iklan TANGKAP IKAN: Salah satu warga yang menangkap ikan pasca meluapnya air sungai Batanghari.
TANGKAP IKAN: Salah satu warga yang menangkap ikan pasca meluapnya air sungai Batanghari.
KETINGGIAN air sungai Batanghari kini mencapai 13, 20 meter dan menghasilkan banjir musiman di sebagian Kabupaten Muaro Jambi. Namun, dibalik itu semua, bencana ini membawa berkah bagi masyarakat.

Bencana membawa berkah. Setidaknya ini yang dirasakan sebagian masyarakat di Kabupaten Muaro Jambi pasca banjir musiman melanda kampung mereka karena luapan air sungai Batanghari.

Seperti halnya Hasan Basri, warga Desa Bakung, Muaro Jambi ini. Setiap hari ia rajin turun ke anak sungai Bernai, tak jauh dari rumahnya.

Dengan berbekal tangkul dan tembilah di bahu, dia mencari posisi, tepat di samping Jembatan Bernai. Tangkul yang dibawa, kemudian diikat dengan tali dan di rendamkan ke air dengan posisi terbentang di dalam air. Sementara Tembilah sengaja dipasangnya tak jauh dari tempatnya menangkul ikan.

Hanya berselang 5 menit saja, tangkul yang dipasang, diangkat. Hasilnya, ratusan ekor ikan berbagai jenis selebar tiga ruas jari terjaring masuk ke dalam tangkul. Diapun bergegas mengambil tempat ikan (dari karung) dan memasukkan hasil tangkapannya kedalam tempat tersebut.
--batas--
Bapak dua anak ini mengatakan, hal ini sudah dijalani sejak sebulan terakhir.  Bencana banjir musiman memang selalu membawa cerita keberkahan bagi dirinya dan sebagian warga lainnya. “Sudah sebulan ini kami seperti ini lah, nangkap ikan. Nanti hasilnya ada yang jemput ke sini (beli),” jelas Hasan.

Di sungai Bernai, ada beberapa jenis ikan yang kerap dia dapatkan. Yakni, ikan Serampil, anak Tebakang, Seluang dan ikan Patin. “Hasilnya lumayan, sehari bisa mencapai 50 kilogram. Tapi lihat waktunya, seperti sekarang, ikan lagi ke hilir. Jadi lumayan dari pagi tadi sudah banyak yang dapat,” jelasnya.

“Ada juga kalau sudah terlampau banyak, kami biasanya buat ikan asin, atau buat kerupuk ikan. Jadi bisa awet dan tidak terbuang sia-sia,” lanjutnya.

Berbeda dari hari biasanya, meskipun air sedang banjir, namun untuk mencari ikan sedikit susah. “Kalau bukan musimnya, cari 10 kilo saja susah,” tuturnya.

Hal senada diakui Bujang, salah satu rekan seprofesi Hasan yang juga salah satu ketua RT di Desa Bakung. Dia mengatakan, mereka kini menggantungkan ekonomi dengan cara menangkap ikan.

“Sebenarnya, jika ditunjang dengan peralatan penangkap ikan yang lengkap, hasilnya jauh lebih banyak. Saat ini kami hanya bisa menangkap ikan dengan cara tradisional saja. Besar harapan kami peran pemerintah bisa membantu memberikan alat tangkap ikan,” sebut Bujang. (*)

Penulis : ELAN REINWARDT, Jambi Ekspres

Berita Terkait