iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

ISRA MIRAJ merupakan peristiwa maha dahsyat yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebelumnya, tak ada satu pun manusia yang mengalaminya. Rasulullah Menempuh perjalanan superkilat lalu naik ke langit hingga sidratul muntaha.

Isra atau sara (???) artinya adalah perjalanan di malam hari. Secara istilah, isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Peristiwa ini disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al-Isra‘ ayat 1, yang artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Sementara itu, Mi’raj secara bahasa artinya adalah naik. Secara istilah adalah naiknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke sidratul muntaha. Dalam Al Qur’an, mi’raj ini disinggung dalam surat An Najm.

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

Kisah Singkat Isra Mi’raj

Malam itu, usai shalat isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.

Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit”.

Hingga Rasulullah melewat pintu-pintu langi yang dihuni oleh arwah para Nabi.
Di langit ke tuju, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim

Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

“Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam.


Berita Terkait



add images