MUARA TEBO, Beberapa hari terakhir, harga cabai merah di Pasar tradisional Lembak Bungur, Kecamatan Tebo Tengah, naik menjadi Rp 48 ribu perkilo. Kenaikan ini disebabkan minimnya pasokan cabe dari luar Tebo. Selain itu, kenaikan harga cabai dikarenakan nilai jual dari agen juga naik.
Rahman (37), seorang pedagang mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga cabai disebabkan minimnya pasokan cabe lokal. Untuk memenuhi permintaan itu, ia terpaksa mendatangkan cabai dari luar provinsi.
”Biasanya kita mengambil cabe dari Bungo. Karena ketersediaan disana (Bungo, red) kurang, terpaksa kita mendatangkan cabe dari Lampung. Makanya harganya kita naikan dari Rp 24 ribu perkilo menjadi Rp 48 ribu perkilo,” terang Rahman sewaktu dikonfirmasi harian ini, Jum’at (31/5) kemarin.
Rahman juga mengatakan, akibat kenaikan harga tersebut, jumlah penjualan cabai menjadi turun dari biasanya.
“Biasanya saya bisa menghabiskan 10 Kg hingga 15 Kg perhari. Sekarang hanya bisa menghabiskan 5 Kg sampai 7 Kg dalam sehari,” tuturnya.
Selain pedagang, naiknya harga cabai tersebut juga dirasakan oleh masyarakat terutama, pedagang rumah makan dan ibu-ibu rumah tangga.
”Untuk menjaga cita rasa masakan, terpaksa saya menambah modal untuk membeli cabai. Sebab, tidak memungkinkan untuk naikan harga makanan karena bisa mempengaruhi pelanggan,” keluh Uni, seorang pemilik rumah makan Padang.
Dia mengaku, hampir setiap hari belanja kebutuhan untuk rumah makannya ke Pasar Lembak Bungur. Khususnya cabai merah, kebutuhan perharinya bisa mencapai 3 hingga 4 Kg.
Begitu juga yang dikeluhkan Iren, ibu rumah tangga. Kenaikan harga tersebut sangat menyulitkan dia dalam mengatur keuangan rumah tangganya. Apalagi dalam beberapa bulan ini harga getah karet yang menjadi penghasilan utama keluarganya juga turun.
”Beda rasanya jika makan tidak memakai sambal. Sementara, harga cabai naik sedangkan harga getah semakin turun. Jadi bingung mengatur uang belanja,” pungkasnya. (sumber: jambi ekspres)
Rahman (37), seorang pedagang mengatakan, salah satu penyebab naiknya harga cabai disebabkan minimnya pasokan cabe lokal. Untuk memenuhi permintaan itu, ia terpaksa mendatangkan cabai dari luar provinsi.
”Biasanya kita mengambil cabe dari Bungo. Karena ketersediaan disana (Bungo, red) kurang, terpaksa kita mendatangkan cabe dari Lampung. Makanya harganya kita naikan dari Rp 24 ribu perkilo menjadi Rp 48 ribu perkilo,” terang Rahman sewaktu dikonfirmasi harian ini, Jum’at (31/5) kemarin.
Rahman juga mengatakan, akibat kenaikan harga tersebut, jumlah penjualan cabai menjadi turun dari biasanya.
“Biasanya saya bisa menghabiskan 10 Kg hingga 15 Kg perhari. Sekarang hanya bisa menghabiskan 5 Kg sampai 7 Kg dalam sehari,” tuturnya.
Selain pedagang, naiknya harga cabai tersebut juga dirasakan oleh masyarakat terutama, pedagang rumah makan dan ibu-ibu rumah tangga.
”Untuk menjaga cita rasa masakan, terpaksa saya menambah modal untuk membeli cabai. Sebab, tidak memungkinkan untuk naikan harga makanan karena bisa mempengaruhi pelanggan,” keluh Uni, seorang pemilik rumah makan Padang.
Dia mengaku, hampir setiap hari belanja kebutuhan untuk rumah makannya ke Pasar Lembak Bungur. Khususnya cabai merah, kebutuhan perharinya bisa mencapai 3 hingga 4 Kg.
Begitu juga yang dikeluhkan Iren, ibu rumah tangga. Kenaikan harga tersebut sangat menyulitkan dia dalam mengatur keuangan rumah tangganya. Apalagi dalam beberapa bulan ini harga getah karet yang menjadi penghasilan utama keluarganya juga turun.
”Beda rasanya jika makan tidak memakai sambal. Sementara, harga cabai naik sedangkan harga getah semakin turun. Jadi bingung mengatur uang belanja,” pungkasnya. (sumber: jambi ekspres)