iklan TERUS BERKEMBANG: Pemilik rumah usaha  Mak Denok Rupini di warung miliknya.
TERUS BERKEMBANG: Pemilik rumah usaha  Mak Denok Rupini di warung miliknya.
RUMAH usaha Mak Denok merupakan salah satu usaha yang cukup dikenal di wilayah Tanjab Barat. Usaha yang telah berdiri sejak tahun 1987 ini menjadi salah satu pilihan wisata kuliner di Tanjab Barat

Menyeruput secangkir kopi luwak ala Mak Denok sembari mengobrol santai dengan perempuan paruh baya di teras rumahnya mengawali perjumpaan Koran ini dengan Rupini, pemilik rumah usaha Mak Denok yang berkembang diwilayah tanjung jabung Barat.

Rumahnya tak terlalu sulit untuk ditemui. Meskipun tak berada tepat dipinggir jalan lintas ataupun pusat kota, namun rumah usaha Mak Denok sudah cukup dikenal oleh masyarakat sekitar sehingga dengan bertanya saja masyarakat sudah dapat menemui rumah usaha ini.

Di toko mungil miliknya, pelanggan dapat menemui berbagai makanan ringan olahan dari hasil bumi.  Berbagai jenis keripik mulai dari keripik pisang, keripik singkong, keripik bayam dan lainnya hadir dijejeran etalase tokonya.

Selain itu, berbagai  jenis makanan ringan asal Pulau Jawa seperti kerimping, rengginang, olahan kentang dan varian lainnya turut meramaikan toko yang berada di desa Serdang Jaya RT 02 Kecamatan Betara Kabupaten Tanjab Barat ini. “Di sini juga ada beberapa produk titipan dari warga sekitar. Tapi kebanyakan memang produk saya sendiri yang diolah dirumah,” tuturnya.

Selain dikenal dengan produk makanan oleh-olehnya, usaha Mak Denok ini dikenal juga dengan kopinya yang khas. Wilayah Tajung Jabung dikenal dengan salah satu wilayah penghasil kopi Liberika Tungkal komposit, salah satu varietas kopi yang memiliki rasa lebih unggul dibanding dengan jenis kopi lainnya.
--batas--
Ketika mayoritas petani petani kopi mengekspor  kopi mentah ke Negara penampung seperti Malaysia dan singapura,Rupini mencoba mengolah kopi yang ada menjadi kopi yang siap saji. Meskipun masih dengan pengolahan tradisional, namun kopi buatan Mak Denok dapat menjadi salah satu referensi kopi yang patut di coba oleh para coffe lover.

Salah satu produk yang menjadi andalannya dalam beberapa tahun belakangan yakni kopi luwak. Diwilayah ini, tak sulit menemukan kopi luwak. Pasalnya hewan mungil tersebut bebas berada diwilayah perkebunan kopi warga. Tentunya ini menjadi peluang yang cukup menggiurkan mengingat kopi luwak menjadi salah satu kopi yang digadang-gadang memiliki rasa yang unik dan harganya cukup mahal.

Melihat potensi tersebut, Mak Denok memberdayakan warga sekitar dengan membeli  kopi luwak mentah yang dikumpulkan warga. “Kebanyakan anak-anak kecil yang ngumpulin kopi dikebun dan saya beli dengan harga Rp 20 ribu per kilonya,” ujarnya.

Dengan dalih masih memperkenalkan kopi luwak buatannya kepada masyarakat, Mak Denok menjual kopi luak buatannya dengan harga yang relatif murah yakni RP 20 ribu per ons. Hingga kini kopi buatannya meskipun baru dikelola dalam beberapa tahun belakangan, namun sudah cukup banyak pesanan yang datang baik dari Jambi maupun dari luar kota seperti Jakarta, Surabaya, Batam, Jember dan Jogja.

Untuk usaha makanan rumahan miliknya, ia mengaku usaha ini dimulai sejak tahun 1987. Bermula dari kerisauannya melihat hasil bumi yang melimpah namun minim pengelolaan. Dengan modal kecil-kecilan, perempuan ini memulai dengan membuat keripik pisang dan rempeyek yang dititipkan dibeberapa warung kecil  sekitar. “Malahan dulu itu buat keripiknya pakai sugu kayu punya suami waktu masih kerja nukang,” kenang ibu 3 anak ini.

Mendapat antusias pasar yang berlebih, usaha ini terus berkembang dari tahun ketahun. Selain menjual produk yang diolah sendiri, perempuan asal Ponorogo ini juga turut menjual makanan kletikan (makanan ringan. Red)  yang didatangkannya langsung dari pulau jawa. Hingga di tahun 2007, perempuan ini mendapatkan bantuan dari PetroChina, salah satu perusahaan migas yang beroperasi diwilayah tersebut untuk mendirikan toko didepan kediamannya.

Meskipun merupakan usaha pribadi, namun usaha Mak Denok ini cukup memberi kontribusi pemasukan kepada masyarakat sekitar melalui tenaga kerja yang diserapnya. Dan berkat idenya yang kreatif, kini banyak masyarakat yang melirik usaha serupa.

Ditanya mengenai omsetnya, dengan senyum ibu ini menjawab bahwa omsetnya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari  dan membiayai sekolah ketiga anaknya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait