BUNGO, Musim durian adalah waktu yang di tunggu karena selain dari banyaknya buah durian yang melimpah ruah biasanya banyak warga setempat memanfaatkan buah musiman ini dengan mengolahnya untuk berbagai macam cemilan, mulai dari lempok durian, tempoyak dan dodol durian.
Dodol durian, atau sering juga disebut jedah atau gelamai, adalah makanan khas masyarakat Melayu sejak dulu kala. Tak terkecuali di Jambi, dodol sering dijadikan sebagai penganan untuk momen momen tertentu, misalnya di hari Raya, saat Maulid Nabi, saat ada pesta pernikahan.
Hanya saja, ketika ada musim tertentu, dodol juga seringkali dibuat untuk kebutuhan makanan sehari-hari. Misalnya di rumah kediaman Yeni, dodol juga dibuat ketika ada musim Durian. “Tak harus menunggu hari Lebaran, jika musim durian, kita sering membuat dodol durian,” ujar Yeni yang tinggal di Desa Air Gemuruh Muaro Bungo ini.
--batas--
Jumlah buah durian yang berlimpah, dimanfaatkan untuk dodol rasa durian. Membuat dodol memang tak bisa sedikit, harus banyak, satu kuali besar, namun itu dikatakan yeni tak menjadi halangan besar, dalam pembuatannya biasanya mengajak serta anggota keluarga yang lain, kemudian juga dimakan beramai-ramai.
“Biasanya dodol atau bahasa lainnya jedah ini, juga tahan lama, jika adonannya baik, proses pematangannya bagus, bisa tahan hingga berbulan, bulan, yang penting sabar,” ujar Yeni.
Sebenarnya tak hanya rasa durian gelamai atau jedah juga sering dibuat dengan rasa gula merah. Bahan dasar gelamai adalah gula merah, kelapa, dan tepung beras.
sumber: jambi ekspres