MUARA BUNGO, Sebanyak empat siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) SDLB di Kabupaten Bungo mengikuti Ujian Nasional tahun 2013 ini. Dari empat orang, tiga orang diantaranya merupakan penyandang tuna Grahita dan satu orang lagi penyandang tuna rungu wicara.
Siti Ngaisiyah, kepala SDLB Bungo mengatakan, untuk pelaksanaan UN yang ada di SDLB secara umum sama dengan yang ada di sekolah regular lainnya. Seperti halnya jumlah ujian yang diberikan kepada siswa ataupun system pengawasannya.
“Kalau untuk jumlah soal samalah dengan soal yang dikerjakan siswa di SD umum, tidak ada pengurangan. Hanya saja, waktunya diberikan toleransi lebih panjang dibanding sekolah umum,” ujarnya kemarin.
Mengenai soal sendiri , kata Ngaisiyah, khusus untuk siswa penyandang tuna rungu wicara soalnya berasal dari Provinsi. Sedangkan untuk penyandang tuna grahita, soal dibuat sendiri oleh sekolah yang bersangkutan.
“Kenapa untuk penyandang tuna grahita, soalnya dibuatkan dari sekolah sendiri. Karena, untuk penyandang tuna grahita ini, IQ nya dibawah hampir sebagian besar dibawah rata-rata orang pada umumnya,” katanya.
Dirinya menyatakan, pada hari pertama mengikuti pelaksanaan UN, peserta didiknya secara mental sudah siap, karena sebelumnya pihaknya juga telah mensosialisasikan kepada peserta yang akan mengikuti UN.
Sementara itu, Kuwad, pengawas UN di SDLB mengatakan jika pelaksanaan UN di SDLB berjalan dengan cukup lancar. “Hari pertama ini lancar lah, tidak ada kekurangan soal ataupun lembar jawaban. Kebetulan pesertanya juga cukup sedikit,” katanya.
Meski peserta yang mengikuti UN merupakan siswa yang memiliki kebutuhan khusus, namun, siswa tetap bersemangat. Dirinya berharap, meski siswa tersebut memiliki kekurangan dalam hal tertentu, namun hal itu nantinya tidak menjadikan anak untuk putus asa dalam meraih prestasi. Karena menurutnya, cukup banyak siswa berkebutuhan khusus mampu bersaing dengan siswa yang normal secara fisik. (sumber: jambi eskpres)
Siti Ngaisiyah, kepala SDLB Bungo mengatakan, untuk pelaksanaan UN yang ada di SDLB secara umum sama dengan yang ada di sekolah regular lainnya. Seperti halnya jumlah ujian yang diberikan kepada siswa ataupun system pengawasannya.
“Kalau untuk jumlah soal samalah dengan soal yang dikerjakan siswa di SD umum, tidak ada pengurangan. Hanya saja, waktunya diberikan toleransi lebih panjang dibanding sekolah umum,” ujarnya kemarin.
Mengenai soal sendiri , kata Ngaisiyah, khusus untuk siswa penyandang tuna rungu wicara soalnya berasal dari Provinsi. Sedangkan untuk penyandang tuna grahita, soal dibuat sendiri oleh sekolah yang bersangkutan.
“Kenapa untuk penyandang tuna grahita, soalnya dibuatkan dari sekolah sendiri. Karena, untuk penyandang tuna grahita ini, IQ nya dibawah hampir sebagian besar dibawah rata-rata orang pada umumnya,” katanya.
Dirinya menyatakan, pada hari pertama mengikuti pelaksanaan UN, peserta didiknya secara mental sudah siap, karena sebelumnya pihaknya juga telah mensosialisasikan kepada peserta yang akan mengikuti UN.
Sementara itu, Kuwad, pengawas UN di SDLB mengatakan jika pelaksanaan UN di SDLB berjalan dengan cukup lancar. “Hari pertama ini lancar lah, tidak ada kekurangan soal ataupun lembar jawaban. Kebetulan pesertanya juga cukup sedikit,” katanya.
Meski peserta yang mengikuti UN merupakan siswa yang memiliki kebutuhan khusus, namun, siswa tetap bersemangat. Dirinya berharap, meski siswa tersebut memiliki kekurangan dalam hal tertentu, namun hal itu nantinya tidak menjadikan anak untuk putus asa dalam meraih prestasi. Karena menurutnya, cukup banyak siswa berkebutuhan khusus mampu bersaing dengan siswa yang normal secara fisik. (sumber: jambi eskpres)