JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Serapan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diperkirakan tidak akan terserap 100 persen hingga akhir 2020. Realisasi anggaran hanya mencapai 67,8 persen.
Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menjelaskan, asumsi realisasi PEN tidak terserap habis karena hingga November masih di bawah 60 persen.
“Tidak bisa terserap habis di tahun 2020. Iya, kurang lebih hampor 67,8 persen dan ini menjadi catatan ketika memang semua berharap PEN bisa menyelesaikan masalah dari pemulihan ekonomi,” jelas Tauhid dalam video daring, kemarin (23/11).
Menurut Tauhid, gelontoran anggaran PEN masih kurang efektif untuk mendorong konsumsi yang turun. Sebab, kebutuhan ekonomi masyarakat masih lebih tinggi namun nilai bantuan yang dikucurkan tidak setara.
Kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) BKF Ubaidi Socheh Hamidi menyebut, per 18 November 2020 serapan anggaran PEN mencapai 58,7 persen dari pagu anggaran Rp695,2 triliun.
Bantuan di klaster Perlindungan Sosial sudah tersalur 82,4 persen atau Rp193,07 triliun. Beberapa program di sisi permintaan, lanjutnya, sudah terserap 100 persen.
“Kita lihat ada PKH bantuan beras dan Kartu Prakerja, dan di sisi supply baru tersalur, terutama untuk Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang baru kita berikan pertengahan tahun,” ujarnya.
Diakui Ubaidi, memang masih terdapat beberapa program PEN yang penyalurannya rendah seperti subsidi gaji guru honorer dan subsidi kuota Kemendikbud.
“Ini kan karena didesain ketika memasuki triwulan ke-3, mudah-mudahan sampai akhir tahun bisa ter-disbure secara maksimal,” ungkapnya.
Sebelumnya, Tenaga Ahli Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP) Agung Galih Satwiko berharap penyerapan anggaran PEN berjalan optimal hingga akhir 2020.
Dia menyebut, hngga 11 November 2020, dana terserap mencapai Rp386,01 triliun atau 55,5 persen dari pagu anggaran yang bernilai Rp695,2 triliun.
Adapun blok UMKM menjadi yang paling besar mengakselerasi pencairan mencapai Rp95,62 triliun atau 83,3 persen dari pagu anggaran.
Sementara pencairan yang terendah berasal dari blok Pembiayaan korporasi yang baru mencapai Rp2,001 triliun atau 3,2 persen dari pagu. (din/fin)
Sumber: www.fin.co.id