iklan Inna Indigo Hakim, S.Pd.
Inna Indigo Hakim, S.Pd.

Oleh : Inna Indigo Hakim, S.Pd (Pengajar di MTsS Jauharul Ihsan)

Dunia Pendidikan kembali dikejutkan dengan peristiwa bunuh diri seorang siswa SMKN 3 di Padangsidimpuan dengan cara meminum racun rumput. Di duga hal ini terjadi karena dipicu oleh kata-kata kasar yang dilontarkan oknum guru (yang benisial KS) ketika memarahi 5 orang siswi. Pemanggilan 5 orang siswi berawal dari kesalahannya yang menunggah kebocoran Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) yang dilakukan oleh guru. Dan juga mempertanyakan uang untuk melunasi tunggakan iuran pengelolaan Usaha (PU) kepada siswa tersebut. "Menurut para siswa pelapor, KS bertanya kenapa iuran PU belum dibayar. Mendengar ucapan KS, kelima siswi itu tidak bisa berkata-kata, mereka hanya bisa diam sembari mendengarkan ocehan dari oknum guru itu. KS malah mengeluarkan kalimat: jual saja diri kalian ke JB (nama salah satu tempat hiburan malam di Padangsidimpuan), supaya tunggakan kalian ini bisa lunas," tutur Retno menirukan perkataan para siswa yang menceritakan kronologis peristiwa tersebut (news.okezone.com). Setelah keluar dari ruangan, sejumlah siswi langsung menangis karena ucapan dari oknum guru itu menyakiti dan merendahkan martabat mereka. Awalnya, para siswi itu takut mengungkapkan yang dialami mereka, karena mereka tidak mau berurusan dengan pihak sekolah.

Sebagai seorang pendidik tak seharusnya mengeluarkan kata-kata yang sangat kasar seperti itu meskipun dalam kondisi marah. Karena hal ini tak mencerminkan pribadi seorang pendidik, dimana pendidik dipandang sebagai orang yang mampu mendidik peserta didik menjadi orang yang berakhlak baik dan seorang guru juga harus menjadi teladan baik bagi siswa-siswanya. Penggunaan kata-kata kasar ketika marah tidak bisa digunakan untuk membuat siswa menjadi berubah tingkah lakunya menjadi baik. Hal ini malah menjauhkan siswa dari gurunya yang nantinya malah membuat siswa akan takut dan susah belajar terhadap pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga proses belajar mengajar tidak akan efektif bahkan tidak terjadi. Namun Adakalanya seorang guru harus menegur dan meluruskan siswa ketika tingkah laku mereka tidak baik atau memberikan hukuman ketika siswa melanggar aturan ataupun tidak melakukan tugas yang telah diberikan. Teguran ataupun hukuman yang diberikan sorang guru harus tetap diperhatikan agar sesuai dengan tujuannya mendidik dan mengarahkan siswanya menjadi baik. Dengan menunjukkan kemarahan sebagai bentuk rasa tidak suka terhadap yang dilakukan siswanya, namun tetap dengan kata-kata yang tidak kasar dan menyakiti hati serta dengan konsekuansi pemberian hukuman mendidik yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika hal ini dijalankan tentu akan terlaksana proses pendidikan sesuai tujuannya.

Kekerasan verbal dalam pendidikan sebenarnya bukan hal baru yang terjadi. Diibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana sedikit kasus yang mencuat namun fakta sebenarnya dilapangan ada lebih banyak. perlu diperhatikan secara serius, karna masalah dalam dunia pendidikan sebenarnya lebih kompleks lagi. Tentunya permasalahan kompleks ini ada penyebabnya yang dipandang sebagai masalah sistemik (penerapan sistem) yang salah bukan hanya kesalahan perseorangan. Secara umum penyebabnya adalah :

Pertama, penerapan dasar sekulerisme dalam pendidikan. Paham memisahkan agama dari aturan kehidupan menjadi sebab utama kegagalan dalam proses pendidikan. Agama adalah sumber aturan hidup yang akan menjadi tolak ukur perbuatan mana yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Dalam sistem sekuler, kualifikasi guru lebih ditekankan pada kemampuan menyampaikan materi ajar, sementara kepribadian dan keteladanan tidak menjadi perhatian penting. Tidak sedikit guru mencontohkan perilaku buruk dan melakukan kekerasan fisik verbal. Dengan mengasah kemampuan berfikir, siswa akan menemukan bukti-bukti bahwa dirinya adalah hamba Tuhanya yang harus selalu tunduk kepada aturanNya. Ketika dasar akidah Islam telah ditanamkan dengan kokoh pada siswa, maka siswa akan mampu bersikap dan menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai standar agama sebagai pedoman hidupnya. Sistem Pendidikan Islam telah terbukti memberikan kontribusi luar biasa yang belum pernah dicapai oleh peradaban lainnya. Ketika sistem pendidikan Islam diterapkan tidak hanya mampu membentuk pribadi manusia bertaqwa namun ulama-ulama yang mahir dalam ilmu keduniaan (SainsTekhnologi). Dapat membentuk generasi cemerlang berkakter pemimpin, mandiri, kuat dan terdepan. Sederet nama ulama Polymath kelas dunia adalah bukti kesuksesan Sistem pendidikan Islam dalam membentuk generasi terbaik saat itu, seperti Ibnu Sina (bapak kedokteran), Ibnu Khaldun (pakar ekonomi), Al biruni (orang yang pertama menggunakan proyeksi 3D pada peta), Al Jaber (pakar matematika), Maryam Al- Asturlabi (penemu navigasi astrolabe), Muhammad Al Fatih (Pemimpin terbaik penakhluk Konstantinopel), Umar bin Abdul Aziz (Khalifah yang terkenal pada masanya tidak ada orang yang layak diberikan zakat) dan banyak lagi. Sistem pendidikan yang berdasarkan landasan akidah telah terbukti mengeluarkan output generasi istimewa kelas ulama dan ilmuwan dunia.

Kedua, penerapan Kapitalisme dalam pendidikan. Paham Kapitalisme memandang seluruh masyarakat adalah komoditi ekonomi bagi pemilik modal. Maka setiap kebutuhan dasar masyarakat seperti halnya pendidikan akan dibebankan sepenuhnya oleh masyarakat dan bukan tanggungan pemerintah, hal ini terbukti dari alokasi dana pendidikan yang terus dipotong dengan alasan memberatkan APBN negara, sejatinya pendidikan itu adalah sector penting bagi sebuah negara sebagai sarana pencetak generasi bangsa. Maka wajar sekarang untuk memperoleh pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (PT) yang berkualitas masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan hidup dalam sistem kapitalis ini membuat sector pendidikan merupakan sector usaha yang menggiurkan mengingat pendidikan kebutuhan dasar setiap orang yang harus dipenuhi. Hal ini bertolak belakang dengan dasar Sistem ekonomi Islam yang harus mendukung sistem pendidikan Islam. Islam memandang menuntut ilmu adalah kewajiban setiap orang yang harus dipenuhi dan seorang khalifah (pemimpin) adalah penanggung jawab semua urusan dan kebutuhan rakyatnya. Maka dari itu, ketika sistem ekonomi Islam diterapkan akan mendukung secara penuh wajibnya mengenyam pendidikan yang harus merata didapatkan semua orang termasuk mengratiskan pendidikan bagi siapa saja yg tidak mampu dan didukung dengan pembiayaan secara penuh semua riset ilmiah bagi para ilmuwan.

Penerapan Islam secara kaffah akan menjadi solusi permasalahan dalam pendidikan dan juga masalah di bidang lain. Dengan melihat fakta sejarah peradaban ketika Islam diterapkan adalah bukti yang nyata Islam sebagai Rahmatan lil Alamin mampu membangun peradaban bermartabat dan terdepan di kancah Internasional. Dan ketundukkan terhadap syariat Islam merupakan konsekuensi keimanan yang harus dilakukan umat. Untuk itu mari kita mengambil kembali Syariat (Aturan hidup) kita yang sudah hilang dengan menerapkannya kembali. Insyaallah kemuliaan predikat Khairu Ummah (bangsa terbaik) akan layak untuk kita. Wallahualam

 


Berita Terkait