iklan TERBENGAKALAI: Intake Parit Panting yang dibangun beberapa waktu lalu, kini terbengkalai.
TERBENGAKALAI: Intake Parit Panting yang dibangun beberapa waktu lalu, kini terbengkalai.
KUALATUNGKAL, Masalah air bersih memang menjadi masalah klasik yang selama ini dihadapi masyarakat, khususnya masyarakat Kualatungkal. Sejak beberapa kali  pergantian kepala daerah persoalan penyediaan air bersih yang siap untuk dikomsumsi belum terjawab. Sementara biaya yang hamburkan untuk pengadaannya sudah terlalu banyak hingga ratusan miliar rupiah.

Salah satunya proyek air bersih yang bersumber dari Intake Tebing Tinggi menuju Parit Panting yang menelan biaya mencapai Rp 300 Milyar dimana pekerjaannya hingga saat ini belum selesai. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya Pemkan Tanjab Barat kembali membangun Intake air bersih yang bersumber dari Parit Panting.

‘’Pembangunan intake air bersih yang sumber airnya dari Parit Panting diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar Rp 100 miliar. Namun anggaran daerah yang tersedia saat ini untuk pembangunannya berkisar Rp 40 Miliar,’’ ujar Bupati Tanjab Barat, Usman Ermulan.

Dikatakannya, sarana air bersih yang dibangun sekarang ini menggunakan pipa besar berukuran diameter 500 akan dipasang sepanjang 40 KM hingga tikungan Parit Semau. Sedangkan untuk sisanya lebih kurang setengah Kilo Meter akan menggunakan pipa berukuran Diameter 300. ‘’Pipa yang dipasang selain besar juga tebal, bukan pipa kecil-kecil,’’ ujarnya.

Disinggung apakah intake air Parit Panting lanjutan dari mega Proyek Intake Tebing Tinggi yang sempat tersendat pembangunannya? Ia mengakui awal menjabat bupati pada Tahun 2011 lalu proyek tersebut pernah dimajukan DPRD, dan itu memerlukan dana berkisar Rp 100 Milyar lebih untuk lanjutannya. Hanya saja  tidak tahu dari mana memulai Intakenya sebab Resevoar Teluk Nilau tidak selesai pembangunannya.

‘’Untuk resevoar Teluk Nilau kami lihat sekarang ini hanya besi berserakan yang utuh hanya resevoar Parit Panting, makanya kami minta BPK untuk mengontrol ke sana dan dipelajari,’’ bebernya.

Apabila diteruskan dari Tebing Tinggi biaya operasional BBM mencapai Rp 1 milyar perbulannya. Sementara masukan dari pelanggan PDAM sekarang ini paling Rp 250 juta perbulannya dan itu masih terus disubsidi Pemkab. ‘’Kami  cari yang lebih murah dengan tidak mengenyampingkan kualitas airnya seperti yang akan kita bangun sekarang ini di Parit Panting,’’ tandasnya.

sumber: je

Berita Terkait



add images