Bila kita termasuk orang yang ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada tiga hikmah yang dipetik dalam mementum tersebut. Sebagaimana yang ditulis dalam Buletin TASAMMUH oleh Ahmad Wildan sebagai berikut;
Pertama, Meneguhkan kembali kecintaan kepada Raulullah SAW adalah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada diatas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan istri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda, “ Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya dari pada orang tua dan anaknya” ( HR. Bukhari).
Kedua, Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT bersabda, “ Sesunggungnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ( QS.Al-Ahzab : 21 )
Ketiga, melestarikan ajaran dan perjuangan Rasulullah dan juga para Nabi yaitu Misi Rahmatan lil ‘alamin. Misi tersebut kemudian diwariskan kepada para Ulama sebagai pewaris Nabi. Sehingga sudah menjadi kewajiban kita selaku umat Islam Khususnya di Indonesia, untuk tetap berpegang teguh pada misi Rahmatan lil ‘alamin tersebut demi terwujudnya kondisi masyarakat yang Islami, saling menghormati, dan tidak merasa paling benar. Bukan malah sebaliknya menuduh bid’ah dan musyrik bahkan sampai pada pengkhafiran kepada para penikmat perayaan Maulid Nabi SAW.
sumber: net