iklan
MERANGIN, Karena Desa Air Liki Kecamatan Tabir Barat merupakan desa paling ujung dan sedikit terlambat mengalami kemajuan, ditambah infrastruktur menuju desa, belum memadai, maka desa ini dianggap desa yang paling terisolir.

Untuk bisa sampai ke desa berpenduduk lebih dari 1.000 ini terlebih dahulu harus menaiki Perahu Mesin (Ketek, red). Setelah itu baru melewati jalan darat. Jalan yang belum tersentuh aspal membuat akses warga ke luar sangat sulit.

Wajar jika biaya kehidupan di desa yang dikenal banyak terdapat emas itu, sangat mahal. Harga besin di desa tersebut, mencapai Rp 15 ribu perliter. Selain masalah itu, kini warga kesulitan masalah pengobatan. Karena untuk bisa sampai ke Puskemas terdekat membutuhkan waktu lebih kurang tiga jam.

Kabid Jamsarkesfar Dinkes Merangin, drg Sony Propesma, mengakui daerah itu memang sangat jauh. Imbasnya, satu bidan desa tidak sanggup melayani masyarakat yang membutuhkan obat. ‘’Pihak Puskesmas hanya bisa turun ke desa 6 bulan sekali. Karena kalau sering biaya untuk ke sana sangat besar, ongkos ketek saja Rp 800 ribu,’’ jelasnya.

Dikatakannya, warga yang memiliki kartu Jamkesmas sebanyak 694 orangm berharap bisa mendapatkan alat kontrasepsi gratis. Tapi untuk memenuhi keinginan warga, belum bisa dilaksanakan. Soalnya, ‘’Alat kontrasepsi gratis yang ada hanya di rumah sakit,’’ tuturnya.

Dengan program sekolah bidan gratis bagi warga desa terpencil dan miskin yang dicanangkan bupati Merangin, Al Haris, diharapkan bisa membantu warga disana. ‘’Saat ini, ada dua orang warga desa di sana yang disekolahkan di jurusan kebidanan. Kami berharap mereka bisa mengabdi di daerahnya. Karena kalau orang dari luar, enggan tinggal di sana,’’ tandas Sony.

sumber: je

Berita Terkait



add images