Tiga jenazah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jambi yakni Hendra Rozak (35), Mohd. Anuar (39), dan Acun Risky Saputra (26) dikirim ke Jambi. Mereka ditembak oleh polisi diraja Malaysia gara-gara merampok nasabah bank.
Penembakan Polisi Diraja Malaysia
-- Tahun 2013 korban tembak mati polisi di Malaysia sebanyak 7 orang
-- Seluruh korban ditembak dengan motif sama, melakukan perampokan
-- Tanggal 9 OKtober 2013, ada tiga korban. Diduga merampok nasabah bank
-- Tanggal 11 OKtober 2013, ada 4 korban. Diduga merampok sebuah rumah
-- Sepanjang 2007-2013 diperkirakan ada 100 WNI meninggal akibat ditembak mati oleh polisi Malaysia.
‘’Ketiga jenazahnya sudah kita kirim ke Jambi," ungkap Dino Nurwahyudin Koordinator Fungsi Konsler dan Ketua Satgas Perlindungan WNI Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia.
Hanya saja pihak Polda Jambi belum mendapat laporan terkait pengiriman jenazah tersebut. Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Almansyah menyatakan itu. ‘’Kita nggak tahu, karena belum dapat laporan,’’ tukasnya.
Sementara itu, baru-baru ini juga terjadi penembakan terhadap TKI asal Batam. Penembakan empat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) oleh Polisi Diraja Malaysia (PDRM) di Blok B-15-7 Ampang Hilir Pinggiran Jalan Ampang Putra, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (11/10) siang lalu dianggap janggal oleh keluarga korban.
Keluarga Besar warga Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) di Batam berkumpul di Pertokoan Ruko Sevare, persis di belakang BCA, Jodoh untuk menanggapi penembakan itu. Isak tangis isteri korban menghiasi pertemuan itu, apalagi setelah melihat foto suami serta keluarga mereka yang tewas mengenaskan.
Pihak keluarga meminta pemerintah mengusut tuntas kasus penembakan yang menyebabkan empat orang TKI tewas yakni Wahyudi,28, Iknoriansyah ,25, Hery Setiawan ,33, dan Hafat,44,.
"Suami saya bukan perampok, kalau dia (Hery Setiawan) merampok keluarga kami sudah kaya, punya rumah dan mobil sendiri," ungkap Nurhadiyah isteri Hery Setiawan ditemui di Pertokoan Ruko Sevare, Jodoh, Minggu (13/10).
Namun lanjut Nurhadiyah keluarganya hingga kini masih tinggal di rumah kontrakan Perumahan Mangsang Blok C 8 Nomor 2, Tanjung piayu."Makan saja kami susah,"ungkap wanita berkerudung ini.
Karena itu Nurhadiyah tidak menerima suaminya dituduh merampok dan ditembak mati pihak PDRM.
"Kami meminta pemerintah membantu pengusutan kasus ini hingga jelas dan terang benderang. Suami saya tulang punggung keluarga kami, siapa yang akan memberi makan saya dan kedua anak saya,"ungkapnya sambil meneteskan airmata.
Menurut pengakuan Nurhadiyah suaminya itu memang sering pulang pergi Malaysia-Batam."Bukan merampok tapi mencari nafkah sebagai kuli di perkebunan Sawit Malaysia, sebulan pergi kemudian balik lagi ke Batam," ungkapnya.
Terakhir, suaminya itu pergi ke Malaysia 28 September 2013 menggunakan paspor pelancong bukan pekerja. "Satu hari sebelum insiden penembakan suami saya telepon sekedar menanyakan kabar anaknya," ungkapnya.
Sehari kemudian, Sabtu (12/10) malam ketika dirinya menonton siaran TV Malaysia, melihat berita tentang penembakan suaminya atas tuduhan perampok. "Dari berita itu saya tau suami saya ditembak PDRM atas tuduhan perampokan," bebernya.
Eka isteri Iknoriansyah juga menuturkan hal serupa, kalau lelaki yang dinikahinya empat tahun lalu itu bekerja sebagai kuli bangunan di Malaysia. Menetap di Malaysia satu bulan, kemudian pulang ke Batam selama satu bulan.
"Kalau ada borongan, suami saya balik lagi ke Malaysia," ungkapnya.
Terakhir, Iknoriansyah pergi ke Malaysia pada tanggal 29 September 2013 bersama Wahyudi. Ternyata kepergiannya kali ini untuk yang terakhir, Eka tidak menyangka suaminya tewas dengan cara mengenaskan.
Depri abang kandung Wahyudi tidak tau persis pekerjaan adiknya di Malaysia, apakah merampok atau bekerja sebagai kuli bangunan.
"Komunikasi dengan keluarga bekerja bangunan, tapi tidak tau kebenarannya, masih simpang siur,"ujarnya.
Sementara itu Muhtar Hafat mendengar informasi jika keponakannya itu memang merampok di Malaysia. "Informasinya sih demikian, namun saya tidak tau karena jarang komunikasi," bebernya. Pihak keluarga meminta jenazah ke empat TKI tersebut dipulangkan ke kampung halaman mereka di Sumbawa.
Koordinator Pos Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI (P4 TKI) Kota Batam, Efendi Manurung mengaku akan membantu pemulangan jenazah dari Malaysia. "Kita lakukan koordinasi dengan pihak KBRI maupun keluarga, pemulangannya mau dilakukan ke mana," bebernya.
Karena pihak keluarga meminta jenazah dilakukan ke kampung halaman, pihaknya kan berkoordinasi dengan KBRI."supaya langsung dikirim ke Sumbawa,"katanya.
Sebelumn ya PDRM menembak mati empat TKI di Blok B-15-7 Ampang Hilir Pinggiran Jalan Ampang Putra, Kula Lumpur, Malaysia,Jumat (11/10) siang. Empat orang TKI yakni Wahyudi, Iknoriansyah, Hery Setiawan,dan Hafat,40, tewas ditempat.
Empat orang meninggal dengan cara mengenaskan, bertelanjang dada sambil mengenakan sarung, celana pendek maupun levis. Satu orang TKI bernama Hery Setiawan bahkan ditembak di dalam toilet.
"Berdasarkan informasi yang kita peroleh dari PDRM dalam rumah itu ada delapan TKI, empat TKI ditembak mati, empat lainya berhasil kabur," beber Dino.
Menurutnya ke empat TKI itu diduga melakukan pencurian di perumahan mewah Daerah Bukit Antar Bangsa, Malaysia, Jumat (11/10) dinihari. Jumat siang polisi menyerbu tempat persebunyian TKI di Blok B-15-7 Ampang Hilir Pinggiran Jalan Ampang Putra.
"Namun PDRM malah dihadang tembakan," ungkapnya.
Dino menuturkan sempat terjadi baku tembak antara TKI dengan PDRM. Sebelum PDRM melumpuhkan ke empat TKI. Namun sayangnya Dino tidak mengetahui tembakan itu disarangkan ke bagian mana saja.
Di dalam rumah kontrakan TKI itu PDRM menurut Dino mengamankan barang bukti berupa I Phone, I Pad, jam tangan mewah, uang yang diduga hasil perampokan. Serta mengamankan satu pucuk senjata jenis revolver dan empat paspor di dalam lemari.
Terkait kejadian ini pihaknya sudah melakukan permintaan pengecekan kepada empat TKI, namun PDRM baru mengizinkan hari ini, Senin (14/10). "Kita akan mencocokan, apakah paspor yang diamankan sesuai dengan nama TKI yang ditembak," bebernya.
Pihak KBRI menurut Dino sudah menunjuk pengacara untuk mengawal kasus ini hingga tuntas. Jika terdapat kejanggalan, pihaknya akan membentuk TIM untuk mengusut kasus itu."Pasti akan kita telusuri,"janjinya.
Terkait permintaan keluarga untuk segera membawa jenazah ke Indopnesia, Dino berjanji akan secepatnya mengirim jenazah."Setelah proses pemeriksaan PDRM selesai,"ungkapnya.
Di Tahun 2012, tiga TKI asal Batam juga ditembak mati PDRM juga atas tuduhan perampokan.
sumber: je