iklan
Populasi harimau sumatera terus menurun. Dari survey yang dilakukan bebera­pa pihak yang peduli terhadap keberlangsungan hidup hari­mau sumatera ini, menunjuk­kan angka populasi harimau sumatera hingga 2010 hanya tinggal 300-an ekor.

“Memang kecenderungannya turun populasinya dari be­berapa tahun lalu. Pada tahun 1970-an kan populasi harimau sumatera itu kan masih di atas 1000 ekor. Sementara survey pada 1994, jumlah harimau sumatera menurun drastis menjadi hanya tinggal 400-an ekor,” terang Dolly Priatna, Ketua Forum Harimaukita.

“Sementara dari hasil survey komprehensif mulai dari Aceh sampai Lampung yang dilaku­kan pada tahun 2010, jumlah populasi harimau sumatera ini sendiri hanya tingga 300-an. Jadi memang ada kecenderun­gan menurun,” tambahnya.

Dia menerangkan, hal ini sendiri disebabkan oleh terus berkurangnya luasan hutan yang banyak dialih­fungsikan sebagai pemuki­man atau ladang warga. Padahal, hutan merupakan habitat mutlak dari harimau sumatera untuk terus ber­langsung keberlangsungan perkembangbiakannya.

Dijelaskannya, untuk menjaga stabilitas populasi harimau, perlu ada perbuatan serius dari berbagai pihak terkait. Diantaranya, pemerintah harus memberikan ketegasan terhadap aktifitas perburuan harimau sumatera.

“Perburuan ini harus dihenti­kan. Lalu juga upayakan konek­tivitas antara lhutan konservasi ke kantong populasi harimau seperti di taman-taman na­sional. Karena di taman na­sional ini mereka (harimau, red) bsia bertahan hidup. Lalu juga jangan membuka lahan hutan lagi dengan melakukan penebangan untuk dijadikan pemukiman atau ladang,” ce­tusnya.

Disampaikannya di dalam kesempatan itu, di Provinsi Jambi sendiri, ada 4 kawasan yang menjadi kantong popu­lasi harimau sumatera ini. diantaranya, Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Bukit 30, lalu Taman Nasional Ker­inci Sebelat dan di Hutan Harapan. “Itu tempat yang popu­lasinya begitu besar. Di lahan konservasi harimau juga ada, hanya saja jumlahnya tidak banyak,” un­gkapnya.

“Kalau kita bicara soal angka, berbak sendiri diklaim ada sekitar 30 sampai 40 ekor. Lalu di hutan harapan ada 20 sam­pai 30 ekor. Di Kerinci ada sekitar 60 ekor,” jelasnya.
--batas--
Hanya saja, dijelaskannya, harimau itu tak mengenal yang namanya wilayah ad­ministratif. Sehingga, posisi harimau selalu berpindah. Apalagi Jambi berbatasan den­gan beberapa Provinsi lainnya, seperti Sumbar, Sumsel, Beng­kulu, Lampung dan berbagai daerah lainnya.

“Jadi harimau itu bisa berpin­dah-pindah. Misalnya di taman nasional berbak ada 40 ekor, namun itu belum tentu yang ada di Jambi. bisa jadi dia ber­pindah dari daerah tetangga seperti Bengkulu,” ujarnya.

Diminta tanggapannya soal konflik harimau dengan ma­nusia yang baru saja terjadi dan menewaskan salah satu warga, Dolly menyebutkan, ini dis­ebabkan oleh terus berkurang­nya hutan tempat tinggal Ha­rimau. “Memang konflik dan kontak langsung itu makin tinggi. Itu bisa disebabkan ruang untuk harimau semakin sempit sekarang,” katanya.

“Banyak orang membuka ladang itu semakin masuk ke dalam hutan. Lalu yang kedua juga satwa mangsa harimau itu semakin habis karena diburu manusia. Jadi bukan harimau­nya yang membuat negatif. Na­mun aktifitas berburu warga, seperti rusa, kancil dan lainnya itu membuat makanan mereka di alam berkurang. Mau tak mau mereka mencari alter­natif lain, sehingga menyerang manusia sebagai mangsanya,” tambahnya.

Jika dilihat dahulu, tak ada kontak langsung antara hari­mau dan manusia yang terjadi. Berbeda dengan sekarang yang sangat sering sekali terjadi kon­tak langsung antara harimau dengan manusia. “Kalau kita lihat dulu tak pernah ada yang demikian, padahal manusia juga dulu sering masuk ke dalam hutan. Namun tak per­nah ada orang yang dimangsa harimau,” ujarnya.

Lalu, apa yang harus di­lakukan untuk meminimalisir konflik langsung manusia dan harimau? Dia mengatakan, manusia harus paham perilaku dari harimau. “Ya sadari dulu kalau di tempat kita itu ada harimau. Setelah menyadari tentu kita akan lebih waspada. Artinya kita tahu kapan hari­mau beraktifitas dan bagaima­na kita harus bersikap ketika berhadapan dengan harimau. Jangan sering duduk sendiri. kita harus paham bagaimana prilaku harimau di alam. Kalau kita paham insya Allah tak akan terjadi,” cetusnya.

“Misalnya kita kalau duduk membelakangi pohon, itu salah satu kiat, lalu di hutan jangan sendirian atau di ladang jangan sendirian. Harimau itu aktif dari fajar menjelang pagi dan dari sore menjelang malam. Pada waktu itu mungkin bisa dihindari untuk beraktivitas,” pungkasnya.

Sumber : Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images