iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi konsumsi rumah tangga di tengah Covid-19 hanya mampu mencapai 2,3 persen secara tahunan (year on year/yoy).

“Konsumsi rumah tangga masih mungkin mencapai 2,3 persen secara tahunan, tapi itu batas atas,” katanya , kemarin (24/4).

Menurutnya, secara tahunan konsumsi rumah tangga diperkirakan hanya tumbuh -0,4 persen hingga 2, persen pada tahun ini. Meski ada momen Lebaran Idul Fitri.

Untuk perputaran uang, kata dia, sepanjang Ramadan berjalan normal. Perputaran uang cenderung meningkat tinggai hanya pada kelompok bahan pangan. Sedangkan kelompok lain tak terlalu meningkat seperti bahan pangan.

Perputaran uang baru meningkat secara signifikan pada saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri. Hal itu karena adanya pembagian Tunjangan Hari Raya sebelum Lebaran.

“Tunjangan Hari Raya (THR) akan menjadi tambahan income bagi masyarakat dan dipakai bersamaan untuk berbelanja sandang, melakukan pariwisata, dan konsumsi-konsumsi lainnya,” ujar dia.

Sedangkan bagi perusahaan yang memberi penuh THR kepada pekerja jelas Idul Fitri tahun ini, maka cenderung akan digunakan untuk konsumsi. Sementara untuk kelas menengah, cenderung akan ditabung karena kebutuh tersier tak bisa direalisasikan akibat adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pelarangan mudik.

Namun, katanya, ada kemungkinan THR akan ditransfer oleh pemudik dari wilayah asal mudik kepada keluarga yang masih tinggal di wilayah tujuan mudik.

“Ini karena mereka berada di wilayah asal mudik tak bisa leluasa berkonsumsi karena ada restriksi mobilitas dari PSBB,” ucap Faisal.

Sementara itu ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, belum menghitung berpa persen konsumsi untuk kuartal II/2020. Kendati demikian, konsumsi akan mengalami penurunan lantaran adanya pelarangan mudik.

“Saya tidak tahu akan berapa persen konsumsi rumah tangga di kuartal II/2020. Namun, saya melihat akan turun yang dipicu menurunanya aktivitas ekonomi dan pelarangan mudik,” ujar dia kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (24/4).

Bank Indonesia (BI) sebelumnya memproyeksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 hanya berada di level 1,1 persen. Proyeksi tersebut merupakan skenario berat bahwa puncak virus corona berlangsug hingga Juli 2020.

Skenario berat tersebut disusun bersama pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pertumbuhan kuartal I/2020 diprediksi sebesar 4,7 persen secara yoy, kemudian kuartal II/2020 anjlok ke 1,1 persen, kuartal III/2020 sebesar 1,3 persen, dan kuartal IV/2020 sebesar 2,4 persen. Sehingga keseluruhan tahun 2020 pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen.

Oleh karena itu, agar skenario berat tersebut tidak terjadi, maka pemerintah memberikan kucuran stimulus baik dari sisi fiskal dan BI dari sisi moneter. Pemerintah sendiri telah memberikan stimulus fiskal tambahan sebesar Rp405,1 triliun yang terdiri atas Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta Rp150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.(din/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images