iklan Kantor NASA di Amerika Serikat
Kantor NASA di Amerika Serikat

JAMBIUPDATE.COM, CALIFORNIA - Pembakaran lahan yang terus terjadi di Sumatera dan Kalimantan mengundang perhatian Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Berdasar data dari satelit pemantau cuacanya, NASA memprediksi bencana kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia mencatat rekor terburuk jika musim panas terus berlanjut.

Kabut asap tidak hanya menjadi masalah Indonesia, namun juga telah menyebar ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Kondisi di Singapura dan wilayah timur Sumatera mendekati kondisi pada 1997   kata Robert Field, seorang ilmuwan NASA. Jika ramalan musim panas yang lebih panjang terbukti, 2015 akan masuk ranking salah satu kejadian paling parah.

Sistem cuaca El Nino membuat kondisi di Indonesia lebih kering daripada biasanya. Lembaga Global Fire Emissions yang merupakan bagian dari NASA memperkirakan, 600 juta ton gas rumah kaca telah dilepas akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini. Jumlah itu kurang lebih setara dengan output tahunan gas yang dilepas Jerman.

Kekhawatiran NASA bisa jadi benar. Perkembangan terbaru di lokasi bencana, jumlah titik api (hot spot) justru bertambah. Berdasar pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) pada 4 Oktober 2015, pukul 05.00 WIB, jumlah hot spot di Sumsel kembali beranak pinak. Jumlahnya mencapai 1.340 titik. Penyebaran terbanyak terjadi di Ogan Komering Ilir, sampai 882 titik.

Kasi Observasi dan Informasi Statmet Bandara SMB II Palembang Agus Santosa mengungkapkan, penyebaran titik api masih didominasi di lahan gambut.

Berdasar pengamatan Citra Satelit Himawari kemarin pukul 14.30 WIB, asap sudah menyebar ke Jambi, Pekanbaru, Riau, Kep Riau, Sumsel, Bangka, Medan, Padang, Bengkulu, Selat Malaka, Singapura, Malaysia, sampai Selat Karimata. Asap yang ada dan menyebar bergantung pada suhu dan kelembapan udara di suatu daerah, beber Agus. (AP/JPG/c6/kim)


Sumber: Jawa Pos Group

Berita Terkait



add images