iklan
Masa libur Lebaran rupanya hanya menjadi rehat sesaat bagi rupiah. Begitu pasar dibuka usai Lebaran, rupiah terus tertekan. Puncaknya, kemarin rupiah terperosok hingga level 10.451 per dolar AS (USD).  Ini level terendah sejak 18 Mei 2009.

Sementara itu, komoditi sawit yang merupakan andalan di provinsi Jambi juga turun anjlok. Tercatat harga Tandan Buah Segar (TBS) utuk harga minggu ini (periode 16 -22 agustus) TBS dengan umur 10-20 tahun berada di angka Rp1.386, 21-24 tahun diharga Rp1.386 dan usia diatas 25 tahun diharga Rp 1.321 . Berbeda dengan harga periode minggu lalu untuk usia 10-20 tahun berada di harga Rp 1.452, 21-24 tahun di harga Rp1.408 dan diatas 25 tahun di harga Rp 1.341.

Penurunan harga ini terpengaruh dengan pasca hari raya idul fitri lalu. Dimana pemerintah menetapkan untuk pemberhentian sementara distribusi mobil pengangkut sawit dikarenakan jalanan diutamakan untuk kendaraan mudik penumpang mulai dari 7 hari sebelum dan sesudah lebaran.

“Harga ini terpengaruh oleh pabrik yang tutup sementara karena momen idul fitri,” papar Irwadi selaku Kasi pemasaran hasil perkebunan Dinas perkebunan provinsi Jambi kemarin.
Dari Batanghari sendiri dilaporkna, hingga saat ini petani karet dan sawit masih mengeluh. Pasalnya sekarang  harga karet dan sawit mereka  belum stabil.

‘’Baik sawit maupun karet sekarang masih murah. Saya saja dua bulan tidak jual getah (karet, red) karena harganya murah,’’ ungkap salah seorang petani Mersam, Ali Redo.

Namun hal ini dibantah oleh Kabid Perdagangan Disperindangkop Batanghari, Suparno. Dirinya mengatakan, harga karet dan sawit di Kabupaten Batanghari masih stabil. Untuk harga index karet masih berkisar 22.200 per kilonya, dan harga sawit 800 hingga 1100 perkilonya.
“Harga karet dan sawit saat ini masih stabil,”  ujar Suparno.

Hal senada juga diungkapkan petani di bungo. Dirinya mengaku dilevel petani harga sawit hanya Rp 900 per Kg. Hal tersebut diakui oleh salah seorang petani Sawit di Kuamang Kuning, Parjo, kepada harian ini, kemarin.

“Harga sekarang masih 9 ratus mas,” akunya. Menurutnya, harga 9 ratus itu tidak layak lagi apabila dibandingkan dengan kebutuhan ekonomi saat ini. “Harga sudah berbanding terbalik dengan ekonomi saat ini,” pungkasnya.

Untuk harga diperusahaan, dikatakannya, juga tidak jauh berbeda, per 15 Agustus yang lalu, harga Tandan Buah Segar (TBS) umur 3 tahun hanya 1.146 rupiah per kilonya. Umur 4 tahun hanya 1.212 rupiah per kilonya. Sedeangkan umur 5 tahun, harganya hanya 1.268 rupiah perkilonya. Umur 6 tahun, harganya hanya 1.322 rupiah per kilonya.

“Kalau umur sawitnya sudah 20 hingga 25 tahun, harganya baru 1.408 rupiah per kilonya,” pungkasnya.

Petani di Tanjabtim juga mengeluhkan hal senada. Aris, salah seorang sawit yang mengeluhkan harga jual sawit miliknya.

"Sejak sebelum lebaran hingga kini harga sawit masih anjlok," ujarnya ketika dikonfirmasi kemarin (19/8).

Dia mengatakan, saat ini sawit yang dijualnya seharga Rp 850-900 per kilonya kepada penampung. Sehingga setiap kali panen keuntungannya semakin menipis.

"Apalagi kebutuhan sembako naik," keluhnya.

Petani Batang Asai, Dandarpun mengeluhkan hal yang sama. Dandar mengatakan bahwa sampai saat ini harga Karet sudah mencapai 10.000 dan itu sudah harga paling tinggi dan harga Sawit itu Mencapai 1000 itu juga harga tertinggi. " Belum ada kenaikan dari bulan puasa yang lalu," ujarnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images