JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Perekonomian nasional diramal pada kuartal II hingga IV/2020 akan positif dibanding pada kuartal sebelumnya. Ada lima faktor yang menyebabkan ekonomi Indonesia kembali menggeliat.
Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini perekonomian domestik mulai menunjukkan perbaikan setelah melihat beberapa indikator yang pemerintah upayakan untuk memulihkan ekonomi domestik akibat pandemi Covid-19.
“Ekonomi akan membaik pada kuartal III dan insyaallah akan semakin kuat pada kuartal IV/2020,” katanya dalam video daring, kemarin (19/8).
Dia menjelaskan, pertama adalah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan tersebut membangkitkan berbagai sektor usaha, terutama pariwisata, restoran dan perhotelan. Ketiga sektor ini sebelumnya paling terdampak akibat virus corona.
Kedua, percepatan realisasi anggaran penanganan dampak pandemi corona dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pun juga realisasi belanja kementerian/lembaga di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Realisasi penggunan anggaran per 6 Agustus 2020 baru mencapai Rp151,25 triliun atau setara 21,75 persen dari pagu Rp695,2 triliun,” ujarnya.
Ketiga, pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta suntikan likuiditas ke pasar keuangan yang dilakukan bank sentral. Adapun likuiditas mencapai Rp651,54 triliun.
“Kami juga menanggung kebutuhan biaya penanganan pandemi Covid-19 dan PEN yang mencapai Rp125,06 triliun per 18 Agustus 2020,” ucapnya.
Lalu keempat, hasil restrukturisasi kredit bank. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), realisasi kredit nasabah bank yang sudah direstrukturisasi mencapai Rp784,36 triliun kepada 6,73 juta nasabah.
Terakhir, dampak dari digitalisasi sistem pembayaran yang kerap meningkat transaksinya di tengah pandemi corona. “Faktor ini juga bisa memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadi daya dukung bago pertumbuhan ekonomi Indonesia,”
Senada Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan, pemulihan ekonomi pada semester II ini ditopang oleh belanja pemerintah.
“Ekonomi positif hingga akhir tahun ini satu-satunya pengeluaran pemerintah dan harus digenjot seefektif mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiag dan keempat,” ujarnya.
Namun, kata dia, jika pada kuartal III dan IV belanja pemerintah tidak menunjukkan perubahan, maka pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini dalam kondisi kontraksi.
Kemenkeu sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 minus 1,1 persen hingga 0,2 dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 yang terkontraksi sebesar minus 5,32 persen. (LIHAT INFOGRAFIS DI BAWAH)
“Proyeksi 2020, kami revisi setelah kuartal II, sekarang proyeksi kami minus 1,1 persen hingga 0,2 persen,” katanya.
Terpisah, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pertumbuhan ekonomi pulih pada kuartal II dan III/2020 kemungkinannya sangat kecil. Kendati begitu, bila benar demikian membaik ini karena ditopang oleh belanja pemerintah.
“Saya melihat pertumbuhan kembali positif sangat kecil, namun jika itu terjadi maka hal itu dipicu oleh belanja pemerintah,” pungkasnya. (din/fin)
INFOGRAFIS
Deretan Pemicu Ekonomi
Membaik Kuartal III dan IV/2020
– Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan tersebut membangkitkan berbagai sektor usaha, terutama pariwisata, restoran dan perhotelan.
– Percepatan realisasi anggaran penanganan dampak pandemi corona dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pun juga realisasi belanja kementerian/lembaga di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Per 6 Agustus 2020, realisai baru mencapai Rp151,25 triliun atau setara 21,75 persen dari pagu Rp695,2 triliun.
– Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta suntikan likuiditas ke pasar keuangan yang dilakukan bank sentral. Adapun likuiditas mencapai Rp651,54 triliun.
– Hasil restrukturisasi kredit bank. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), realisasi kredit nasabah bank yang sudah direstrukturisasi mencapai Rp784,36 triliun kepada 6,73 juta nasabah.
– Dampak dari digitalisasi sistem pembayaran yang kerap meningkat transaksinya di tengah pandemi corona.
Sumber: Bank Indonesia/Diolah
Sumber: www.fin.co.id