iklan
PELAKSANAAN ujian nasional (UN) yang melibatkan 7 juta lebih siswa dimulai hari ini (14/4). Sekitar 2,7 siswa SMA dan SMK akan bergelut lebih awal menghadapi ujian tahunan ini. Kemudian disusul jenjang SMP/MTs. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meminta peserta ujian tidak perlu berlebihan menghadapi salah satu penentu kelulusan itu.

Menjelang detik-detik akhir pelaksanaan UN, Mendikbud Mohammad Nuh mengumumkan pernyataan serius. "Sebagian soal yang diujukan, berstandar internasional," katanya kemarin. Menteri asal Surabaya itu mengatakan, beberapa butir soal UN tahun ini menggunakan standar PISA (Programme for International Student Assessment).

Meskipun sebagian soal UN tahun ini berstandar dunia, Nuh mengatakan siswa peserta ujian tidak boleh mencemaskannya. Dia menegaskan bahwa soal-soal yang disajikan tetap sesuai koridor SKL (standar kompetensi lulusan). "Soal tetap mengacu pada materi-materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku," tandasnya.

Mantan rektor ITS Surabaya itu tidak menyebut secara rinci jumlah butir soal yang berstandar internasional itu. Menurutnya pembuatan soal ujian berstandar internasional ini bukan dadakan. Nuh menjamin bahwa soal-soal berstandar internasional itu juga tidak lepas dari kisi-kisi UN yang sudah dipublikasi.

Dengan adanya soal ujian berstandar internasional itu, Nuh mengatakan UN tahun ini semakin memiliki banyak fungsi. Yaitu fungsi untuk pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia secara riil. Kemudian fungsi untuk penilaian kualitas pembelajaran Indonesia sesuai dengan pemeringkatan PISA.
--batas--
"Menurut saya UN ini lebih hebat dari pemeringkatan atau penilaian PISA," ujarnya. Sebab selama ini metode penilaian yang dilakukan oleh PISA menggunakan cara survei. Sedangkan untuk UN ini, Nuh menyebutkan seperti sensus. Sebab UN dilaksanakan oleh seluruh anak kelas III SMA dan sederajat di seluruh Indonesia.

Fungsi lain dari UN ini, kata Nuh, adalah salah satu kunci masuk ke kuliah di PTN. Dia bersyukur mulai tahun ini jajaran PTN sudah percaya terhadap pelaksanaan UN. Sehingga untuk masuk kampus negeri melalui jalur SNM PTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri), tidak lagi menggunakan ujian tulis. Tetapi cukup dengan penggabungan nilai rapor dan nilai UN.

Salah satu jaminan kepercayaan kalangan perguruan tinggi itu adalah, para dosen dilibatkan membuat butir-butir soal UN. Nuh mengingatkan meskipun yang membuat soal ujian ini adalah dosen, tetapi tetap disesuaikan dengan pelajaran SMA.

"Dulu itu katanya kalau soal UN sifatnya evaluatif, sedangkan soal ujian masuk PTN itu prediktif," paparnya. Tetapi ketika dianalisa, Nuh mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara soal bersifat evaluatif dan prediktif itu.

Selain adanya soal yang berstandar internasional itu, Nuh menuturkan komposisi soal UN tahun ini. Dia mengatakan sepuluh persen soal UN berkategori mudah. Kemudian 70 persen soal UN berkategori sedang dan sisanya 20 persen soal berkategori sulit.

Dengan pembobotan itu, Nuh mengatakan nilai ambang batas kelulusan tidak mengalami perubahan. Siswa dinyatakan lulus UN apabila memiliki nilai akhir (NA) rata-rata minimal 5,5 dan NA setiap mata pelajaran paling rendah 4. Nuh mengatakan sempat ada wacana mengubah ambang batas kelulusan itu. Tetapi akhirnya tidak dilakukan.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images