iklan
DUNIA pendidikan di Provinsi Jambi selama tahun 2013 memiliki banyak pencapaian yang cukup berarti. Tetapi disisi lain masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi Dinas Pendidikan Provinsi Jambi maupun Dinas Pendidikan kabupaten/kota, karena hasil UN 2013 lebih rendah dibandingkan 2012.

Pada pelaksanaan UN 2013, hasil UN siswa SMP Jambi dari 35.770 siswa peserta UN hanya 417 yang dinyatakan tidak lulus UN. Sedangkan pada tahun 2012 dari 37.333 peserta UN se-Provinsi Jambi hanya 88 siswa yang tidak lulus. Ini menunjukkan bahwa pada UN 2013 ada penurunan angka kelulusan siswanya.

Untuk tingkat SMA pada UN 2013 dari 20.453 peserta UN sebanyak 256 siswa dinyatakan tidak lulus UN. Sedangkan pada tahun 2012 peserta UN sebanyak 18.892 peserta UN, maka 91 peserta yang dinyatakan tidak lulus UN 2012.

Sedangkan angka kelulusan SMK tahun 2013 dari 9.903 peserta UN hanya 10 siswa yang gagal, sedangkan pada UN 2013 dari 9.135 peserta hanya sebanyak 47 siswa yang tidak lulus UN.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Drs H Erwan Malik, MM mengatakan bahwa prestasi Jambi saat UN 2013  ckup membanggakan. Walaupun perbedaan system soal UN 2013 denga 20 paket soal, sedangkan tahun 2012 hanya 3 paket soal.

“Salah satu indicator mutu pembelajaran dapat kita lihat dari capaian UN yang diperoleh siswa kita. Berdasarkan hasil UN 2013 peringkat perolehan nilai setiap kabupaten/kota cukup tinggi dan ada dua daerah yang prestasi UN-nya mencapai 100 persen,” ujar Erwan beberapa waktu lalu.

Sementara itu Kabid Dikmenti Dinas Pendidikan Pprovinsi Jambi , H Abdul Mukti, SPd mengatakan bahwa tidak ada peningkatan signifikan prestasi Jambi saat UN 2013 dibandingkan UN 2012. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan paket soal yang diujiankan. “Namun hasil yang kita raih cukup membanggakan,” bebernya.

Pengamat Pendidikan Jambi, Prof DR Mukhtar, MPd bahwa secara kualitas ujian nasional (UN) selama 2013, Jambi masih tidak ada peningkatan apapun atau sama seperti tahun 2012. Baik itu kualitas lulusan maupun tingkat kelulusan UN Jambi ditingkat Nasional.

“Secara nasional ada peningkatan. Itu pun peningkatannya hanya pada daerah tertentu atau sekolah tertentu. Tapi soal prestasi siswa masih tertahan seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujar Mukhtar saat dihubungi, Kamis (2/1).
--batas--
Dikatakan Mukhtar, soal guru Provinsi Jambi sebenarnya sudah kelebihan guru tetapi masalahnya pemerataan yang belum dilakukan. Disuatu sekolah ada yang kekurangan guru mata pelajaran tetapi di sekolah lainnya justru berlebih guru mata pelajaran.

“Jadi istilahnya guru itu lebih tapi kurang. Karena pengangkatan guru itu tidak melihat kebutuhan riil dasar sekolah sendiri. Di daerah tertentu ada yang mencoba memenuhi kebutuhan guru, tetapi baru setahun sudah minta pindah ke daerah perkotaan, sehingga mengganggu pemerataan guru dan ada guru kekurangan jam mengajar dari 24 jam,” beber Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi ini.

Banyak faktor yang menyebabkan suatu daerah kekurangan guru dan satu daerah lainnya kelebihan guru. Mulai dari faktor kedekatan, politik, uang dan mudahnya akses guru pindah dari satu daerah ke daerah lainnya tanpa mempertimbangkan kompetensi dan kebutuhan suatu daerah.

“Dengan kualitas sertifikasi guru masih stagnan dan jalan ditempat. Penyebabnya mereka tidak mengikuti kegiatan pembinaan dan lulus karena portofolio. Kalau konsep sertifkkasi yang benar mereka harus dibina selama setahun dan setelah itu dikembalikan ke daerah,” akunya.

Saat ini memang ada pembinaan dan pelatihan guru yang ikut sertifikasi. Tetapi masalahnya hanya 10 hari dan hal tersebut tidaklah cukup bila ingin menciptakan guru yang berkualitas dan profesional. “Padahalnya seharusnya untuk mendapat sebuah sertifikasi itu minimal 2 semester dan itulah idealnya,” ujarnya.

Selain itu rencana 10 tahun 2005-2014 tidak tercapai. Karena banyak faktor yaitu biaya, tenaga dan terkait hal ini. Apalagi ada guru-guru yang baru. Sehingga ini jadi kendala dalam melakukan sertifikasi.

Begitu juga soal fasilitas dan sarana pendukung belajar diakui mantan Rektor IAIN STS Jambi ini masih butuh perhatian pemerintah. Untuk sekolah-sekolah yang ada diperkotaan fasilitasnya sangat baik dan memadai, tetapi untuk sekolah yang ada di daerah terpencil masih jauh dari memadai.

“Kalau fisik kita tertinggal, kalau di kota masih bagus tetapi kalau didaerah kondisinya memprihatinkan. Kalau di kota relative bagus karena selalu dipantau orang dan ditemukan ada yang belajar dilantai dan sekolah bocor. Ini kenyataannya, karena hanya 90 persen kondisinya tidak cukup baik dan hanya 10 persen yang benar-benar baik,” akunya.

Kenapa ini terjadi, karena orientasi kita membangun sekolah yang baru daripada memelihara bangunan yang ada dan kita lemah pada posisi ini. “Makanya kedepan diharapkan pemerintah lebih banyak menganggarkan dana untuk perbaikan dan rehab sekolah agar lebih baik serta nyaman untuk belajar,” harapnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images