JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Menjelang pergantian tahun 2021 sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi baik di pasar tradisional dan modern, yakni mulai dari dari cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, hingga minyak goreng.
Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga cabai merah besar di pasar tradisional di seluruh Indonesia naik 1,33 persen menjadi Rp53.150 per kilogram (kg). Begitu juga dengan cabai rawit hijau yang meningkat 1,79 persen menjadi Rp42.550 per kg.
Sementara rata-rata harga telur ayam ras di pasar tradisional menanjak 0,73 persen menjadi Rp27.500 per kg. Di pasar modern, kenaikan rata-rata harga cabai tertinggi ada di komoditas cabai rawit merah mencapai 3,62 persen hingga Rp60 ribu per kg.
Rata-rata kenaikan juga terjadi di cabai merah keriting 3,35 persen menjadi Rp58.600 per kg, cabai rawit hijau naik 1,53 persen menjadi Rp49.700 per kg, dan cabai merah besar 0,32 persen menjadi Rp62.950 per kg.
Tak hanya cabai-cabaian, peningkatan harga juga terjadi pada komoditas minyak goreng di pasar modern. Harga minyak curah naik 1,45 persen menjadi Rp17.450 per kg, sedangkan harga minyak goreng kemasan meningkat tipis 0,3 persen menjadi Rp16.600 per kg.
Sedangkan di tingkat grosir, harga cabai merah besar naik 7,75 persen menjadi Rp41.700 per kg, cabai merah keriting 9,97 persen menjadi Rp39.150 per kg, cabai rawit hijau 14,65 persen menjadi Rp34.050 per kg, dan cabai rawit merah 8,21 persen menjadi Rp44.800 per kg.
Adapun rata-rata harga komoditas pangan lain terpantau stabil, seperti beras premium dan gula pasir di tingkat eceran maupun grosir.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan, bahwa pemerintah telah melakukan pemantauan perkembangan harga di berbagai daerah berbagaid menjelang tutup tahun.
“Monitoring lapangan terkait harga dan pasokan pangan menjelang perayaan Nataru (Natal dan Tahun Baru) penting dan perlu dilakukan untuk memastikan kondisi riil ketersediaan dan stok pangan aman dan terkendali,” kata Agung.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan, ketersediaan bahan pangan di dalam negeri menjadi fokus Presiden Joko Widodo. Ini terkait Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengingatkan potensi krisis pangan terjadi lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia.
“Ini terkait juga dengan peringatan FAO di mana Covid-19 bisa menyebabkan krisis pangan pada akhir 2020 dan awal 2021,” ujar Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani mengungkapkan kondisi ini bukan karena musibah. Kondisi ini karena masa tanam geser sehingga produksi pertanian pangan geser pada kuartal II/2020.
“Kami akan lakukan pantauan sangat detail ke seluruh komoditas dan kecukupannya untuk masyarakat baik 2020 dan 2021,” tukasnya. (din/fin)
Sumber: www.fin.co.id