iklan HARGA MAHAL: Beberapa koran terbitan di Prancis, Belanda dan Jerman. 
Wartawan Jambi Ekspres saat mengamati koran terbitan di Kota Aachen, 
Jerman.
HARGA MAHAL: Beberapa koran terbitan di Prancis, Belanda dan Jerman. Wartawan Jambi Ekspres saat mengamati koran terbitan di Kota Aachen, Jerman.
Disela memandu guru-guru favorit Jambi Ekspres  dalam tour ke Eropa, tim Jambi Ekspres juga melihat perkembangan koran ditengah kepungan media online di benua biru ini. Berikut catatan wartawan Jambi Ekspres SETYA NOVANTO yang baru pulang dari sana.

HAMPIR sepuluh hari dibenua biru, aktivitas kebiasaan di Jambi juga berubah. Mulai waktu istirahat, mengerjakan ibadah juga termasuk baca koran. Jika di Jambi sekitar pukul 05.20 WIB sudah membaca Jambi Ekspres, di Eropa baru baca koran diatas pukul 10.00.

Karena saat musim winter sekarang ini, matahari baru muncul sekitar pukul 08.00 lewat. Jadi aktivitas rata-rata dimulai diatas pukul 09.00. Untuk mendapatkan koran juga berbeda, jangan harap keluar hotel menuju lampu merah langsung ada penjual koran seperti di kota-kota di Indonesia.

Di eropa meski lampu merah sangat banyak, tidak ada satupun penjual koran disana. Rata-rata koran benua eropa baik di Belanda, Belgia, Perancis, Jerman cara menjual koran selalu ditempat khusus seperti di pinggir mal atau dekat stasiun kereta api.

"Bener-bener beda dengan di Provinsi Jambi. Kalau kita di Jambi dengan mudah mendapatkan koran, kita di eropa begitu susahnya,"ujar Wasit Wicasono, Guru Favorit Jambi Ekspres asal Kabupaten Tebo, ketika diajak wartawan Jambi Ekspres keliling mencari koran di Prancis.

Meski sedikit susah mendapatkan, menurut pengamatan koran ini rata-rata koran di benua eropa tetap eksis. Di Prancis misalnya, koran Le Monde dan Le Parisien laris manis dicari para pembaca.

"Selalu habis, kebetulan kios saya ini dekat dengan stasiun kereta api, sehingga banyak orang yang lalu lalang, "ujar Alex, salah seorang penjual koran di dekat stasiun Musee de Luvre, Paris kepada koran ini.

Padahal harga koran di Prancis harga ecerannya tergolong sangat mahal untuk ukuran orang Indonesia. Koran Le Monde misalnya, koran yang terbit khusus sore hari dengan jumlah 48 halaman dijual dengan harga 1,80 euro jika dikurskan sekitar Rp 28.800 (kurs Rp 16.000).
Menurut Gita, tourguide Jambi Ekspres di Prancis, meski dijual sore hari, koran Le Monde termasuk paling laris di negara Prancis. Koran yang bertiras diatas 350.000 eksemplar perhari ini juga dijual diluar negara Prancis.

“Rata-rata orang Prancis baca Le Monde,”tutur perempuan berdarah Jawa Timur-Prancis disela-sela menjelaskan tentang budaya Prancis kepada tim Jambi Ekspres.

Koran di Perancis lainnya  Le Parisien yang bentuknya menyerupai majalah dijual dengan  harga 1,05 euro atau sekitar Rp 16.800. Berbeda dengan Le Monde, koran Le Parisien jumlah halamannya lebih sedikit sekitar 40 halaman.  Karena bentuknya mirip majalah, untuk cover depan Le Parisien hanya menjual foto utama dan judul headline.

Tak jauh beda di Prancis, harga koran di Belanda cukup mahal untuk ukuran di Indonesia. Di Belanda ada dua koran besar de Volkskrant dan De Telegraaf. Untuk koran de Volkskrant dijual dengan harga 3 euro atau sekitar Rp 48.000 (kurs 16.000). Sedangkan koran De Telegraaf dijual sedikit murah dibandingkan de Volkskrant 2.70 euro atau sekitar Rp 43.200.

“Orang-orang belanda rata-rata baca de Volkskrant dan De Telegraaf,” ujar Wibowo, pria asal Surabaya yang kini sudah menjadi warga negara Belanda ketika bertemu dengan tim Jambi Ekspres di Dam Square, Amsterdam.

Menurut Wibowo, koran de Volkskrant dan de Telegraaf selalu bersaing dalam segala hal. Pemberitaan koran de Volkskrant yang bertiras diatas 350.000 eksemplar perhari ini lebih memilih golongan orang-orang yang ekonomi kecukupan, sedangkan koran  de Telegraaf yang bertiras diatas 800.000 eksemplar perhari ini, pemberitaannya lebih memilih golongan menengah kebawah.

Sebagai gambaran dua koran ini bentuknya juga berbeda. Koran  de Volkskrant mirip dengan majalah seperti Le Parisien di Prancis. Sedangkan De Telegraaf bentuknya lebih lebar.  Hanya saja, dua koran ini selalu ada selipan majalah khusus untuk pembaca disetiap akhir pekan di koran tersebut.

“Dua koran itu benar-benar bersaing,”tutur penganut Islam yang rata-rata setiap tahun pulang untuk menjalan ibadah puasa dan sholat taraweh di Masjid Istiqlal, Jakarta ini.

Di Jerman harga koran juga termasuk sangat mahal. Di Kota Aachen, misalnya, di Kota tempat mantan Presiden Habibie tinggal ini ada dua koran besar Frantfurter Allgemeine dan Aachener Zeitung. Koran Frantfurter Allgemeine dijual dengan harga 2.40 euro ataua sekitar Rp 38.400 dan koran Aachener Zeitung dijual denggan harga 1.60 euro atau sekitar Rp 25.600.

Dua koran di kota Aachen ini sangat berbeda dengan beberapa koran di Indonesia terutama dilingkungan Jawa Pos Group. Jika di Jawa Pos Group khusus Headline selalu menampilkan dengan font yang lumayan mencolok, dua koran di Kota Aachen Frantfurter Allgemeine dan Aachener Zeitung headline terbilang cukup kecil.

Bahkan, koran Frantfurter Allgemeine  yang bentuknya lebar sekitar 9 kolom ini hanya menampilkan satu foto di cover halaman depan. Sama halnya dengan Frantfurter Allgemeine, koran Aachener Zeitung juga menampilkan font lebih kecil untuk headline tidak seperti koran-koran di Indonesia. Hanya saja, koran Aachener Zeitung bentuknya lebih kecil dibandingkan Frantfurter Allgemeine .(*)

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images