Menjadi pawang hujan tak semua orang bisa melakoninya. Namun, ini yang dijalani Jailani sejak beberapa tahun belakangan. Dia dipercaya bisa menghalau hujan pada sejumlah kegiatan besar di Jambi.
Mengenakan stelan batik dan celana dasar berwarna hitam, Jailani (39) terlihat santai. Dia adalah salah satu orang yang dipercaya sebagai pawang hujan. Kepada harian ini, dia mengaku sudah menjalani kegiatannya itu sejak beberapa tahun belakangan.
Upah yang diterimanya dalam satu kali melakukan tugasnya lumayan besar. Namun, dia mengaku tak pernah memberikan patokan harga untuk satu kali jasa yang diberikannya.
Dia mengatakan, sudah beberapa kali malahan dia diminta oleh Gubernur Jambi untuk menjadi pawang hujan dalam beberapa kegiatan. Salah satunya dalam kegiatan malam pergantian tahun baru lalu. “Malam tahun baru kemarin saya diminta untuk jadi pawang hujan,” akunya kepada harian ini.
Dikatakannya, upah yang diterimanya bervariasi. Namun jika dirata-ratakan, nilainya berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Bahkan, diakuinya, bukan hanya untuk kegiatan Pemerintah Provinsi Jambi saja dia sering dipanggil dan diminta jasanya. “Kapolda juga pernah panggil saya,” akunya.
--batas--
Bahkan, saat kunjungan Wakil Presiden ke Jambi beberapa waktu lalu, dia mengaku ditugaskan untuk menghalau hujan. “Kalau malam tahun baru, setiap tahun saya selalu dipanggil untuk menjadi pawang hujan,” ungkapnya.
Soal apa saja yang disiapkannya untuk menghalau agar tidak terjadi hujan di suatu kegiatan, dia mengatakan, tidak banyak yang ia butuhkan. “Saya cuma pakai lilin putih sama garam halus terus berdoa minta agar tidak hujan. Alhamdulillah tidak pernah meleset,” katanya.
Selama menjalankan proses ritual selama kurang lebih satu jam, nantinya, garam halus yang sudah didoakan akan ditabur di sekitar lokasi kegiatan. “Yang jelas saya tidak mematok harga, seikhlasnya saja,” ungkapnya.
Soal darimana ia mendapatkan keahliannya tersebut, diakuinya, keahlian itu merupakan warisan turun temurun keluarganya. “Saya belajar dari nenek saya, ini turun menurun,” tandas lelaki yang tinggal di kawasan kebun kelapa, Jalan Halim Perdana Kusuma, Broni ini.
penulis: WISMAN WAZIR, jambi ekspres