JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Harga emas dunia kembali menguat didorong oleh kembali meregangnya hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok serta kekhawatiran atas pemulihan ekonomi. Tetapi, apresiasi dolar membatasi kenaikannya.
Mengutip laman Reuters, Rabu (23/9), harga emas di pasar spot meningkat 0,16 persen menjadi USD 1.903,19 per ounce pada 08.58 WIB. Sementara, emas berjangka Amerika Serikat turun 0,02 persen menjadi USD 1.907,20 per ounce.
Seperti diketahui, indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi delapan pekan terhadap sekeranjang pesaingnya. Dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Selain itu, Presiden Donald Trump mengatakan dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa (28/9), bahwa Tiongkok harus bertanggung jawab karena telah menyebarkan Covid-19 ke dunia, mendorong Beijing untuk menuduhnya berbohong, dan menyalahgunakan platform PBB untuk memprovokasi konfrontasi. Penyusun kebijakan ekonomi Amerika Serikat juga membuka pintu untuk bantuan lebih lanjut bagi UKM yang terpukul virus Covid-19, tetapi berbeda tentang seberapa luas cakupan dan bagaimana cara mengirimkannya.
Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Chicago, Charles Evans mengatakan, bank sentral masih perlu membahas target inflasi rata-rata yang baru. Namun, bank sentral dapat mulai menaikkan suku bunga sebelum memulai rata-rata inflasi 2 persen.
Adapun harga logam mulia lainnya, seperti perak melemah 0,6 persen menjadi USD 24,26 per ounce, platinum naik 0,3 perse menjadi USD 869,64 per ounce, dan paladium turun 0,8 persen menjadi USD 2.203,15 per ounce.
Mengutip Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas turun Rp 2.000 per gram menjadi Rp 1.007.000 dibandingkan harga kemairn di Rp 1.009.000 per gram. Sementara harga jual kembali (buyback) emas Antam berada di level Rp 904.000 per gram atau turun Rp 3.000 per gram.(jawapos)
Sumber: www.jawapos.com