KEBANYAKAN para peternak lebah liar di Jambi saat memanen madu yang bergantung di dahan pohon melakukan dengan cara dibakar atau diasapi, sehingga sarang lebah itu rusak dan lebah-lebahnya banyak yang mati. Berbeda dengan Sodin handoko (36), pria asal batu, Malang Jawa Tengah ini memiliki cara berbeda yang lebih modern. Bagaimana ceritanya?
Pengunjung pameran Telanai Expo 2014, terlihat memadati memadati stand milik Badan Kordinasi dan Penyuluhan (Bakorluh) Provinsi Jambi. Para pengunjung sibuk memilih jejeran produk madu asli yang bertuliskan madu asli berkah dengan banderol mulai dari Rp 50 ribu-Rp 125 ribu. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mencari informasi seputar proses dan asal muasal madu tersebut.
Sodin Handoko, yang merupakan peternak lebah penghasil madu tersebut, ada di stand Bakorluh. Dia didatangkan khusus dari Jawa Tengah, untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang ingin beternak lebah, dengan cara yang benar.
“Potensi Sumatera ini, khususnya Jambi, sangat bagus untuk beternak lebah, karena selain iklimnya sesuai, juga masih banyak kawasan hutannya jika dibandingkan dengan Pulau Jawa yang sudah padat dengan pemukiman. Jadi saya diajak Bakorluh untuk mengajarkan bagaimana cara membudidayakan lebah,’’ ujar Sodin yang akan membuka percontohan ternak lebahnya disekitar hutan kota.
Sodin mengungkapkan, kalau pertama itu dari spesies lebahnya, spesies penghasil madu yang baik adalah spesies melivera, dan juga cara memanen dan cara membuat wadah lebah yang baik.
--batas--
“Salah satu cara yang benar tanpa merusak sarangnya, yaitu dengan dibuatkan wadah, yang didalamnya terdapat bilik-bilik, kemudian diisi dengan telur-telur lebah yang juga ada ratu lebahnya. Jadi dengan cara itu, kita bisa menghasilkan madu yang maksimal, juga tentunya tetap melestarikan lebahnya, karena pada saat memanen, kita hanya perlu mengangkat bilik-bilik tadi, kemudian madunya langsung kita saring, tanpa merusak koloninya,” terang Sodin.
Untuk bibitnya, Sodin mengatakan, kalau bibit-bibit lebah bisa di dapatkan, dari daerah asalnya Jawa Tengah dengan harga Rp 400 ribu, juga sudah termasuk wadah lebahnya, mengenai kendala dalam usaha beternak lebah, Sodin mengatakan kalau produksi lebah sangat berpengaruh dengan iklim.
“Biasanya lebah ini, kalau hujan tidak beraktifitas menghasilkan madu, juga ada kendala lain, kita kan beternak lebah ini, mengikuti musim berbungannya tumbuhan, jadi kalau kita pindahnya jauh, lebah yang ada di dalam wadah itu bisa mati, untuk menyiasatinya, seperti dari pulau Jawa ke Jambi ini, itu saya lakukan perjalanan malam, kalau siang hari lebah-lebahnya saya lepas di tempat yang agak jauh dari pemukiman, sore mereka kembali ke sarang, baru saya lanjutkan perjalanan lagi,’’ jelas Sodin.
Sodin yang berkecimpung dengan hal lebah dan madu sejak tahun 2002 ini, memberikan trik-trik memilih madu yang benar, karena banyak madu yang dijual di pasaran itu sudah dicampur dengan zat-zat kimia, jadi bukan khasiat madu yang didapat, malah sebaliknya mendapatkan penyakit.
“Madu asli sangat baik untuk kesehatan tubuh, stamina dan kekebalan tubuh, juga untuk semua umur. Tapi di masyarakat, banyak juga yang mengoplos madu dengan zat kimia untuk mencari keuntungan semata. Jadi saya kasih informasi, kalau madu asli itu, apabila dicampur ke air proses larutnya cukup lama, kira-kira 10 menit baru larut, juga apabila ada kotoran bercampur dengan madu, kalau yang asli kotoran itu terangkat ke atas permukaan madu, dan juga madu asli tidak di sukai oleh semut,” tandasnya. (*)
Penulis : PERLANDES TUTU HARYONO/ Jambi Ekspres