iklan Katamso. SA
Katamso. SA

Oleh : Katamso. SA

Provinsi Jambi merupakan Provinsi agraris, lebih dari 50 persen penduduk Provinsi Jambi menggantungkan hidup dari hasil sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki pengaruh dalam perekonomian Provinsi Jambi dengan kondisi makro ekonomi daerah kedepan yang semakin penuh dengan tantangan, walau dalam perjalannya sejak lama sektor pertanian ini mengalami pasang surut.

Dalam kontek ekonomi regional, sektor pertanian selalu didorong untuk mendukung sektor industri. Bentuk dari dukungan itu berupa pasokan bahan baku. Hal ini mengindikasikanketerkaitan yang kuat antara sektor industri dan sektor pertanian.

Oleh karenanya titik berat pembangunan jangka panjang di Provinsi Jambi adalah pembangunan bidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan bidang industri.

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi pada 2016 lalu 4,37%, harus dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kinerja ekonomi kedepan. Ekonomi di Jambi selama ini ditopang oleh sektor primer sebesar 50,94 persen yang terdiri dari pertanian, kehutanan, perikanan, dan diikuti sektor perdagangan.

Karakteristik pertanian Provinsi Jambi sampai saat ini masih tergolong tradisional yang tercermin dari mayoritas produk pertanian yang diperdagangkan masih berupa komoditas (raw material) sehingga belum menghasilan nilai tambah(added- value).

Hilirisasi diperlukan untuk menciptakan nilai tambah (added- value) yang artinya menambah nilai komoditas melalui proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan produk tersebut. Pengembangan industri hasil pertanian diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan memperluas penciptaan lapangan kerja serta menciptakan keberagaman produk produk pertanian.

Oleh karenanya untuk mencapai itu maka tehnologi sangat diperlukan guna pengolahan hasil pertanian untuk mendorong proses hilirisasi. Dengan tehnologi hilirisasi dapat terjadi dan pada akhirnya nilai tambah produk olahan akan lebih tinggi dripada produk segar komoditas tersebut.

Data dari BPS Provinsi Jambi mengenai perkembangan nilai ekspor Jambi menurut kelompok komoditi, terjadi peningkatan ekspor produk hasil pertanian. Nilai ekpor produk pertanian pada Februari 2017 tercatat US$ 11.725.229 , yang terdiri dari ekpor Ikan dan Udang, Pinang, Kopi, Teh, rempah-rempah dan lainya, serta Ekspor Hasil industry senilai US$ 99.754.560 yang terdiri dari Minyak Nabati, Karet dan Olahan, Kayu Lapis dan olahan, Arang , Pulp dan kertas.

Disatu sisi, kita tentunya gembira nilai ekspor kita meningkat yang mengindikasikan bahwa sektor hulu kita semakin baik dalam hal penyediaan bahan baku ekspor. Namun disisi lain ada satu hal yang musti kita fikirkan secara serius bahwa ekpor tersebut hanya berupa bahan mentah.

Produksi perikanan, perkebunan sampai kepada karet dll masih didominasi dengan bahan mentah. Sebenarnya masih banyak peluang untuk meningkatkan peluang nilai ekspor apabila ada hilirisasi terhadap produk produk tersebut . Nilai tambah akan menambah nilai dolar yang masuk ke negara kita, ke daerah kita dan tentunya kepada petani kita.

Lebih miris lagi jika kita menelisik aktivitas ekspor menurut pelabuhan exit barang tersebut. Menuju enam negara utama tujuan ekspor Jambi ternyata 60,67 persen melalui pelabuhan luar Jambi, dan hanya 39,33 persen melalui pelabuhan di Jambi. Arti yang tersirat bahwa ternyata semakin banyak uang Jambi yang keluar dalam menuju di pelabuhan luar Jambi.

Dari dua fenomena tadi, mutlak hilirisasi baik dalam artian sederhana maupun dalam artian luas dilakukan jika Provinsi Jambi ingin meningkatkan ekonomi masyarakat. Hilirisasi sederhana diartikan kita meningkatkan nilai tambah produk pertanian jambi dengan cara mendayagunakan tehnologi sederhana pada masyarakat.

Sementara hilirisasi yang lebih luas adalah upaya Pemerintah mengundang pemodal untuk berinvestasi di sector hilir di Provinsi Jambi.

Dari 3,4 juta hektar total perkebunan karet nasional, seluas 668.919 Ha terhampar diseluruh Provinsi Jambi.Jumlah tersebut ternyata belum mampu mengangkat harkat martabat ekonomi petaninya sebanyak 255.666 rumah tangga.

Disamping Produktivitas dan kualitas yang masih rendah, tata niaga karet seperti harga karet global yang turun, harga anjlok ditingkat petani, aspek permodalan sudah menjadi alasan dan sekaligus masalah klasik. Begitu juga dengan produk perkebunan lain seperti kopi, Kelapa dalam, Pinang dan tentunya Kelapa Sawit yang menjadi salah satu andalan Provinsi Jambi.

Hilirisasi karet bukan hanya masalah Jambi, namun juga nasional, karena sekitar 85 persen dari total produksi karet nasional diekpor dalam bentuk karet mentah dan hanya sisanya untuk konsumsi dalam negeri. Di Provinsi Jambi saat ini sudah ada 10 perusahaan crumb rubber yang beroperasi.

Tentunya juga sudah banyak tenaga kerja terserap, namun pemerintah provinsi memandang perlu hilirisasi produk crumb rubber dan latex tersebut untuk menciptakan produk hilir dengan mendorong petani menciptakan produk karet minimal setengah jadi dengan tehnologi sederhana seperti misalnya sarung tangan karet, karet gelang, mainan karet dan seraya terus mencari peluang masuknya investasi besar seperti vulkanisir ban dan produk-produk karet lainnya.

Karena hilirisasi karet dipandang tertinggal dari hilirisasi kelapa sawit oleh karenanya dipandang segera karena keberhasilan hilirisasi bisa mengangkat petani karet dari keterpurukan.

Produk pertanian dan perkebunan lainya seperti kelapa sawit di Provinsi Jambi sudah menghasilkan barang jadi, sudah ada beberapa pabrik kelapa sawit yang tidak lagi menghasilkan Crude palm oil(CPO), namun sudah menghasilkan minyak goreng ; Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah menghasilkan minyak goreng bermerek : Sejahtera dan Golden Tropicana yang sudah dijual dipasaran dan diekpor.

Komoditas Pinang juga sudah ada hilirisasi dalam skala yang relative besar. Sudah ada Pabrik permen Pinang di Tanjung Jabung Barat dan investor juga akan membangun Pabrik yang sama di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Begitu juga dengan Komoditas Kelapa Dalam, sudah ada 4(empat) pabrik minyak goreng di Provinsi Jambi, pemanfatan sabut kelapa yang dulunya hanya untuk menambal jalan berlobang, namun sekarang sudah dimanfaatkan untuk pembuatan jok mobil dan dikirim ke Batam. Komoditas Kopi baik dari Kerinci , Merangin, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur sudah di hilirisasi dalam bentuk kopi bubuk seperti Liberika Tungkal Komposit, Robusta Merangin, Kopi Arabica ,Kopi Kayangan, walau semuanya masih dalam skala home-industry namun setidaknya sudah dapat meningkatkan pendapatan petani.

Kedepan Pemerintah terus berupaya meningkatkan hilirisasi produk ini apalagi produk kopi ini sudah mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis dari pemerintah Pusat.

Membangun dan mengembangkan hilirisasi sendiri tentunya tidaklah cukup jika hanya didorong oleh Pemerintah Daerah semata. Aspek lain seperti dukungan dunia usaha sangat diperlukan. Provinsi Jambi sudah memiliki Forum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan( TSP) yang beranggotakan 421 perusahaan besar kecil se Provinsi Jambi.

Pemerintah mendorong kerterlibatan dunia usaha dalam mendorong program hilirisasi baik dari aspek permodalan, bimbingan maupun pemasaran. Bahkan Pemerintah mendorong keterlibatan BUMD sampai ke BUMDes untuk langsung terlibat dalam hilirisasi ini.

Seraya disisi lain Pemerintah Provinsi menggenjot pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Presiden Jokowi pada Rapat Terbatas dengan Gubernur Zola baru-baru ini yang meminta Pemerintah menyiapkan infrastruktur pendukung baik infrastruktur bendungan, irigasi, bibit, pupuk, serta peningkatan teknologi pertanian dan konektivitas antar wilayah terutama wilayah produksi ke wilayah lain perlu segera disambungkan sehingga produk pertanian dan olahan dari Provinsi Jambi bisa menjadi semakin kompetitif.

Tugas pemerintah daerah kedepan dalam upaya hilirisasi masih sangat banyak. Produk pertanian dan perkebunan bukan hanya Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Pinang dan Kelapa Dalam. Masih ada Coklat, produk-produk palawija, Teh, produk perikanan, bahkan Bubur Kertas(Pulp) yang diproduksi oleh perusahaan yang diharapkan lebih hilir, produk tambang,dll yang merupakan khasanah kekayaan Provinsi Jambi.

Semuanya mesti dihilirkan untuk mendapatkan semakin tinggi nilai tambah bagi ekonomi Jambi.

Optimis dalam langkah hilirisasi adalah suatu keharusan, namun tidak sedikit pula pihak yang pesimis, bahkan tidak jarang ada yang mengatakan terlambat dengan langkah dan program pemerintah ini. Better late than never, hemat penulis, tidak ada kata terlambat dalam proses pembangunan karena pembangunan merupakan sustainable process yang terus berkembang sesuai dengan berkembangnya zaman dan kemajuan tehnologi serta peradapan ekonomi dan masyarakat.

Dibarengi dengan upaya dan kerja keras serta kebersamaan, Kita semua harus meyambut keyakinan Presiden bahwa tahun 2017 dan tahun-tahun mendatang ekonomi di Jambi akan bisa tumbuh tinggi, semakin baik dan berkualitas secara berkelanjutan.Semoga. (Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jambi dan Kandidat Doktor Ilmu Ekonomi, FEB UNJA)


Berita Terkait