Angka melek huruf (AMH) perempuan Jambi saat ini masih jauh lebih rendah dari lelaki. Berdasarkan data Pembangunan Manusia Berbasis Gender tahun 2012 (Kerjasama KPP & PA dan BPS), untuk Provinsi Jambi, dimana Angka Melek Huruf laki-laki 98,15% dan perempuan 94,35%. Hal ini disampaikan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar saat kunjungan kerja ke Jambi kemarin.
‘’Provinsi Jambi sejak tahun 2004 s.d. 2009, memiliki IPM masih berada dibawah nilai rata-rata nasional. Disisi lain sejak tahun 2004 sampai dengan 2009, nilai IPM, IPG dan IDG Provinsi Jambi mengalami peningkatan secara gradual,’’ tuturnya dalam acara di rumah dinas Gubernur, kemarin.
Dikatakannya, salah satu kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah mengintegrasikan gender ke dalam semua aspek pembangunan. Mulai dari perencanaan yang berperspektif gender yakni mempertimbangkan isu gender dan mengakomodir kebutuhan laki-laki dan perempuan sampai dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
‘’Saat ini, konsep gender yang dipahami sebagian besar orang seringkali bias dan lebih diartikan sangat sempit sebagai sebuah konsep yang hanya membicarakan masalah perempuan dengan kodrat keperempuanannya saja,’’ tuturnya.
Padahal, lanjutnya, gender berbeda dengan jenis kelamin, karena gender tidak hanya membicarakan perempuan ataupun laki-laki saja, bukan juga konsep tentang perbedaan biologis yang dimiliki keduanya.
‘’Kesenjangan gender yang terjadi di kelembagaan maupun di masyarakat, sebagai penerima manfaat atau sasaran program, salah satu penyebabnya adalah lemahnya pemahaman tentang konsep gender,’’ tuturnya.
Terakhir dia menyampaikan, untuk menciptakan SDM unggul, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Secara umum kondisi anak Indonesia masih belum menggembirakan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita kita yang mengalami kurang gizi masih mencakup 17,9 persen, yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. (sumber: jambi ekspres)
‘’Provinsi Jambi sejak tahun 2004 s.d. 2009, memiliki IPM masih berada dibawah nilai rata-rata nasional. Disisi lain sejak tahun 2004 sampai dengan 2009, nilai IPM, IPG dan IDG Provinsi Jambi mengalami peningkatan secara gradual,’’ tuturnya dalam acara di rumah dinas Gubernur, kemarin.
Dikatakannya, salah satu kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah mengintegrasikan gender ke dalam semua aspek pembangunan. Mulai dari perencanaan yang berperspektif gender yakni mempertimbangkan isu gender dan mengakomodir kebutuhan laki-laki dan perempuan sampai dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
‘’Saat ini, konsep gender yang dipahami sebagian besar orang seringkali bias dan lebih diartikan sangat sempit sebagai sebuah konsep yang hanya membicarakan masalah perempuan dengan kodrat keperempuanannya saja,’’ tuturnya.
Padahal, lanjutnya, gender berbeda dengan jenis kelamin, karena gender tidak hanya membicarakan perempuan ataupun laki-laki saja, bukan juga konsep tentang perbedaan biologis yang dimiliki keduanya.
‘’Kesenjangan gender yang terjadi di kelembagaan maupun di masyarakat, sebagai penerima manfaat atau sasaran program, salah satu penyebabnya adalah lemahnya pemahaman tentang konsep gender,’’ tuturnya.
Terakhir dia menyampaikan, untuk menciptakan SDM unggul, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Secara umum kondisi anak Indonesia masih belum menggembirakan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita kita yang mengalami kurang gizi masih mencakup 17,9 persen, yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. (sumber: jambi ekspres)