PENJAJAHAN Kolonial Belanda juga terjadi sampai ke daerah-daerah. Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu daerah yang dimasuki oleh kaum penjajah di masa itu. Bahkan di Sarolangun, penjajah sempat membangun jembatan, yaitu jembatan Beatrix.
Walaupun sudah bukan bentuk aslinya, karena telah mengalami perbaikan beberapa kali, namun jembatan Beatrix Sarolangun merupakan satu-satunya jembatan peninggalan penjajah Belanda yang mempunyai nilai sejarah tinggi, dan penuh cerita.
Konon kabarnya, dalam pembangunan jembatan Beatrix, dikerjakan oleh ratusan pribumi, dan pengerjaannyapun membutuhkan waktu lebih dari lima tahun.
H. Zainudin (65), salah satu orang tua di Sarolangun menceritakan, bahwa dalam pembangunan jembatan tersebut, di setiap tiang jembatan diberi korban manusia. “Dulu ada 4 tiang, setiap tiang ada korban manusia, pribumi,” katanya.
Sehingga di jembatan tersebut, sering terdengar suara tangisan di malam hari. “Dulu setiap jam 2 malam ada suara tangisan, di bawah jembatan tersebut,” kata Zainudin.
--batas--
Menurut Zainudin, jembatan Beatrix dibangun sekitar tahun 1925 dan selesai pada tahun 1933. Awal pembangunan, para pekerja yang terdiri dari lebih seratus pekerja mengedam aliran sungai Batang Tembesi menggunakan kayu. Akan tetapi kayu tersebut tidak kuat menahan aliran sungai, akhirnya menggunakan besi.
Dalam pembangunan tersebut, pihak Belanda mengatakan bahwa dalam jangka waktu 30 tahun, jembatan tersebut tidak akan rubuh. Kemudian, sekitar tahun 1972, akhirnya jembatan tersebut runtuh separuh, karena dimakan usia. Karena jembatan tersebut putus, akses transportasipun putus.
Sehingga pada tahun 1984 dibangunlah jembatan gantung sebagai pengganti jembatan yang rubuh tersebut. Akhirnya, sekitar tahun 2001 - 2002, pemerintah Sarolangun membangun kembali Jembatan yang penuh sejarah tersebut secara permanen. Dan hingga saat ini, jembatan tersebut masih digunakan oleh masyarakat Sarolangun.
Saat ini, selain digunakan sebagai alat transportasi, Jembatan kebanggan Sarolangun tersebut juga digunakan sebagai tempat tongkrongan para remaja. Bahkan ada yang memanfaatkannya sebagai lokasi memancing. (*)
Penulis : MHD. FEBRIHARDINA, Jambi Ekspres