iklan Sukendro.
Sukendro.

NAIK turun prestasi olahraga jambi wajar dan harus dilalui untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Kita bisa lihat banyak kemajuan yang sudah ditorehkan oleh cabor olahraga di tahun 2017, namun tidak kalah juga banyak kegagalan cabor itu sendiri. Kalau kita berkaca mulai dari PON 2016 di Jawa Barat ini sudah sangat baik peningkatannya mulai dari PON Riau 2012 hanya meraih 3 emas, di PON Jawa Barat meraih 6 medali emas, berarti ini peningkatan prestasi yang luar biasa 100% peningkatannya.

Beranjak dari itu para Kejurnas 2017 sudah banyak prestasi yang ditorehkan cabor- cabor yang ikut berkompetisi di level Nasional katakanlah seperti :

1. Gulat = 1 Emas
2. Wushu = 1 Emas
3. Pentaque = 2 Emas
4. Panahan = 2 Emas
5. Taekwondo = 1 Emas
6. Dayung = 3 Emas
7. Arum jeram = 1 Emas
8. Sepatu Roda = 2 Emas
9. Muathay = 2 Emas

Ini jelas peningkatan yang luar biasa, kalau kejurnas ini tetap kita pertahankan sampai ke PON Papua XX 2020 tentu harapan kita 15 besar Nasional akan tercapai.

Disamping itu, geliat cabor baru seperti Muathay, Faji, Pentaque dan Scoash sudah membaik. Menebak yang selama ini puasa terhadap medali, Kejurnas kemarin berhasil meraih 1 medali perak.

Kata instan selalu muncul apabila untuk menanggapi kegagalan dan kemunduran suatu prestasi olahraga industry khususnya KONI Provinsi Jambi. Kita melihat banyak kemajuan prestasi yang ditorehkan di tahun 2017, tidak kurang juga kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh cabang olahraga tertentu. Oleh sebab iu banyak yang menggunakan jalan pintas (instan) untuk memicu dan memacu sebuah prestasi olaharaga. Kata instan beraal dari bahasa Inggris yang berarti cepat atau sesaat. Konteks penyebutan instan sendiri sering diasosiasikan dengan sesuatu yang serba cepat, mudah dan praktis.

Penulis disini mulai mengangkat pesta olahraga yang paling akbar di Provinsi Jambi, yaitu Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) yang dilaksanakan pertama kali diluar Kota Jambi, dengan dua sekaligus sebagai tuan rumah 2018 kabupaten Bungo danTebo.

Jangan terjadi lagi peristiwa PORPROV di kabupaten Kerinci sungguh ironis, karena dua cabang olahraga yaitu tenis lapangan dan atletik tidak jadi dipertandingkan karena penyebabnya instan tadi.

Yang lebih memalukan, baru pertama sekali sebuah even olahraga multi cabang tidak ada pertandingan atletik. Padahal atletik merupakan ibu dari segala cabang olahraga. Masing-masing daerah saling mempertahankan diri, dengan aturan-aturan yang mereka miliki. Disini juga tergambar kurang wibawanya KONI dalam menyingkapi persoalan dan permasalahan tersebut. Namun demikian, kita patut mengacungkan jempol kepada Pemerintah Kabupaten Kerinci yang sudah dapat melaksanakan even ini dengan baik.

Kembali kepada Pengprov-Pengprov yang ada dibawah naungan KONI, masih terjadinya miss communication antara KONI dan Dispora teruatama dalam masalah klasik, yaitu pendanaan yang selalu memicu perselisihan antara Pengprov dan Dispora. Kita sebenarnya sudah harus bersyukur karena di tahun 2006, sudah diluncurkan undang-undang keolahragaan dimana undang-undang tersebut sudah diatur tentang keuangan sesuai dengan harapan dari para insane olahraga.

Kalau saja mereka mengerti bagaimana mekanisme pengaturan keuangan dan cara kerja tentu akan lebih baik memahaminya, dan akan mengetahui tugas pokok dan fungsi Dispora, KONI dan Pengda.

Kita kembali ke prestasi olahraga di Provinsi Jambi, ada yang makin terpuruk dan ada yang mulai mengembangkan sayapnya, sebagai contoh cabang olahraga dayung, sudah mulai menunjukkan keberhasilannya, diantaranya muncul atlet-atlet Putri yang sudah menorehkan medali emas dan perunggu. Bahkan, bukan hanya atlet, pelatihpun sudah dipercaya untuk melatih atlet-atlet Pelatnas, yang dipersiapkan ke Sea Games dan Asian Games. Begitu juga untuk cabang lainnya yang dengan fasilitas dan alat yang cukup sederhana, juga lintasan latihan yang tidak nyaman, karena harus berurusan dengan masyarakat setempat yang menggunakan fasilitas danau untuk mencari kehidupan (menangkul ikan), mereka bisa mengangkat dan mengharumkan nama Jambi dan nama Indonesia di dunia internasional.

Bahkan yang terbaru dari prestasi anak-anak dayung Jambi, mampu menembus skuad tim merah putih untuk berlaga di Sea Games , dan Asian Games .

Disamping itu juga, beberapa cabang yang tidak bisa saya sebut satu-persatu diantaranya , gulat, wushu, tarung billiard, panahan dan lain-lain.

Namun, begitu masih banyak cabang olahraga yang belum meningkatkan prestasi yang signifikan, diantaranya atletik, renang, voli, takraw, sepakbola, basket, tenis lapangan . Meski belum berkibar, Jambi sudah banyak mengadakan kejurnas-kejurnas di Jambi. Ini artinya, Jambi masih dipercayai untuk menyelenggarakan even yang bersifat nasional.

Di tahun 2017 ini cabang olahraga IMI mulai mengeliat dan sudah menunjukkan kegiatan yang cukup banyak. Prestasi lain dengan terciptanya Senam SIGINJAI yang diprakarsai oleh FIK UNJA dan Dispora Provinsi Jambi. Masih di tahun 2017, Jambi juga ditunjuk menggelar kejuaraan nasional tinju. Meski belum mampu merebut juara umum, Pengprov PERTINA Jambi mampu meraih prstasi yang membanggakan.

Kembali ke prestasi cabang olahraga di Jambi, terlihat bahwa cabang olahraga beregu, hampir tidak terlihat pengembangannya . Ini dikarenakan pola fikir yang hanya tertuju kepada medali semata, untuk apa membina cabang olahraga yang banyak atletnya kalau hanya menghasilkan satu medali. Itu pun kalau berhasil. Lebih baik membina cabang olahraga yang bersifat perorangan, yang dapat menghasilkan lebih dari satu medali. Ini tentu sangat keliru bila kita lihat dari konsep SDI (Sport Development Index). Bukan hanya medali semata untuk mengukur sebuah prestasi olahraga di suatu daerah, tapi melalui konsep SDI yang mempunyai 4 dimensi: 1. Sumber daya manusia di bidang olahraga; 2. Space (ruang terbuka untuk olahraga); 3. Partisipasi olahraga; 4. Tingkat kebugaran masyarakat setempat.

Harapan di tahun 2018 tentu yang paling dekat adalah PORPROV 2018 di Kabupaten Bungo dan Tebo. Diharapkan akan menghasilkan prestasi yang maksimal untuk dapat menghasilkan dan menjadi atlet yang handal untuk dapat menghasilkan atlet sebanyak-banyaknya lolos pada PON 2020 di Papua.

Harapan-harapan yang nantinya akan diraih yaitu dapat mempertahankan tradisi 10 besar PON dan bila perku mempertahankan 6 besar, kalau perlu di tingkat 5 besar nasional.

Di lain pihak masih ada cabang-cabang olahraga yang belum tersentuh di Jambi, khususnya dipertandingkan di PON dan Olimpiade misalnya hoki, soft ball, bola tangan, dan loncat indah. Dan kita cukup berbangga di tahun 2006 ini sudah dibangun lintasan bowling, tapi sayang banyak calon-calon atlet yang ingin mencoba tidak bisa karena biaya yang cukup mahal, bahkan lintasan bowling sekarang sudah tidak ada lagi, bagaimana bisa untuk meraih prestasi tempat latihan saja tidak punya.

Khusus untuk pengurus KONI yang sudah bekerja keras untuk memajukan prestasi olahraga di provinsi Jambi dengan memberikan pehatian yang luar biasa kepada insane olehraga mantan atlet dan penggerak olahaga pada RAT yang lalu memberikan penargaan kepada mereka, jangan patah arang walaupun tantangan dan persaingan ke depan lebih besar, lakukanlah kerjasama kepada stake holder dan berbagai pihak terkait. Kita punya ISORI dan FIK UNJA yang didalamnya banyak akademisi-akademisi olahraga yang bisa diajak kerjasama untuk memajukan olahraga di Provinsi Jambi. Akhir kata Bravo olahraga Indonesia, Bravo olahraga Jambi, semoga prestasi olahraga Jambi 2018 semakin maju (*)

Pemerhati olahraga Jambi*


Berita Terkait



add images