iklan
Masa kampanye Pilwako Jambi  semakin dekat. Berdasarkan jadwal yang ditetapkan, masa kampanye berlangsung dari tanggal 12-25 Juni 2013. Pada ajang kampanye ini, para kandidat sepertinya memiliki strategi yang hampir sama.  Yakni berusaha menghadirkan Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas).

Seperti pasangan nomor urut satu misalnya, Bambang Priyanto-Yeri Mutholib (Bayer). Pasangan ini rencananya akan menghadirkan Presiden PKS Anis Matta, Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar dan beberapa petinggi partai pengusung lainnya.


“Kita rencananya akan menghadirkan Presiden PKS, Anis Matta saat kampanye Bambang-Yeri nanti. Sekarang masih dalam konfirmasi, termasuk juga petinggi partai lainnya, seperti Tifatul Sembiring. Ini masih kita usahakan, kan jadwal kampanyenya baru ditetapkan,” ujar Ketua DPD PKS Kota Jambi, Dede Firmansyah.


Ketua DPC PKB Kota Jambi, Sulaiman Syawal juga mengungkapkan hal yang senada.

“Kita sudah mengajukan agar Ketua DPP Muhaimin Iskandar bisa hadir,” ujarnya.

Pasangan nomor urut dua Sum Indra¢ ¬Maulana (Simpatik) akan menghadirkan Ketua DPP PAN Hatta Rajasa, Yusril Ihza Mahendra, Eko Patrio dan beberapa tokoh lainnya.

“Harapan kita paling tidak membantu meyakinkan masyarakat, tetapi tetap yang dilihat masyarakat itu kandidatnya sendiri,” ujar Sum Indra via ponselnya.  

Pasangan nomor urut tiga juga tidak mau kalah, rencananya Sy Fasha-Abdullah Sani (FAS) akan menghadirkan Jokowi, Megawati Soekarno Putri, Abu Rizal Bakri, Prabowo Subianto serta Surya Darma Ali.


“Kita sudah sowan dengan Jokowi, kalau diinstruksikan partai beliau akan datang ke Kota Jambi menjadi juru kampanye. Rencananya Abu Rizal Bakri, Megawati, Prabowo Subianto dan Suya Darma Ali juga akan hadir menjadi juru kampanye,” ujar Fasha.


Hal serupa juga dilakukan oleh Pasangan nomor urut empat, Effendi Hatta Asnawi AB (Fena). Rencananya pasangan ini akan menghadirkan Hary Tanoe Sudibyo dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edi Baskoro Yudhoyono atau Ibas, Wiranto, Syarif Hasan serta petinggi partai pengusung lainnya.


“Yang hampir pasti itu Hary Tanoe dan Ibas,” katanya.

Sementara itu, Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad, menurutnya, efektivitas kampanye dengan menurunkan jurkamnas ini tergantung dengan popularitas Jurkamnas itu sendiri.

“Efektivitasnya itu tergantung dengan popularitas jurkamnas yang dihadirkan. Semakin popular dia semakin ada pengaruhnya, paling tidak pengenalan orang terhadap jurkamnasnya bisa mempengaruhi pengenalan orang terhadap calon,” ujarnya.


Tetapi menurutnya, jurkamnas ini bisa berpengaruh kepada pemilih yang belum punya pilihan atau masa mengambang. “Rata-rata kita banyak pemilih mengambang, kalau untuk memidahkan pemilih itu sulit. Karena prosesnya tidak terlalu intensif, cuma orang datang langsung melihat jurkamnas,” jelasnya.


Selain itu, katanya, kadang kala kampanye juga bisa menjadi kontra produktif kalau tidak dikelola dengan baik. Misalnya, terjadi keributan, orang janji mau dijemput tapi tidak jadi dijemput.


“Orang bisa antipati, yang salah tim suksesnya tapi yang kena itu kandidatnya. Kadang hal-hal teknis di lapangan bisa berpengaruh terhadap pasangan calon. Ini sudah banyak contohnya, banyak yang datang tapi banyak juga yang kecewa,” tukasnya.


Dikatakannya, banyak atau sedikitnya masyarakat yang datang juga tidak bisa menjadi ukuran. Karena orang yang datang ini bisa saja besoknya datang lagi ke kampanye kandidat lain.


Untuk itu, lanjutnya,  selain dengan melakukan kampanye akbar menghadirkan jurkamnas bahkan artis, akan lebih efektiv kampanye dengan cara melakukan blusukan.


“Level orang suka dan tidak suka itu beda-beda. Level ini harus dicermati betul mana yang paling tinggi tingkat kesukaan orang terhadap cara berkampanye,” katanya.


Pengamat Politik Jambi lainnya, Nasuhaidi mengatakan, kampanye dengan menurunkan jurkamnas ini tidak terlalu efektiv. Karena pemilih rasional itu bisa menghitung sendiri dan bisa mempelajari siapa yang bagus untuk dipilih.


Jurkamnas akan mempunyai pengaruh jika bisa menjadi kemistri bagi pemilih di Kota Jambi. sebaliknya, kalau jurkamnasnya tidak punya daya tarik tidak akan berpengaruh.

“Masyarakat sebetulnya juga bukan melihat juru kampanyenya. Lebih kepada calon itu sendiri, tapi bisa saja dikemas untuk meyakinkan masyarakat. Pengaruhnya ada tapi tidak terlalu signifikan tergantung kepada karisma jurkamnas itu sendiri,” ujar Nasuhaidi.

Ia mencontohkan seperti gaya kepemimpinan Jokowi. Gaya Jokowi ini bisa mempengaruhi psikologi masyarakat bahwa itu pemimpin yang bagus ditiru.


“Siapa yang berani melakukan itu maka pengaruhnya akan luar biasa, terobosan dari kandidat itu sangat penting. Bagaimana ia mampu menjawab persoalan riil, berani menjanjikan sesuatu yang memang dibutuhkan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, juga mungkin persoalan kemacetan, pelayanan public,” tandasnya. (sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images