iklan
Hingga saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih terbilang tinggi. hal ini dinilai disebabkan Sumber Daya Manusia (SDM) bidan yang masih tergolong rendah. Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jambi, Gusrizal, kepada sejumlah wartawan kemarin mengatakan hal itu.

“Angka kematian ibu dan bayi, itu kan persoalannya di bidan. Terutama bidan desa. Makanya ini harus sinergis programnya antara Kabupaten dan Provinsi. Apa sih yang jadi hambatan selama ini. Ini kan ada target MDG’s-nya. Untuk capai angka MDG's itu terkait dengan bidan, terutama bidan desa. Gubernur kan mengakui sendiri ini susah untuk dicapai. Makanya perlu dilakukan sinergitas program,” katanya.


Dia mengatakan, di sejumlah desa, masih ada bidan yang tak berani untuk menghadapi situasi dan membantu proses persalinan. “Ini artinya di Akbid tempat mereka berkuliah ini harus ditata sedemikian rupa. Paling lambat 2015 semua Akbid harus terakreditasi B. Kalau tidak kita bisa usulkan tutup dan cabut izinnya,” tegasnya.


Dia menyebutkan, sampai sekarang, belum ada Akbid yang terakreditasi B. “Paling yang punya pemerintah yang sudah terakreditasi B. bahkan yang C mungkin belum ada. Sekarang dalam proses, kita sudah kumpulkan semua sekolah tinggi bidang kesehatan, kita sudah putuskan di DPRD dan pemerintah paling lambat 2015 mereka sudah terakreditasi B,” ungkapnya.


Disamping itu, katanya, untuk menerima mahasiswa juga tak bisa sembarangan. “Ada rumusnya. Kalau dosen bidang kebidanan misalnya, ada 1 dosen saja, itu mereka hanya bisa menerima 20 orang mahasiswa. Lalu kalau 2 dosen bidang kebidanan itu hanya bsia menerima 40 mahasiswa. Namun bisa cek di lapangan, berapa mereka terima mahasiswa per tahun,” ungkapnya.


Hal ini, sambungnya, terkait juga dengan tunjangan dan kesejahteraan bidan serta fasilitas yang dimilikinya. “Supaya cepat gerakan bidan itu untuk membantu persalinan menuju lokasi pasien, ya berikan motor. Karena bantu orang bersalin itu bukan persoalan jam lagi, itu menit dan detik yang dihitung,” tambahnya.


Sementara itu, dari data yang berhasil dihimpun harian ini dari BKKBN Provinsi Jambi target MDG’s adalah menurunkan kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990-2015. Baseline data tahun 1991, angka kematian balita sebanyak 97 per 1000 kelahiran hidup.


Sementara angka kematian bayi sebanyak 68 per 1000 kelahiran hidup. Disamping itu, angka kematian neonatal sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup. Selain angka kematian, indikator yang dipakai adalah persentase anak dibawah umur 1 tahun yang diimunisasi campak, tahun 1991, angkanya 44,50 persen.


Sementara itu, data terakhir yang ada, berdasarkan SDKI tahun 2007, Angka Kematian Balita (AKB) adalah sebanyak 44 per 1000 kelahiran hidup. Lalu, AKB sebanyak 34 per 1000 kelahiran hidup. Lalu, Angka Kematian Neonatal sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup dengan proporsi anak dibawah 1 tahun yang diimunisasi campak 67 persen. Angka ini masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015.


Target MDG’s penurunan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100. 000 kelahiran hidup dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada kurun waktu 2002 hingga 2007. Target Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan harus dicapai pada tahun 2015 sebesar 90 persen dari keadaan 77, 34 persen pada tahun 2009 (Susenas, red).


“AKI yang tinggi banyak terjadi di RS karena kasus kegawat daruratan obstetrik (komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, red). Salah satu komplikasi terbanyak di RS adalah eklampsi dan preeklampsi yang banyak menyebabkan kematian dengan CFR 2, 35 persenDengan tingginya AKI di RS, maka telah ditetapkan dalam kebijakan kementerian kesehatan untuk mendukung kesiapan RS kabupaten dan Kota agar mampu untuk lebih baik,” kata Setia Edi, Kepala BKKBN, beberapa waktu lalu. (sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images