iklan BERDIRI KOKOH: Dua batang pohon durian yang masih berdiri kokoh. Dua 
batang durian ini diyakini merupakan peninggalan zaman jepang.
BERDIRI KOKOH: Dua batang pohon durian yang masih berdiri kokoh. Dua batang durian ini diyakini merupakan peninggalan zaman jepang.
Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari menyimpan sejarah perjuangan rakyat di masa penjajahan Jepang.  Namun, cerita itu seakan membisu akibat para pelaku sejarah telah meninggal. Lalu, apa yang masih tersisa dari peninggalan sejarah itu?
 
Dusun Gotong Royong, merupakan salah satu dari empat dusun yang tergabung dalam Desa Ladang Peris. Dusun Gotong Royong memiliki empat rukun tetangga (RT), yang terdiri dari RT 03, 04, 12 dan 14.

Menurut informasi yang diperoleh, Dusun Gotong Royong merupakan salah satu dusun tertua di Desa Ladang Peris. Hal itu dibuktikan dengan adanya kebun durian zaman Jepang dengan jumlah ratusan batang.

Untuk membuktikan informasi tersebut,  koran ini mencoba mendatangi kediaman Ketua Lembaga Adat Desa Ladang Peris. Ketua Lembaga Adat Desa Ladang Peris, A Mursidi. Usianya saat ini memasuki 60 tahun.

Kedatangan koran ini disambut baik oleh pria yang tahun lalu baru saja menunaikan Ibadah Umroh itu. “Memang dulunya ada kebun durian yang ditanam oleh tentara Jepang, jumlahnya mencapai ratusan batang,” kata Mursidi membuka cerita.
--batas--
Dijelaskan Mursidi, lokasi kebun durian yang ditanam Jepang berada persis di samping rumahnya. Dia tidak mengetahui apa tujuan Jepang menanam pohon durian dengan jumlah besar pada saat itu. Namun, kebun durian itu tidak lagi bisa dijumpai.

Dari ratusan batang pohon durian yang ditanam Jepang, saat ini hanya tersisa dua batang pohon durian. “Semua pohon durian itu ditebang masyarakat untuk diambil kayunya dan kemudian dijadikan papan. Selanjutnya, papan hasil gesekan itu dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya.

Dua batang pohon durian Jepang yang masih tersisa itu, berdiri kokoh di depan halaman rumahnya. Sebagai Ketua Lembaga Adat, dirinya sengaja tidak menebang dua pohon durian tersebut.

Sebab, dua pohon durian itulah bukti nyata tentara Jepang telah menduduki Dusun Gotong Royong. “Sengaja tidak saya tebang, karena itulah merupakan napak tilas masuknya tentara jepang di daerah ini,” sebutnya.

Dua pohon durian jepang itu tumbuh berdampingan, dan memiliki tinggi sekitar 20 meter. Tidak ada yang berbeda dengan pohon durian pada umumnya. Hanya saja, dua pohon durian tersebut tidak selalu berbuah setiap tahun. Kalaupun berbuah, buahnya kecil-kecil namun rasanya manis. (*)

Penulis : IRVA GUSNADI, Jambi Ekspres

Berita Terkait