AZKAN, Jambi
MENJADI petugas pemadam kebakaran tentu merupakan profesi yang sangat berat, terutama saat berjibaku memadamkan api. Butuh keberanian, kendati bahaya, ancaman bahkan nyawa sekali pun jadi taruhannya, namun jika diniatkan untuk menolong sesama tantangan dan ancaman tersebut menjadi sirna.
Hal tersebutlah yang dirasakan Saiful Mustofa. Laki-laki yang sudah 4 tahun menjadi petugas Satgas Pemadam Kebakaran di Dinas Pemadam Kebakaran, Kota Jambi.
Ditemui di kantornya pada Rabu (28/10), Mustofa menuturkan menjadi petugas pemadam kebakaran itu sangat mulia, sebab tugas ini memiliki beban dan tanggung jawab yang sangat besar dibutuhkan kecepatan, keberanian dan keahlian untuk memadamkan api, walaupun nyawa sendiri menjadi taruhannya.
Rasa takut pasti ada, tapi karna niat saya untuk membantu masyarakat dan menolong sesama rasa takut itu hillang sendiri, katanya.
Putra keempat dari enam bersaudara ini menjelaskan, saat terjadi kebakaran, sirine yang berada di kantor langsung berbunyi, dirinya bersama tim langsung bergegas menuju lokasi kebakaran.
Saat kebakaran langsung menuju lokasi, tidak pandang waktu, mau subuh, jam satu malam, hujan, panas kita langsung menuju ke lokasi, karena jika kita terlambat datang maka ada banyak pihak yang dirugikan makanya kita selalu standby, jelasnya.
Putra kelahiran Jambi 1 Januari 1989 ini mengakui bahwa teman satu profesinya pernah meninggal saat terjatuh di mobil saat mau menuju lokasi kebakaran.
Adayang meninggal saat menuju lokasi, ada yang pingsang saat tertimpah bangunan runtuh, ada yang terbakar kulitnya, ada yang kena sengatan listrik itu lah ancaman jadi petugas pemadam kebakaran, namun rasa takut tersebut hilang dikarnakan niat tulus untuk membantu sesama, sebutnya lagi.
Sementara saat ditanya kesulitannya menjadi seorang petugas pemadam kebaran, Mustofa mengatakan kesulitannya tidak ada hanya saja, dirinya merasa sulit saat menuju lokasi, misalnya lokasinya jauh sementara kita dituntut untuk cepat, namun di jalan ada saja pengguna kendaraan yang tidak mau memberikan jalan.
Kadang juga masyarakat melapornya telat sehingga saat sampai di lokasi apinya sudah padam. Sebab sirine berbunyi saat laporan warga, makanya kita meminta kepada warga untuk melapor secepat mungkin saat terjadi kebakaran dan para pengguna jalan untuk memberikan jalan saat mobil damkar jalan, ungkapnya.
Sementara alat yang digunakan saat memadamkan api, Mustofa menyebutakan mulai dari helm, sepatu sefti, jaket tahan panas, masker dan sarung tangan.
Dirinya juga menyebutkan saat sampai di lokasi bangunan yang harus pertama kali disirami air adalah dinding sebelah yang terbakar, kemudian lantai dan atap rumah atau bangunan.
Titik-titik tersebut yang pertama harus disiram karena jika tidak api akan cepat merembet dan membakar bangunan sebelahnya, jelasnya.
(*)