpun.

Yang pasti, penyesalan akan mereka rasakan di akhirat nanti, yakni saat Allah SWT meminta pertanggungjawaban atas setiap perbuatan manusia yang dilakukan di dunia. Saat itu seluruh manusia dikumpulkan di Padang Makhsyar. Seluruh manusia tidak diperkenankan berbicara kecuali dengan izin-Nya dan berkata benar (Lihat: QS an-Naba’ [78]: 38). Mereka juga tidak diberikan kesempatan membuat-buat alasan (Lihat: QS al-Mursalat [77]: 35-36). Bahkan mulut mereka pun dikunci dan tidak bisa bicara (Lihat: QS Yasin [36]: 65). Yang akan bersaksi secara jujur adalah tangan dan kaki mereka serta anggota tubuh mereka. Saat itu, satu-satunya hukum yang berlaku untuk mengadili manusia adalah hukum Allah SWT. Saat itu Allah SWT adalah satu-satunya Hakim yang mengadili manusia dengan seadil-adilnya. Allahlah yang akan mengadili semua perbuatan yang menyimpang dari syariah-Nya. Allah SWT pula yang akan menimpakan azab yang keras kepada para pendosa, yang gemar berbuat maksiat saat di dunia. Mereka ini akan dilemparkan ke dalam azab yang mengerikan, yakni neraka yang menyala-nyala. Na’udzu bilLahi min dzalik.

Penulis adalah Pemerhati Sosial Keagamaan

Berita Terkait



add images