Lalu bagaimana peluang keduanya untuk duduk di kursi DPR RI Senayan? Pengamat politik Pahruddin mengatakan keduanya tetap punya peluang untuk melenggang ke Senayan. Hanya saja, keduanya mesti bekerja keras karena bersaing dengan Caleg internal yang memiliki basis suara.
“Peluang ada, tapi mereka inikan bersaing dengan Caleg internal yang memiliki basis yang sudah di bangun bukan dengan hitungan bulan,” ujarnya, Rabu (6/12) kemarin.
Pahrudin mengatakan, ini menjadi perkerjaan yang tidak mudah bagi Agus Suhardi maupun Syafril Nursal untuk memperebutkan jatah kursi DPR RI. “Artinya dengan waktu yang tersisa ini, maka harus benar-benar maksimal. Itupun akan sangat sulit sekali,” sebutnya.
Syafril Nursal sendiri, kata Pahrudin, meski memiliki kantong suara di Kabupaten Kerinci, tapi wilayah ini juga dipenuhi banyak pentolan. Ada mantan Bupati Kerinci Adirozal, mantan Wakil Bupati Kerinci Ami Taher, Faizal Kadni, Nuzran Joher dan beberapa nama lainnya.
“Jadi kalau rasanya hanya mengandalkan basis di Kerinci, tetap akan sulit. Harus ada penopang suara yang besar di daerah lain,” sebutnya.
Sedangkan Agus Suhardi, kata Pahrudin, juga bersaing dengan nama-nama yang memiliki kantong suara diinternal PDIP. Ada nama Ketua DPD PDIP Edi Purwanto, anggota DPR RI Ihsan Yunus, mantan Bupati Tanjab Barat Syafrial, dan Ratu Munawaroh.
“Dari survei kita terakhir namanya belum muncul. Tinggal apakah efektif atau tidak dengan sisa waktu yang ada. Artinya harus benar-benar kerja ekstra,” katanya.
Dosen Universitas Nurdin Hamzah ini menyebutkan, dari kalkulasi pihaknya untuk terpilih menjadi anggota DPR RI itu minimal harus mengantongi 50 ribu suara. Perolehan suara minimal ini belum tentu menjadi jaminan, karena pada 2019 lalu sebagian besar Caleg terpilih itu memiliki suara diangka 70 ribu.
“Sehingga harus berani keluar kandang, tidak bisa mengandalkan hanya satu variabel dukungan saja. Sekelas HBA saja yang sudah sangat populer, tingkat keterpilihannya di survei kita baru 10 persen,” pungkasnya. (aiz)